Sebagai orangtua, Bunda tentu ingin mendukung perkembangan kognitif anak berjalan optimal sejak usia dini. Sebab, keterampilan kognitif sangatlah berhubungan dengan kesiapan si Kecil belajar di sekolah nantinya.
Keterampilan ini akan dibutuhkan anak di sekolah untuk berpikir dan belajar, berkonsentrasi, mengingat dan memahami pelajaran, sampai memecahkan masalah. Perkembangan kognitif otak juga akan sangat tergantung pada tiga tahun pertama kehidupan seorang anak.
Nah, salah satu cara untuk Bunda mendukung perkembangan otak anak di usia prasekolah adalah dengan memberikan asupan gizi yang tepat. Baca terus untuk informasi lengkapnya, ya!
Bagaimana Cara Kerja Otak Anak Berkembang?
1000 hari pertama kehidupan adalah periode emas bagi tumbuh kembang si Kecil yang tidak boleh terlewatkan. Sebab pada tiga tahun pertama usia anak, otaknya sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat.
Ya! Sekitar 90% perkembangan otak anak terjadi optimal pada 3 tahun pertama kehidupannya dan masih akan terus tumbuh hingga mencapai usia 5 tahun.
Anak sebetulnya terlahir sudah memiliki semua sel otak (neuron) untuk selama sisa hidup mereka. Akan tetapi, setiap sel-sel tersebut perlu memiliki koneksi antar satu sama lain agar otak dapat berfungsi dengan baik.
Koneksi otak ini yang memungkinkan kita untuk bergerak, berpikir, berkomunikasi, dan melakukan hampir semua hal. Keterampilan penting lainnya, seperti motivasi, kedisiplinan diri, pemecahan masalah, dan berperilaku juga terbentuk dari koneksi otak pada tahun-tahun awal ini.
Pada anak usia dini, koneksi antar sel otak dibuat dengan kecepatan yang luar biasa. Setidaknya akan terjadi satu juta koneksi saraf baru setiap detik dalam otak anak balita, yang jauh lebih banyak daripada waktu lain dalam hidup. Semakin banyak dan semakin kuat hubungan antar sel saraf otak, perkembangan otak anak akan semakin matang.
Setiap koneksi sel otak akan terbentuk melalui interaksi dan pengalaman sehari-hari anak dengan orangtua dan pengasuhnya. Misalkan saja, dari seberapa sering dan intens stimulasi yang Bunda berikan serta termasuk juga kasih sayang dan perhatian yang si Kecil dapatkan setiap hari.
Nah selain stimulasi, asupan nutrisi yang si Kecil terima di masa kanak-kanak awal juga berperan sama pentingnya untuk menguatkan koneksi antar sel saraf otak, Bund!
Itu kenapa tahun-tahun awal adalah kesempatan terbaik bagi otak anak untuk mengembangkan koneksi yang mereka butuhkan untuk menjadi orang dewasa yang sehat, cakap, dan berprestasi. Terlebih karena koneksi sel otak yang baru akan jauh lebih sulit terbentuk di kemudian hari.
Kenapa Nutrisi Penting untuk Perkembangan Kognitif Anak?
Perkembangan otak anak sebetulnya sudah dimulai sejak dalam kandungan dan terus berlanjut hingga tiga tahun pertama kehidupannya. Pada rentang waktu ini perkembangan otak anak sangat pesat sehingga penting bagi orang tua untuk memahami pentingnya peran nutrisi.
Sebab bisa dibilang, pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan sampai tiga tahun pertama menjadi pondasi untuk pengembangan keterampilan kognitif, motorik, dan sosio-emosional sepanjang masa kanak-kanak dan dewasa.
Penelitian dari jurnal Nutrition Reviews tahun 2014 bahkan melaporkan, kekurangan gizi selama kehamilan dan masa bayi cenderung berisiko mempengaruhi kognisi, perilaku, dan produktivitas anak sepanjang usia sekolah nanti.
Sudah banyak pula penelitian lain yang membuktikan bahwa anak yang tidak mendapatkan cukup nutrisi dari makanan mengalami penurunan produksi sel otak, keterbatasan fungsi otak, dan keterlambatan perkembangan kognitif.
Para ahli menyatakan, periode emas pertumbuhan otak anak akan terus berlangsung sejak ia dilahirkan hingga berusia lima tahun. Itu kenapa penting sekali untuk Bunda meneruskan pemenuhan nutrisi yang tepat sampai setelah anak berusia 3 tahun, lho!
Apa Saja Nutrisi yang Bagus untuk Perkembangan Otak Anak?
Untuk memastikan otak anak dapat mencapai potensi penuh selama perkembangannya, nutrisi yang bisa Bunda berikan antara lain:
1. Omega 3, Omega 6, dan DHA
Asam lemak omega-3, seperti (DHA), memainkan peran penting dalam perkembangan otak dengan mendukung pertumbuhan neuron dan koneksinya satu sama lain.
