Facebook Pixel Code Tahap Perkembangan Otak Anak dan Cara Mengoptimalkannya

Tahap Perkembangan Otak Anak dan Cara Tepat Optimalkannya

Tahap Perkembangan Otak Anak dan Cara Tepat Optimalkannya

Dari lahir sampai dengan usia 3 tahun, perkembangan otak anak sedang dalam masa periode emas yang sangat penting dan tidak boleh sampai terlewatkan. Pasalnya, di waktu ini bagian tubuh seperti otak berkembang begitu signifikan. 

Sebagai orang tua, Bunda tentu ingin mendukung perkembangan kognitif anak berjalan optimal sejak usia dini. Sebab, keterampilan kognitif sangatlah berhubungan dengan kesiapan si Kecil belajar di sekolah nantinya.

Kemampuan otak atau kognitif bayi biasanya mengatur cara bayi dalam belajar, mengumpulkan dan mengatur informasi, membayangkan, mengingat, hingga memecahkan masalah.2 Kemampuan otak ini berkembang secara bertahap seiring usia anak bertambah. 

Perkembangan kognitif adalah bagian dari perkembangan otak yang memungkinkan anak berpikir cepat dan siap belajar. Mulai dari memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah, dan mengetahui sesuatu.

Untuk membantu perkembangan otak anak berjalan dengan optimal, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Namun sebelum itu, yuk Bunda kita ketahui dulu apa saja tahapan perkembangan otak anak dalam artikel berikut ini. 

Memahami Tahap Perkembangan Otak Anak 

Sekitar 80% perkembangan kognitif anak terjadi paling optimal dalam 1000 hari pertama kehidupannya, dan 90% kemampuannya masih akan terus berkembang hingga mencapai usia 5 tahun.

Otak bisa berfungsi sedemikian rupa karena memiliki banyak sel saraf yang nantinya saling terhubung menjadi jaringan untuk berkomunikasi. Ketika lahir, anak sudah memiliki sekitar 100 triliun sel saraf, lho!

Selama setahun pertama kehidupannya, saraf-saraf ini akan terhubung satu sama lain hingga jumlah jaringannya mencapai dua kali lipat. Pada akhirnya terciptalah triliunan sambungan saraf otak di tiga tahun pertamanya, yang merupakan dasar anak untuk siap belajar. 

Koneksi otak itulah yang memungkinkan kita untuk bergerak, berpikir, berkomunikasi, dan melakukan hampir semua hal. Keterampilan penting lainnya, seperti motivasi, kedisiplinan diri, pemecahan masalah, dan berperilaku juga terbentuk dari koneksi otak pada tahun-tahun awal ini.

Setiap sambungan antar saraf otak tersebut juga yang membuat anak bisa bergerak, berpikir, berkomunikasi, dan melakukan hampir semua hal dalam kesehariannya.

Pada anak usia dini, koneksi antar sel otak dibuat dengan kecepatan yang luar biasa. Setidaknya akan terjadi satu juta koneksi saraf baru setiap detik dalam otak anak balita, yang jauh lebih banyak daripada waktu lain dalam hidup. Semakin banyak dan semakin kuat hubungan antar sel saraf otak, perkembangan otak anak akan semakin matang. 

Setiap koneksi sel otak akan terbentuk melalui interaksi dan pengalaman sehari-hari anak dengan orang tua. Misalkan saja, dari seberapa sering dan intens stimulasi yang Bunda berikan serta termasuk juga kasih sayang dan perhatian yang si Kecil dapatkan setiap hari.

Adapun perkembangan otak dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya keturunan, pola pengasuhan, lingkungan, nutrisi yang diberikan sejak kehamilan, dan paparan racun atau infeksi.3

Berikut tahapan perkembangan otak anak berdasarkan usia yang perlu Bunda ketahui:

1. Perkembangan Otak Anak Usia 0-12 Bulan

Ketika bayi baru lahir hingga mencapai 3 bulan, si Kecil sedang mengenali suara, aroma, rasa, dan penglihatan. Bayi baru bisa melihat benda lebih jelas, rewel bila melakukan satu hal yang durasinya lama, fokus memperhatikan, mengamati, dan mengenali benda yang bergerak serta wajah.4 

