Perkembangan emosi menjadi salah satu aspek dalam ranah tumbuh kembang anak yang penting dipantau tiap orang tua. Aspek ini berkaitan erat dengan kemampuannya berinteraksi, berempati, dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang baik.
Oleh karenanya, Bunda perlu memahami perkembangan emosinya secara menyeluruh agar dapat memaksimalkan potensi yang si Kecil miliki, sekaligus memahami seperti apa stimulasi yang tepat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak di periode emasnya.
Untuk tahu lebih lengkapnya, yuk simak ulasan perkembangan emosi pada anak berdasarkan usianya berikut ini!
Apa Pentingnya Mengenali Perkembangan Emosi Anak?
Berbeda dengan kemampuan kognitif yang lebih fokus kepada kemampuan membaca huruf, mengenali angka, berhitung, dan menulis, keterampilan emosi lebih berkaitan dengan kemampuan anak untuk memahami dan mengelola segala bentuk emosi yang ia miliki, baik emosi positif maupun negatif, dengan cara yang sehat.
Dengan kata lain, perkembangan emosional menyangkut kepada bagaimana cara anak berperilaku baik, mengambil keputusan, menyelesaikan masalah, serta bagaimana ia bisa luwes bergaul dengan teman-teman sebayanya dan berinteraksi dengan orang dewasa.
Seiring bertambahnya usia, perkembangan emosi anak ini akan semakin kompleks sesuai dengan pengalaman hidup yang didapatkannya.
Anak yang mampu mengelola perasaan nantinya akan mampu mengembangkan diri yang positif dan jadi pribadi yang percaya diri. Karena itu, mengenali perkembangan emosi menjadi hal yang sangat penting untuk kesehatan mental anak.
Baca Juga: Perkembangan Motorik Anak Usia 1-3 Tahun dan Tips Stimulasinya
Tahapan Perkembangan Emosi Anak Sesuai Usia
Semakin bertambahnya usia, kemampuan emosional anak semakin bertambah, dan setiap anak memiliki tahapan yang berbeda. Berikut perkembangan sosial dan emosional anak usia 1-5 tahun yang bisa menjadi panduan Bunda.
1. Perkembangan Emosi Anak Usia 1-2 Tahun
Meski usianya masih terbilang dini, perkembangan emosional anak usia 1-2 tahun sudah memperlihatkan emosinya. Misalkan, saat bermain dengan teman-temannya, ia merasa senang dan menikmati waktu tersebut. Ia menunjukkannya dengan tersenyum dan tertawa.
Beberapa anak bahkan bisa cukup peka merasakan kesedihan serta kebahagiaan temannya saat bermain. Contoh perkembangan emosi anak di usia ini adalah ikut merasa sedih melihat temannya menangis. Ini artinya, si Kecil sudah bisa memperlihatkan empati atau bereaksi terhadap emosi orang lain layaknya hal tersebut terjadi pada dirinya.
Di usia ini, anak juga semakin sering melemparkan senyum manisnya saat diajak bicara oleh orang lain. Meski begitu, tak sedikit juga anak yang masih merasa malu dan khawatir saat bertemu orang baru.
Buah hati Bunda juga sedang senang-senangnya menunjukkan kemampuan barunya, entah itu belajar berdiri, berjalan, ataupun berbicara.
Akan tetapi, si Kecil juga bisa merasakan gelisah, cemas, bahkan menangis karena kesepian ketika ia tidak melihat Ayah dan Bunda di dekatnya saat bermain, juga saat ia merasa lelah, sakit, atau ketakutan.
Tak hanya itu, menujur umur 2 tahun juga biasanya mulai menunjukkan tanda-tanda tantrum. Meski rasanya membuat frustasi, tantrum ternyata menjadi latihan bagi si Kecil untuk memahami emosinya sendiri dan bagaimana cara mengelolanya.
Jadi, bantulah si Kecil untuk menghadapi tantrumnya dengan mencontohkan bersikap tenang dan jangan ikut terpancing emosi. Saat anak tantrum, ajaklah ia berbicara untuk membantunya memahami apa yang sedang ia rasakan.
2. Perkembangan Emosi Anak Usia 2-3 Tahun
Menginjak usia 2 tahun menuju 3 tahun, Bunda mungkin akan menyadari kalau si Kecil menjadi lebih berani dalam mengungkapkan opininya. Bahkan, ia tak segan untuk berkata “tidak” saat menanggapi perintah tertentu.
Di momen ini, Bunda jangan terpancing emosi, ya. Coba ajak si Kecil ngobrol untuk mencoba mengerti apa yang ia rasakan dan pikirkan. Respon saja sikap negatif ini dengan tanggapan positif, seperti memberikan kata-kata yang menenangkan.