Banyak hasil penelitian menunjukkan asupan asam lemak omega-3 penting untuk mendukung perkembangan otak dan perkembangan saraf anak semenjak dari dalam kandungan hingga ke tahap tumbuh kembang anak seterusnya. Omega-3 juga ditemukan berfungsi penting untuk mendukung perkembangan retina mata dan kesehatan mental anak.
Studi lain dari University of Illinois tahun 2017 menambah bukti bahwa kombinasi asupan asam lemak omega-3 dan omega-6 dari makanan dapat menjaga kesehatan otak anak hingga dewasa nanti.
Meski begitu, tubuh anak umumnya tidak memiliki persediaan omega-3 dan 6 dalam jumlah yang cukup. Maka, Bunda bisa terus memberikan asupan dua asam lemak esensial ini dari variasi makanan, seperti:
-
Beragam jenis ikan berminyak, seperti salmon, makarel, dan sarden.
-
Kacang-kacangan seperti kedelai, almond, dan mete.
-
Daging, ayam, dan telur.
-
Biji-bijian seperti kuaci.
-
Minyak ikan.
-
2. Zat Besi
Zat besi sangat penting untuk menyediakan jumlah sel darah merah yang cukup untuk membawa oksigen ke otak.
Di otak, zat besi akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi setiap bagian otak anak. Itu kenapa kekurangan zat besi sering dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan kognitif pada anak kecil.
Untuk memenuhi kebutuhan anak, Bunda bisa memberikan makanan tinggi zat besi seperti:
-
Daging tanpa lemak (ayam, sapi, kambing)
-
Hati sapi atau hati ayam
-
Telur
-
Seafood (ikan tuna, salmon, udang)
-
Tahu
-
Kacang-kacangan, termasuk selai kacang
Untuk anak, zat besi juga berperan sebagai nutrisi yang mendukung proses pertumbuhan fisik, menjaga kesehatan otot, dan perkembangan fungsi saraf.
3. Vitamin C
Selama ini Bunda mungkin lebih mengenal manfaat vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh supaya si Kecil tidak gampang sakit.
Namun nyatanya, vitamin C juga punya andil penting untuk mendukung perkembangan kognitif anak di usia dini, lho!
Vitamin C membantu kerja sistem saraf untuk membentuk koneksi antar sel otak, juga membantu pembentukan struktur sel otak itu sendiri. Selain itu, asupan vitamin C yang cukup ikut mendukung kelangsungan hidup tiap sel-sel otak tersebut.
Beberapa makanan tinggi vitamin C yang disukai anak adalah:
-
Jeruk
-
Stroberi
-
Pepaya
-
Kiwi
-
Jambu biji
-
Brokoli
-
Mangga
-
Tomat
-
Bayam
-
Pisang
Menariknya lagi, vitamin C juga memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Kombinasi unik dari dua macam nutrisi ini secara umum akan membantu menjaga kesehatan anak.
Vitamin C adalah kunci untuk menjaga metabolisme dan mendukung sistem saraf, sementara zat besi sangat penting untuk menggerakkan oksigen ke seluruh tubuh dan meningkatkan kesehatan jantung.
4. Vitamin D
Vitamin D bantu menyerap kalsium untuk membangun tulang yang kuat agar si Kecil bisa tumbuh tinggi.
Namun, Bunda juga perlu tahu bahwa peran vitamin D sama pentingnya untuk perkembangan kognitif anak. Terutama pada tahun-tahun awal kehidupan anak ketika otak sedang berkembang pesat-pesatnya.
Untuk otak, vitamin D berfungsi untuk melindungi neuron dan mencegah peradangan yang dapat memicu kerusakan di kemudian hari.
Melansir hasil analisis studi dalam jurnal Cureus tahun 2018, kekurangan vitamin D yang terjadi selama masa kehamilan dan periode emas anak menunjukkan peningkatan risiko masalah belajar, masalah pada memori, dan gangguan perilaku.
Vitamin D paling banyak ditemukan dalam sinar matahari pagi dan makanan sehat, seperti:
-
ikan berminyak, seperti salmon, sarden, herring, dan mackerel.
-
Daging merah.
-
Hati sapi.
-
Kuning telur.
-
Sumber makanan yang diperkaya (fortifikasi), seperti susu formula pertumbuhan.
Penting untuk mencukupi kebutuhan vitamin D anak sehari-hari. Sebab selain untuk mendukung perkembangan tulang dan otak, vitamin D juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak secara umum.
Kekurangan vitamin D yang serius pada anak-anak juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan kelemahan otot yang tentu akan memengaruhi kesiapan si Kecil bersekolah nanti.
4. Zinc
Kekurangan zinc dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak dengan cara menurunkan atensi (fokus dan perhatian) dan kurangnya minat untuk beraktivitas.