Ketika sudah memasuki usia 5-12 bulan, si Kecil sudah mampu memberikan respon percakapan lewat suara, memasukkan apa pun ke dalam mulut, dan dapat mengenali serta memberikan respons jika namanya dipanggil.5

Ia juga sudah mampu menunjuk gambar saat Bunda menamainya, mencoba mengulang kata-kata, mampu memukul, melempar, dan menggoyangkan benda atau mainan.6

2. Perkembangan Otak Anak Usia 2-3 Tahun 

Ketika memasuki usia 2 hingga 3 tahun perkembangan otak anak semakin pesat. Balita sudah dapat memahami beberapa konsep seperti kebalikannya misalnya, siang dan malam serta besar dan kecil, juga mengingat, mencocokkan bentuk dan warna, serta mengurutkan benda.7

Anak juga kerap bermain peran, seperti main masak-masakan, dokter-dokteran, atau bermain dengan boneka favoritnya. 

Selain itu, si Kecil sudah bisa mengikuti perintah sederhana yang diminta oleh Bunda dan Ayahnya. Sebagai contoh, mengambil buku, menyimpan di tempatnya, dan melepas sepatu.

3. Perkembangan Otak Anak Usia 4-5 Tahun 

Di usia 4 tahun, perkembangan otak anak akan semakin lebih baik yang ditandai dengan kemampuan bahasanya yang meningkat. Mereka sudah dapat melafalkan alfabet dan mengajukan pertanyaan.8

Kemudian di masa 5 tahun kehidupan anak, ia sudah mulai memahami perbedaan antara benar dan salah, aturan yang Bunda tetapkan serta berusaha mengikutinya.9

Baca Juga: 5 Perkembangan Motorik Anak 1-3 Tahun dan Cara Menstimulasinya

Cara Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak 

Untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak selama periode emas kehidupannya, ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan yaitu:

1. Penuhi Kebutuhan Nutrisi Si Kecil

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sebagian besar kapasitas utama otak anak terbentuk dalam 3 tahun pertama usianya. Oleh karena itu, tentu saja pertumbuhan dan perkembangan otak akan menjadi optimal jika anak juga mendapatkan gizi yang cukup dari makanan sehari-harinya. 

Semua jenis nutrisi sama pentingnya untuk tumbuh kembang otak anak. Akan tetapi, ada beberapa nutrisi tertentu yang memiliki efek besar selama perkembangan otak awal.

Sejumlah nutrisi yang penting untuk perkembangan otak anak di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Zat besi: hati ayam, hati sapi, daging sapi, bayam, tahu, kacang-kacangan, dan susu pertumbuhan terfortifikasi.

  • Vitamin C: jeruk, kentang, brokoli, susu pertumbuhan terfortifikasi.

  • Kalsium: kacang tanah, biji wijen, sarden, brokoli, bayam, pakcoy, tahu.

  • Zinc: daging merah, daging ayam, udang, susu terfortifikasi.

  • Vitamin D: hati ayam dan hati sapi, daging merah, kuning telur, susu yang terfortifikasi, jamur.

  • Selenium: jeroan sapi, daging merah, telur, daging ayam, susu yang terfortifikasi.

  • Kolin: hati sapi dan hati ayam, kuning telur, daging merah, dada ayam, kembang kol, brokoli, susu yang terfortifikasi.

  • Asam lemak omega-3 dan omega-6: kerang, bayam, mangga, daun selada, minyak ikan, dan kacang merah.

Penelitian dari sebuah jurnal melaporkan, kekurangan gizi pada anak usia dini cenderung berisiko mempengaruhi proses berpikir, perilaku, dan produktivitas anak sepanjang usia sekolah nanti.

Sudah banyak pula penelitian lain yang membuktikan bahwa anak yang tidak mendapatkan cukup nutrisi dari makanan berisiko mengalami penurunan produksi sel otak, keterbatasan fungsi otak, dan keterlambatan perkembangan kognitif. 

Menariknya lagi, asupan nutrisi tidak hanya diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. Tapi juga kesiapannya bersekolah nanti, Bun. Sebab, asupan nutrisi sangat berpengaruh pada tingkat konsentrasi yang lebih baik, si Kecil bisa menunjukkan hasil akademis yang lebih baik di kelas, dan memiliki lebih sedikit masalah perilaku.

Selain itu, nutrisi yang baik meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang artinya anak akan lebih jarang izin tidak masuk sekolah karena sakit.