Contoh perkembangan emosi anak usia 3 tahun lainnya, ia mulai menggunakan ekspresi sederhana, seperti "Aku marah!", "Aku sedih!" atau "Aku senang!" untuk memberi tahu Bunda apa yang mereka rasakan.
Ia pun akan tertawa saat menemukan sesuatu yang lucu, atau menangis saat ada yang membuatnya sedih atau marah.
Bila ingin sesuatu, ia harus segera memenuhinya saat itu juga, Bun, walaupun harus bersikap agresif kepada orang lain, seperti merengek atau menangis meraung. Atau saat si Kecil sedang bermain bersama temannya, ia bisa tiba-tiba merebut atau merampas mainannya.
Hal ini sesungguhnya masih wajar, kok, karena pada usia ini kontrol anak belum berkembang dengan baik.
3. Perkembangan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun
Pada rentang usia ini, perkembangan emosi anak akan berpusat pada bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain, Bun. Jadi, jangan heran, ya, kalau anak suka mengajak atau ikut bermain bersama teman sebayanya. Termasuk meminjamkan mainan atau membantu temannya. Bahkan, ia kini sudah memiliki teman dekat, lho!
Rasa empati anak mulai muncul sehingga membuat mereka lebih perhatian terhadap teman-teman sebayanya. Mereka mulai menyadari bahwa orang lain juga memiliki perasaan.
Contohnya, ketika teman sepermainannya sedang merasa sedih atau terluka, si Kecil akan ikut bersedih dan berusaha menunjukkan perhatian dengan cara menenangkannya. Tak jarang si Kecil mungkin akan menunjukkan rasa sayangnya dengan memeluk atau menggandeng temannya yang sedang sedih.
Di sisi lain, anak mungkin mulai menggunakan pukulan, gigitan, ataupun dorongan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah atau konflik dengan teman sebayanya dan orang lain. Ini karena mereka belum dapat memahami bagaimana caranya menyelesaikan konflik.
Selain itu, contoh perkembangan emosi anak usia 3-4 tahun berikutnya adalah si Kecil sudah mulai bisa menunjukkan hal-hal yang ia suka dan hal-hal apa saja yang membuatnya tidak senang.
4. Perkembangan Emosi Anak Usia 4-5 Tahun
Begitu memasuki usia ini, si Kecil akan mulai menghadapi masa taman kanak-kanak (TK). Pada masa ini, akan banyak hal yang terjadi pada perkembangannya dari berbagai aspek.
Namun, khusus untuk aspek emosional, si Kecil akan mulai mempelajari dan mengekspresikan perasaannya, entah itu lewat kata-kata, gerakan, atau bentuk lainnya.
Anak akan mengalami fase perkembangan emosi yang drastis. Ia jadi jauh lebih baik dalam mengatur emosi, serta mampu berbicara tentang perasaan mereka dengan mudah.
Itu karena pada usia ini, kontrol anak sudah mulai berkembang dengan baik. Alhasil, mereka mungkin akan mulai belajar sabar menunggu giliran saat bermain. Ia pun belajar untuk menaati peraturan dan meminta maaf.
Tak hanya itu, si Kecil mulai bisa diajak untuk bersikap mandiri serta mengontrol emosinya. Ia juga mungkin akan sering bertanya kepada Bunda dan Ayah terlebih dahulu sebelum mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
Namun, ketika ada sesuatu yang memicu anak marah, ia mungkin cenderung mengungkapkan kemarahannya dengan kata-kata daripada melakukan melakukan tindakan fisik atau berbuat ulah. Di momen ini, si Kecil mungkin akan kedapatan menggunakan kata-kata kasar dan menyebut nama saat sedang marah atau kesal.
Tetap tekankan pentingnya menaati aturan, ya, Bun, dan ajaklah si Kecil untuk memahami pendapat orang lain sehingga sikap agresifnya bisa perlahan-lahan berkurang.
Cara Mengasah Perkembangan Emosional Anak Usia Dini
Setiap anak tumbuh dalam kecepatan yang berbeda-beda, Bun, dan ini adalah hal yang normal. Namun, Bunda bisa memberikan si Kecil berbagai stimulasi yang dapat mendukung perkembangan anak usia dini dari aspek kecerdasan emosional. Berikut penjelasannya.
1. Melatih Anak Mandiri
Pada usia 1-2 tahun, anak sedang merasakan separate anxiety atau merasa tidak nyaman ketika berpisah dengan seseorang.
Untuk melatih agar ia lebih mandiri, Bunda bisa terpisah sebentar dengan si Kecil. Tidak perlu terlalu lama, paling tidak sekitar 10-15 menit dan bisa ditingkatkan bila si Kecil tenang.
Saat akan pergi, hindari untuk pergi secara tiba-tiba atau sambil bersembunyi. Coba biasakan untuk berpamitan. Katakan padanya kalau Bunda pergi sebentar dan akan kembali secepatnya.
