Tinggi badan anak stunting dapat ditentukan berdasarkan tinggi badan berdasarkan usia dan jenis kelaminnya. Lalu, apa bedanya anak stunting dan perawakan pendek, dan bisakah stunting diatasi?
Berapa Tinggi Badan Anak Stunting?
Mengetahui tinggi badan stunting tidak hanya mengukur badan anak dengan penggaris. Bunda harus tahu dulu berapa standar tinggi badan anak berdasarkan grafik pertumbuhan WHO:
- Anak 1 tahun laki-laki: 71-78,1 cm dengan berat badan 7,7-10,8 kg
- Anak 1 tahun perempuan: 68,9-76,6 cm, berat badan 7,0-10,1 kg
- Anak laki-laki 2 tahun: 81,7-90,9 cm, berat badan 9,7-13,6 kg
- Anak perempuan 2 tahun: 80-89,6 cm, berat badan 9,0-13,0 kg
Anak bisa dikatakan stunting jika tinggi badannya jauh di bawah kisaran normal standar tinggi badan berdasarkan usia (TB/U) setelah 2 kali pengukuran berturut-turut.
Agar lebih mudah memahaminya, mari gunakan contoh dengan mengacu pada gambar di bawah ini:
Gambar: tabel tinggi badan anak laki-laki WHO
Gambar: tabel tinggi badan anak perempuan WHO
Tinggi badan stunting berada di ambang batas (Z-Score) minus 2 sampai dengan minus 3 dari standar deviasi (SD) grafik pertumbuhan WHO di atas.
Berdasarkan tabel di atas, tinggi badan anak stunting laki-laki 1 tahun diperkirakan sekitar 67-70 cm atau bahkan kurang. Untuk anak perempuan, ada di rentang 65 - 68 cm atau kurang dari itu.
Supaya lebih yakin dengan pertumbuhan si Kecil, yuk rutin pantau tinggi badan anak tiap bulannya lewat melalui Grafik Pertumbuhan Anak secara gratis!
Bedanya Anak Stunting dengan Perawakan Pendek
Tinggi badan anak stunting tidak bisa dilihat hanya dari perawakan yang pendek. Menurut WHO, stunting adalah pertumbuhan fisik anak yang terhambat akibat malnutrisi kronis di usia dini.
Cara mengetahui apakah anak stunting atau tidak bisa dikenali tanda-tanda stunting berikut:
- Tubuh pendek dan jauh di bawah standar grafik pertumbuhan.
- Pertumbuhannya berjalan lambat.
- Badan kurus karena berat badan susah naik, bahkan menurun.
- Kesulitan fokus dan daya ingatnya kurang baik.
- Wajah terlihat lebih muda dibanding teman-teman seusianya.
- Kurang aktif dan pendiam.
- Pertumbuhan gigi terlambat.
- Daya tahan tubuh kurang kuat, sehingga gampang sakit dan terserang infeksi.
Semua anak stunting bertubuh pendek. Tapi, anak pendek belum tentu stunting. Bila anak Bunda pendek tapi tidak ada tanda-tanda di atas di atas, berarti pertumbuhannya normal.
Stunting juga umumnya mempengaruhi kemampuan kognitif anak sehingga menjadi kurang dari rata-rata. Perawakan pendek karena genetik tidak mempengaruhi fungsi otak.
Untuk memastikan bahwa anak tidak stunting, Bunda bisa memeriksakan si Kecil ke dokter dan mendapatkan pengukuran yang lebih akurat.
Baca Juga: Tinggi Badan yang Ideal untuk Anak Usia 1-5 Tahun
Apakah Anak yang Kena Stunting Bisa Tinggi?
Berdasarkan laporan WHO, tinggi badan anak stunting sulit dikejar ketertinggalannya terutama setelah anak berusia 2 tahun. Sebab, efek stunting setelah 2 tahun bersifat permanen dan tidak bisa diperbaiki.
Namun, stunting masih dapat diperbaiki jika gejalanya terdeteksi sesegera mungkin di usia 0-2 tahun.
Jadi, tinggi badan anak stunting masih bisa dikejar sebelum usianya genap 2 tahun dengan perbaikan gizi yang intensif yang dilanjutkan sampai usia 5 tahun.
Bagaimana Cara Mengatasi Stunting?
Berikut beberapa cara menambah tinggi badan anak stunting yang bisa Bunda lakukan sebelum mencapai usia 2 tahun:
1. Berikan Makanan Bergizi Seimbang
IDAI mengingatkan bahwa 1000 HPK (sejak kehamilan sampai anak usia 2 tahun) adalah jendela waktu paling kritis untuk mengusahakan pemenuhan nutrisi yang optimal bagi anak.
Jadi, sediakanlah menu makan yang tinggi protein hewani serta zat besi dari ikan, daging, dan telur. Konsumsi ikan dan 1 butir telur sehari dapat bantu perbaiki stunting sebelum usia 2 tahun.
Kebutuhan gizi harian anak juga idealnya dilengkapi dengan asupan tambahan protein, lemak sehat, zinc, hingga zat besi dan vitamin C dari susu pertumbuhan.