Baca Juga: Macam-Macam Sumber Makanan Sebagai Nutrisi Otak Anak

2. Menyanyikan Lagu Anak-Anak

Mendengarkan dan menyanyikan lagu anak-anak secara rutin ternyata dapat membantu merangsang perkembangan kognitif, emosional, sosial, dan bahasa anak, Bun.10 Aktivitas ini dapat membantu memperkuat kerja otak untuk menyimpan ingatan, memperbanyak kosakata anak, dan melatih anak bicara.

Peningkatan memori dan keterampilan bicara bisa membantu anak-anak belajar membaca dan menulis lebih cepat.

Dengan memori jangka pendek yang lebih baik, anak akan lebih mampu untuk berkonsentrasi. Anak-anak juga bisa belajar huruf tertulis lebih cepat jika menggunakan suara.

Ada banyak lagu anak-anak yang bisa Bunda diperdengarkan kepada si Kecil. Misalnya, lagu ‘Balonku’ untuk mengajarkan macam-macam warna, ‘Kepala Pundak Lutut Kaki’ untuk mengenalkan anak nama-nama anggota tubuhnya, ‘Satu-Satu Sayang Ibu’ untuk memperkenalkan anak nama-nama anggota keluarga sekaligus mengajarkannya berhitung, ‘ABC’ untuk mengenalkannya dengan macam-macam abjad, hingga lagu ‘Pok Ame Ame’ dan ‘Bangun Tidur’ untuk mengajarkan si Kecil dengan rutinitas sehari-hari.

3. Sering-Sering Ajak Si Kecil Bicara

Pada dasarnya, mengajak anak bicara sudah bisa dilakukan secara rutin, bahkan sejak ia baru lahir, Bun. Karena hanya karena anak belum bisa bicara, bukan berarti ia belum mengerti apa yang Bunda dan Ayah maksud, lho! Semakin banyak Bunda berbicara dan mengekspresikan diri, semakin mudah bagi si Kecil untuk belajar berinteraksi dan berbicara. 

Dengan mengajak si Kecil berbicara akan membantu menstimulasi kecerdasannya, khususnya  kemampuan berbahasa. Selain itu, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan bahasanya kelak di kemudian hari. 

Oleh karena itu, Bunda bisa mengajaknya berbicara kapan pun dan di mana pun, termasuk menceritakan kegiatan yang dilakukan di hari itu. Misalkan, setiap kali memberikan makan, memandikannya, memakaikan pakaian, menyiapkan makanan dan susu sampai sebelum tidur. Jangan lupa saat berbicara pada si Kecil, selalu lakukan kontak mata dengan anak ya, Bun. 

Di usia 3 tahun, anak-anak yang cenderung sering diajak bicara oleh orang tuanya memiliki IQ 1,5 kali lebih dibandingkan anak-anak yang tidak.12 

4. Bacakan Buku Cerita dan Ajak Diskusi

Membacakan buku cerita secara rutin bisa menjadi salah satu cara mengoptimalkan perkembangan kognitif sekaligus bahasa anak. 

Bunda dan Ayah bisa membacakan buku cerita bergambar ukuran besar yang berwarna-warni, buku dengan gambar yang muncul (fitur pop up) atau gambar 3 dimensi, serta buku dengan gambar ilustrasi yang bertekstur untuk menarik perhatian anak.

Libatkan bayi dengan membiarkannya membolak-balikkan halaman buku yang sudah dibaca, atau menyentuh gambar timbul yang berilustrasi dalam buku. 

Membacakan cerita sekaligus mengajaknya diskusi terkait cerita di buku, dapat meningkatkan kosakata, imajinasi, dan nalarnya lewat menghubungkan objek dengan suara. Sesekali, ajak ia mengobrol sejenak mengenai gambar-gambar di dalam buku. 

Mengajukan pertanyaan atau mengajaknya diskusi dapat membantunya belajar bagaimana memecahkan masalah dan lebih memahami bagaimana dunia bekerja. 

Misalnya, di dalam cerita ada objek kucing, Bunda bisa meminta si Kecil menunjukkan gambar kucing dengan cepat. “Coba tunjuk mana ya yang namanya kucing? Suara kucing gimana, dik?” Pastikan Bunda membacakan cerita dengan suara dan mimik wajah yang dibuat seheboh mungkin agar menarik, ya.14

5. Ajak Bermain di Luar

Bermain adalah salah satu stimulasi yang penting untuk perkembangan kognitif anak, tak terkecuali di tiga tahun pertama usia kehidupannya. 