Ketika Bunda pulang, sambut si Kecil dengan antusias dan beri perhatian penuh padanya. Ini akan membuat anak merasa nyaman dan aman.
2. Temani Anak Bicara dan Bermain
Anak usia dini mungkin akan senang berkhayal, ini sebetulnya adalah hal yang wajar. Bunda cukup mendengarkan khayalan yang dibuatnya yang merupakan cara kreatif yang si Kecil lakukan untuk dapat belajar mengekspresikan perasaan, berkomunikasi, dan bertingkah laku.
Bila perlu, jadilah teman bicara dan bermain bersamanya. Contohnya adalah dengan menggambar bersama, bermain boneka, atau bermain dress-up bersama (permainan menggunakan kostum atau properti tertentu).
3. Ajak Anak Menggambar Ekspresi Wajah
Di usia ini, anak sudah mulai bisa menunjukkan berbagai macam emosi. Entah itu sedih, senang, marah, ataupun kesal.
Nah, anak perlu mengenal dan memahami emosi serta perasaannya agar kelak ia bisa berkomunikasi dengan efektif, membangun hubungan yang lebih baik, dan menghindari atau menyelesaikan konflik.
Mengenal emosi juga dapat membantu anak untuk mengekspresikan apa yang anak rasakan atau butuhkan dengan jelas, Bun.
Oleh karena itu, Bunda bisa mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat. Salah satu caranya, dengan mengajak anak menggambar ekspresi wajah.
Pertama-tama, Bunda bisa membagikan kertas berwarna kepada anak dan minta mereka untuk menggambar beragam jenis ekspresi, seperti senang, sedih, takut, sakit, dan marah. Agar semakin seru dan menyenangkan, minta ia untuk menebak atau memperagakan ekspresi tersebut.
Bunda bisa memberikan pertanyaan kepadanya tentang apa penyebab emosi tersebut dan bagaimana solusi yang pantas diberikan kalau ia mengalami hal tersebut.
Stimulasi ini sangat bagus dilakukan agar anak semakin tahu emosi yang dia rasakan. Dengan begitu, emosinya pun akan terasa stabil saat dewasa nanti.
4. Berikan Pengertian Bila Anak Berperilaku Negatif
Ketika anak mulai bersikap agresif atau berperilaku negatif, tanyakan alasannya mengapa ia melakukan itu. Contoh, ajarkan ia untuk berbagi mainan sambil meyakinkannya bahwa ia akan mendapatkan mainan tersebut kembali nanti. Bila masih berulang, perintahkan dengan singkat untuk berhenti melakukan tindakannya
Misalnya, jika ia bermain bola di dalam rumah hingga perabotan berantakan, maka beri tahukan mengapa tindakan itu salah dan ajaklah untuk bermain di taman atau halaman rumah.
Ibu bisa mengatakan, “Adek main bolanya di teras aja, yuk? Kalau di teras kan luas jadi bolanya nggak mantul ke meja makan dan kena gelas. Kalau main di dalam rumah, nanti ada barang yang pecah, Adik atau Bunda bisa luka.”
Ingat, jangan menggunakan cara-cara yang bersifat menghukum ya, Bun, seperti mengancam atau bahkan memarahinya apabila memiliki perasaan tertentu. Arahkan si Kecil dengan cara mengidentifikasi dan mengelola perasaannya.
Semakin bertambahnya usia, perkembangan emosi anak akan semakin intens. Pastikan agar ia mendapatkan pengaruh dan ajaran dari hal-hal yang baik. Ketika memberikannya mainan seperti pedang-pedangan atau tembak-tembakan, arahkan agar dia tidak bersikap kasar.
5. Ajarkan Konsep Berbagi dan Bermain Giliran
Walaupun anak di usia ini sudah mulai paham konsep berbagi dan bermain bergiliran, terkadang ada saja masanya ia mungkin bersikap agresif atau mau menang sendiri ke teman sepermainannya, dengan cara merebut mainan atau tidak meminjamkan mainan kepada temannya.
Jika hal itu terjadi, coba tanyakan kepada si Kecil mengapa ia melakukan itu. Lalu, ajarkan ia untuk berbagi mainan sambil meyakinkannya bahwa ia akan mendapatkan mainan itu kembali setelah dimainkan oleh temannya.
Selain itu, Bunda juga bisa mengajak si Kecil bermain bersama untuk mengajarkannya konsep berbagi dan bermain bergiliran.
Misalnya, Bunda bisa bilang “Nah, sekarang giliran kakak yang melempar bola” atau ”Sekarang, giliran Bunda ya yang menendang bola”. Jika anak memahami konsep berbagi dan bermain bergiliran, jangan lupa berikan pujian, ya.