Kekurangan seng selama masa pertumbuhan otak di periode emas dan usia sekolah juga mengurangi kapasitas memori dan menghambat motivasi untuk belajar.
Selain itu, kekurangan zinc juga berhubungan dengan hambatan perkembangan motorik dan gangguan perilaku.
Zinc, zink, atau seng adalah zat gizi yang banyak ditemukan dalam biji-bijian utuh seperti gandum, daging merah tanpa lemak, dan daging ayam. Kacang buncis dan kacang-kacangan seperti kacang mete dan almond juga mengandung seng.
Selain dari makanan, susu pertumbuhan juga merupakan sumber zinc yang baik, lho!
Bantu Anak Siap Belajar dengan SGM Eksplor 3 Plus Pro-gress Max
Pemenuhan nutrisi sebetulnya bukan sekadar untuk menjamin kesehatan dan tumbuh kembang fisik anak, tapi juga kesiapan anak bersekolah.
Studi menunjukkan bahwa ketika anak-anak usia sekolah memiliki gizi yang baik, mereka bisa berkonsentrasi lebih baik, menunjukkan hasil akademis yang lebih baik di kelas, dan memiliki lebih sedikit masalah perilaku di sekolah.
Selain itu, nutrisi yang baik meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang artinya anak akan lebih jarang izin tidak masuk sekolah karena sakit. Jadi, sangat penting bagi Bunda terus menyediakan makanan kaya nutrisi dalam menu makan anak sehari-hari.
Namun, Bunda juga bisa mendukung perkembangan otak anak dengan dampingan susu pertumbuhan yang sudah diperkaya dengan sejumlah nutrisi di atas.
SGM Eksplor 3 Plus Pro-gress Maxx dapat menjadi salah satu susu pertumbuhan yang dapat Bunda pilih untuk dukung si Kecil siap belajar**. Sebab, SGM Eksplor 3 Plus Pro-gress Maxx sudah diformulasikan dengan DHA, Omega 3&6, minyak ikan, kalsium, vitamin D, serta IronC (kombinasi unik zat besi dan vitamin C).
Semua nutrisi ini dibutuhkan si Kecil untuk mendukung potensi prestasinya di sekolah menjadi Anak Generasi Maju yang mampu Berpikir Cepat, Gigih, Percaya Diri, Tumbuh Tinggi, dan Aktif Bersosialisasi.
Ingin mencari inspirasi kegiatan yang menyenangkan untuk bantu anak belajar sebelum mulai masuk sekolah? Yuk, kunjungi laman Sekolah Generasi Maju! Sekolah Generasi Maju adalah sarana yang khusus dipersiapkan oleh SGM Eksplor untuk mendukung orang tua mengasah potensi prestasi si Kecil agar menjadi Anak Generasi Maju.
Jangan lupa daftarkan diri Bunda di Klub Generasi Maju untuk dapatkan akses ke banyak fitur-fitur menarik lainnyal. Gratis
Referensi:
- First Thing First. https://www.firstthingsfirst.org/early-childhood-matters/brain-development/ Diakses 5 Juli 2022
- Arizona State University https://azpbs.org/2017/11/early-childhood-brain-development-lifelong-impact/ Diakses 5 Juli 2022
- Prado, E. L., & Dewey, K. G. (2014). Nutrition and brain development in early life. Nutrition Reviews, 72(4), 267–284. https://doi.org/10.1111/nure.12102
- St. Peters School https://stpetersprep.co.uk/how-nutrition-affect-brain-development/ Diakses 5 Juli 2022
- DiNicolantonio, J. J., & O’Keefe, J. H. (2020). The Importance of Marine Omega-3s for Brain Development and the Prevention and Treatment of Behavior, Mood, and Other Brain Disorders. Nutrients, 12(8), 2333. https://doi.org/10.3390/nu12082333
- University of Illinois at Urbana-Champaign. (2017, May 18). Healthy brain aging linked to omega-3 and omega-6 fatty acids in the blood. ScienceDaily. Retrieved July 4, 2022 from www.sciencedaily.com/releases/2017/05/170518140235.htm
- Healthline. https://www.healthline.com/health/parenting/iron-rich-foods-for-toddlers Diakses 5 Juli 2022
- Figueroa-Méndez, R., & Rivas-Arancibia, S. (2015). Vitamin C in Health and Disease: Its Role in the Metabolism of Cells and Redox State in the Brain. Frontiers in Physiology, 6. https://doi.org/10.3389/fphys.2015.00397
- Anjum, I., Jaffery, S. S., Fayyaz, M., Samoo, Z., & Anjum, S. (2018). The Role of Vitamin D in Brain Health: A Mini Literature Review. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.2960
- Bhatnagar, S., & Taneja, S. (2001). Zinc and cognitive development. British Journal of Nutrition, 85(S2), S139–S145. https://doi.org/10.1079/bjn2000306
- PubMed. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8156420/. Diakses 6 Juli 2022