Selain untuk perkembangan motorik kasar dan halusnya, mengajaknya bermain juga bisa bantu mengasah perkembangan otak, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan bahkan keterampilan sosial dan emosionalnya juga. 

Untuk itu, coba hindari si Kecil dari kegiatan pasif, seperti menonton televisi atau bermain gadget terlalu lama. Bunda bisa mengajak si Kecil bermain di luar rumah. 

Terlebih di usia ini, anak-anak sudah siap bersosialisasi, lebih bersemangat mencoba hal-hal baru, dan punya rasa ingin tahu yang besar untuk mengeksplorasi lebih banyak tentang dunia yang mereka lihat. Nah, melalui bermainlah anak-anak bisa belajar berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. 

Bermain di luar rumah bersama Bunda, Ayah, saudara, atau teman-teman sebayanya dapat meningkatkan kemampuan kerja sama, komunikasi, dan empatinya.15

Misalkan, Bunda mengenalkan  anak dengan permainan tradisional untuk mengasah keterampilan motorik anak, seperti petak umpet atau ular naga. Asyiknya lagi, permainan-permainan ini juga bisa ikut membiasakan si Kecil aktif bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.

Dengan bermain, anak-anak juga punya kesempatan untuk belajar berinteraksi dan bergaul dengan anak-anak sebayanya. Anak-anak akan banyak belajar bagaimana caranya berbagi dan bermain bergiliran menggunakan mainan. 

6. Bermain Mainan Sensorik

Menurut sebuah studi, manfaat sensory play dapat memengaruhi kecerdasan kognitif anak, lho. 

Permainan yang melibatkan berbagai macam indra ini dapat membantu anak menciptakan dan menguatkan koneksi di otaknya. Hubungan antara sel-sel saraf otak, yang disebut sinapsis, ini memungkinkan kita untuk belajar dan beradaptasi.

Sebaliknya, jika otak tidak mendapatkan stimulasi (dari indra dan lingkungan), jaringan koneksi tersebut tidak akan terbentuk dan otak anak tidak akan berkembang dengan baik.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak kecil sudah terbiasa bereksplorasi dan menyelidiki hal-hal baru di sekitarnya sejak lahir untuk mendorong rasa ingin tahunya. 

Nah, dengan bermain sensorik, anak akan didorong untuk mampu menelaah situasi yang ia jalani sehingga anak akan terlatih berpikir kritis dan analitis, bahkan dapat membantu memecahkan masalah yang kompleks sekalipun.

Sebagai contoh, ketika anak menyusun banyak balok untuk dijadikan menara, ia akan berpikir bagaimana caranya agar balok tersebut tidak runtuh. Dengan demikian, anak dapat melatih konsentrasi dan kemampuan berpikirnya yang akan berguna di masa depan, khususnya saat ia sudah bersekolah nanti, Bun.

Contoh permainan sensorik lainnya adalah coba Bunda kumpulkan potongan kain yang memiliki tekstur berbeda. Kemudian, kenalkan pada anak dengan memintanya merasakan tekstur. Bunda bisa coba jelaskan masing-masing nama kain dan perbedaan teksturnya.11 

7. Bermain Peran

Di usia ini, Bunda bisa mengajak anak untuk bermain sandiwara atau bermain peran. Misalnya, anak pura-pura menjadi dokter dan Bunda menjadi pasien, anak pura-pura menjadi koki dan Bunda menjadi penikmat makanannya. 

Bunda juga bisa bermain peran lainnya sesuai imajinasi si Kecil, seperti main masak-masakan, perang-perangan, dan lainnya.

Jadi, ia akan belajar tentang bagaimana sebuah profesi bisa melakukan pekerjaannya atau bagaimana cara membuat sesuatu yang mungkin tidak bisa dilakukan secara nyata oleh anak kecil. Di sini, anak secara tidak langsung belajar memahami konsep kompleks peran manusia dalam kehidupan nyata mulai dari cara bicara, jenis bahasa yang digunakan, gesture tubuh, ekspresi wajah, hingga emosi yang ditunjukkan.  

Sambil bermain, anak juga secara tidak langsung mempelajari keterampilan penting yang membantu perkembangan kognitif dan sosial-emosional mereka.

8. Bermain Puzzle

Bermain puzzle bisa menjadi permainan untuk melatih kemampuan kognitif anak balita. Bunda bisa mengawali permainan ini dengan kepingan puzzle yang besar agar anak lebih mudah saat memainkannya.

Ketika anak sudah mahir, bisa beralih ke ukuran yang sedang, sampai yang kecil. Sebaiknya hindari membiarkan anak bermain sendiri, Bunda bisa ikut serta menyusun gambar sambil sesekali ajak diskusi tentang bentuk dan susunan puzzle.

9. Berikan Susu Pertumbuhan Terfortifikasi

Bunda perlu secara rutin menerapkan cara-cara di atas untuk meningkatkan perkembangan otak anak lebih optimal. Namun selain dari stimulasi, Bunda tentu perlu memperhatikan kelengkapan nutrisi si Kecil, terutama nutrisi mengoptimalkan perkembangan otaknya.

Sebab, perkembangan otak yang optimal merupakan fondasi penting untuk mendukung kemampuan belajar si Kecil. Namun, masih banyak Bunda yang tidak menyadari, bahwa 90% perkembangan otak si Kecil tercapai di usia 5 tahun. 

Jadi, yuk teruskan nutrisinya dengan SGM Eksplor 3+, satu-satunya dengan IronC™ untuk mendukung 2x penyerapan nutrisi penting, serta dilengkapi DHA, Minyak Ikan Tuna, Omega 3&6 serta nutrisi penting lainnya yang mendukung perkembangan kognitif si Kecil untuk siapkan prestasinya.

Referensi tambahan:

  1. 0. (2018, October 9). 7 Ways to Help Your Child’s Brain Develop. Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health-news/5-free-ways-to-improve-your-childs-brain
  2. CDC. (2022, March 25). Early Brain Development and Health. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/early-brain-development.html#:~:text=Nurturing%20a%20child%20by%20understanding,learning%20and%20succeeding%20in%20school.
  3. HealthyFamilies BC Joins HealthLinkBC.ca | HealthLink BC. (2021). Healthlinkbc.ca. https://www.healthlinkbc.ca/healthyfamilies-bc-joins-healthlinkbcca
  4. Understood. (2023). Understood.org. https://www.understood.org/learning-thinking-differences/signs-symptoms
  5. 2-3 years: toddler development. (2022, December 15). Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years
  6. Verywell. (2014). 4-Year-Old Child Development Milestones. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/4-year-old-developmental-milestones-2764713#cognitive-development
  7. Verywell. (2022). 5-Year-Old Child Development Milestones. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/5-year-old-developmental-milestones-620713#cognitive-development
  8. Cusick, S. E., & Georgieff, M. K. (2016). The Role of Nutrition in Brain Development: The Golden Opportunity of the “First 1000 Days.” 175, 16–21. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2016.05.013
  9. How Music and Singing Helps Brain Development In Children - Songs for Teaching Blog. (2017, July 12). Songs for Teaching Blog. https://songsforteaching.net/how-music-and-singing-helps-brain-development-in-children/
  10. Cognitive development and sensory play. (2016, December 15). MSU Extension. https://www.canr.msu.edu/news/cognitive_development_and_sensory_play
  11. 4-5 years: preschooler development. (2022, December 16). Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/preschoolers/development/development-tracker/4-5-years
  12. Brain Development. (2023, January 13). First Things First. https://www.firstthingsfirst.org/early-childhood-matters/brain-development/#:~:text=90%25%20of%20Brain%20Growth%20Happens,full%20grown%20%E2%80%93%20by%20age%205
  13. Kelly, J. (2014, November 13). Your 2-Year-Old’s Developmental Milestones. What to Expect; WhattoExpect. https://www.whattoexpect.com/toddler-development/developmental-milestones.aspx
  14. Prado, E. L., & Dewey, K. G. (2014). Nutrition and brain development in early life. 72(4), 267–284. https://doi.org/10.1111/nure.12102
  15. How Nutrition Helps Kids Learn - Knoxville-Knox County Head Start. (2019, March). Knoxville-Knox County Head Start - Knoxville-Knox County Head Start. https://www.knoxvilleheadstart.org/03/how-nutrition-helps-kids-learn/

Artikel Terpopuler