Bunda bisa pula mengajarkan anak untuk berbagi dengan temannya dengan cara sederhana, seperti ketika Bunda memberikan si Kecil biskuit, bawakan dengan porsi lebih dan bimbing anak untuk membagi biskuitnya kepada teman-temannya.
6. Ingatkan Anak Tentang Sopan Santun
Mengajarkan sopan santun kepada si Kecil dengan memberikan contoh yang baik untuknya juga menjadi cara stimulasi untuk mendukung perkembangan emosi anak balita.
Sering-seringlah mengucapkan “tolong”, "terima kasih", dan "maaf" setiap kali diperlukan. Coba tunjukkan sikap baik ini melalui perilaku sehari-hari untuk sekaligus membantu anak untuk mengembangkan kemampuan sosialnya.
Mulailah dari hal-hal yang sederhana, seperti mengucapkan “tolong” saat meminta sesuatu, bilang “terima kasih” saat sudah mendapatkan apa yang diinginkan, atau atau meminta maaf bila tidak sengaja menjatuhkan barang milik orang lain.
7. Bacakan Sebuah Cerita atau Dongeng
Agar lebih ‘sukses’ membantu mengendalikan emosi si Kecil, Bunda bisa mengajarkan sebuah permainan, lagu, atau membacakan sebuah cerita atau dongeng yang berkaitan dengan emosi.
Tentu saja cerita dongeng atau lagu yang dipilih haruslah yang mengandung nilai-nilai positif ya, Bun, untuk dijadikan contoh dalam kehidupan nyata si Kecil.
Baca Juga: Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pentingnya Dampingan Nutrisi yang Tepat untuk Perkembangan Otak Anak
Nah, itulah tadi berbagai aspek perkembangan emosi anak usia 1-5 tahun serta cara-cara yang bisa Bunda lakukan untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Selain memberikan ragam stimulasi untuk dukung tumbuh kembang emosionalnya, Bunda bisa bantu melengkapi kebutuhan asupan nutrisi harian anak dengan memberikan susu pertumbuhan yang difortifikasi seperti SGM Eksplor 1+ tiap pagi dan malam sebelum tidur.
Sebab, susu SGM Eksplor 1+ adalah satu-satunya susu pertumbuhan dengan IronC™, kombinasi unik Zat Besi & Vitamin C dengan perbandingan 1:2 untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi hingga 2x lipat. Dilengkapi juga dengan DHA, Minyak Ikan, Omega 3&6 serta nutrisi penting lainnya, bantu si Kecil tumbuh maksimal jadi generasi maju yang berpikir cepat dan berani.
Tertarik mencoba? Yuk, daftarkan diri Bunda di Klub Generasi Maju sekarang untuk dapatkan penawaran dan promo menarik lainnya seputar susu SGM!
Jika sedang mencari inspirasi kegiatan yang seru untuk bantu anak belajar sebelum mulai masuk sekolah? Yuk, kunjungi laman Sekolah Generasi Maju! Sekolah Generasi Maju adalah sarana edukasi dan stimulasi khusus untuk mendukung orang tua mempersiapkan si Kecil masuk sekolah.
Referensi tambahan:
- Social & Emotional - Toddler - Developmental Milestones - Children’s Therapy & Family Resource Centre. (2011). Kamloopschildrenstherapy.org. http://www.kamloopschildrenstherapy.org/social-emotional-toddler-milestones
- 4-5 years: preschooler development. (2020, July). Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/preschoolers/development/development-tracker/4-5-years
- Nunez, K. (2020, March 18). 10 Evidence-Backed Ways to Become Smarter. Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/how-to-become-smarter
- Web MD. https://www.webmd.com/parenting/preschooler-emotional-development#1, Diakses pada 16 Desember 2022.
- Very Well Family. https://www.verywellfamily.com/1-year-old-developmental-milestones-289864#toc-how-to-help-your-1-year-old-learn-and-grow. Diakses pada 16 Desember 2022.
- Organization for Economic Co-operation and Development. https://www.oecd.org/education/school/UPDATED%20Social%20and%20Emotional%20Skills%20-%20Well-being,%20connectedness%20and%20success.pdf%20(website).pdf. Diakses pada 27 Oktober 2022. Diakses pada 16 Desember 2022.
- Healthy Children. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Emotional-Development-1-Year-Olds.aspx. Diakses pada 16 Desember 2022.
- Virtual Lab School. https://www.virtuallabschool.org/infant-toddler/social-and-emotional-development/lesson-2. Diakses pada 16 Desember 2022.
- Parents. https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/development/social/social-development-milestones-ages-1-to-4/. Diakses pada 16 Desember 2022.
- Raising Children. https://raisingchildren.net.au/preschoolers/development/development-tracker/3-4-years. Diakses pada 16 Desember 2022.