Baca Juga: 8 Menu Kreasi PMT Posyandu yang Bergizi untuk Mencegah Stunting
2. Pastikan Tidur Cukup
Dalam jangka panjang, pertumbuhan anak mungkin terpengaruh karena terus-terusan kurang tidur.
Jika anak terbiasa begadang atau tidur larut malam setiap hari sehingga ia kurang tidur, hormon pertumbuhan akan tertekan.
Maka itu, anak 1-2 tahun membutuhkan tidur teratur selama 11-14 jam per hari yang dimulai pukul 9 malam.
3. Lengkapi Imunisasi
Anak stunting cenderung lebih rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya tidak seoptimal anak-anak lain seusianya.
Infeksi dalam tubuh dapat berdampak pada proses pencernaan makanan dan penyerapan gizi.
Jadi, penting untuk Bunda jaga kesehatan tubuh anak dengan melengkapi imunisasi agar imun dan tumbuh kembangnya dapat berjalan normal.
4. Rutin Beraktivitas Fisik
Stimulasi fisik dapat membantu memperbaiki tinggi badan anak stunting jika diberikan sesuai dengan usia dan dibarengi dengan pemenuhan gizi.
Anak-anak di bawah 2 tahun harus melakukan aktivitas fisik yang lebih energik seperti melompat, memanjat, berlari, bermain bola, setidaknya selama 60 menit setiap hari.
Bunda bisa membagi-bagi waktu bermain ini jadi beberapa kali sesi singkat sepanjang hari agar tercapai 60 menit dalam satu hari.
Baca Juga: 8 Ide Aktivitas Bermain untuk Anak 1-2 Tahun
5. Jaga Kebersihan Rumah
Anak-anak yang tinggal di daerah rumah dengan akses sanitasi bersih 9x lebih jarang terkena stunting.
Oleh sebab itu, Bunda harus menjaga kebersihan rumah. Ajarkan juga anak rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap kali dari kamar mandi, sebelum makan, dan setelah dari luar rumah.
Bunda bisa terapkan cara-cara di atas untuk mencegah atau memperbaiki tinggi badan anak stunting dan memastikan ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan aktif.
Apabila Bunda punya pertanyaan terkait nutrisi atau tumbuh kembang si Kecil, Bunda juga bisa tanyakan langsung ke Sahabat Bunda Generasi Maju, lho.
Referensi:
- Antara News. “Not All Short Children Stunted in Growth: Expert.” Antara News, 24 Feb. 2022, en.antaranews.com/news/217005/not-all-short-children-stunted-in-growth-expert. Accessed 14 Mar. 2024.
- Badan Riset dan Inovasi Nasional. “BRIN Ungkap Prevalensi Stunting Di Indonesia Cenderung Fluktuatif.” BRIN - BRIN Ungkap Prevalensi Stunting Di Indonesia Cenderung Fluktuatif, 30 Nov. 2023, www.brin.go.id/news/116962/brin-ungkap-prevalensi-stunting-di-indonesia-cenderung-fluktuatif.
- Diskominfo Kota Pontianak. “Ciri-Ciri Anak Mengalami Stunting.” Dppkbpppa.pontianak.go.id, 14 July 2023, dppkbpppa.pontianak.go.id/informasi/berita/ciri-ciri-anak-mengalami-stunting.
- IDAI. “Pentingnya Memantau Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Bagian 1).” IDAI, www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1.
- IDAI Jogja. “Stunting.” Ikatan Dokter Anak Indonesia D.I. Yogyakarta, 2019, www.idaijogja.or.id/stunting/. Accessed 14 Mar. 2024.
- Kemenko PMK. Cegah Stunting Dengan Sanitasi Yang Baik. 7 Sept. 2022, www.kemenkopmk.go.id/cegah-stunting-dengan-sanitasi-yang-baik.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Dalam PMK No 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. 2020. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
- KOMINFO, PDSI. “Berikan ASI Untuk Tumbuh Kembang Optimal.” Website Resmi Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI, www.kominfo.go.id/content/detail/20501/berikan-asi-untuk-tumbuh-kembang-optimal/0/artikel_gpr. Accessed 14 Mar. 2024.
- Mulyani, Itza, et al. “Exploring the Relationship between Immunization and Stunting: Understanding the Impact of Vaccinations on Child Growth and Development.” J-Kesmas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat (the Indonesian Journal of Public Health), vol. 10, no. 1, 18 Apr. 2023, pp. 11–14, jurnal.utu.ac.id/jkesmas/article/view/7364, https://doi.org/10.35308/j-kesmas.v10i1.7364. Accessed 22 Jan. 2024.
- Peng H. Stunted Growth: Causes, Symptoms & Prevention. J Child Dev Disord. 2021, childhood-developmental-disorders.imedpub.com/articles/stunted-growth-causes-symptoms-prevention.pdf.
- Pertiwi Febriana Chandrawati, and Akbari Agung Nusantara. “Stunting Prevention: How to Differentiate Stunting and Short Stature. A Community Service Webinar with Aisyiyah Regional Leader in Malang.” DokTIn MEDIKA Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 1, no. 1, 30 Aug. 2022, pp. 11–17, https://doi.org/10.22219/dm.v1i1.22405. Accessed 13 Oct. 2023.
- WHO. “Stunting in a Nutshell.” Www.who.int, 19 Nov. 2015, www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell.