Penting bagi Bunda memahami bagaimana cara menambah zat besi pada anak. Sebab, kekurangan zat besi bisa berdampak negatif pada kognitif, perilaku, dan pertumbuhan fisik anak.
Cara Menambah Zat Besi pada Anak
Anak di atas usia 1 tahun membutuhkan asupan zat besi sebanyak 7-10 miligram setiap hari. Jika si Kecil masih kekurangan zat besi, berikut adalah berbagai cara meningkatkan asupannya:
1. Hidangkan Makanan Tinggi Zat Besi 2x Sehari
Kunci dari pemenuhan zat besi adalah lewat asupan makanan. Usahakan penuhi kebutuhan zat besi anak dari sumber makanan tinggi zat besi minimal 2 kali per hari, seperti dari daging merah.
Sebagai contoh, 1/4 ons daging sapi cincang mengandung 0,8 mg zat besi, 1/4 ons daging kambing terdapat 1 mg zat besi, dan 1/4 ons hati ayam bisa mengandung 3,6 mg zat besi.
Jangan lupa juga lengkapi dengan sumber nabati sebagai cara menambah zat besi pada anak. Contoh sayuran tinggi zat besi adalah bayam, brokoli, pakcoy, ubi jalar, edamame, dan jamur tiram.
2. Masak Sayuran Zat Besi Hingga Matang
Tidak semua kandungan zat besi dari makanan bisa diserap tubuh. Tubuh kita hanya menyerap sekitar 3% dari total zat besi dalam sayuran dan 23% dari protein hewani.
Namun, proses memasak pada umumnya bisa meningkatkan jumlah zat besi yang ada dalam sayuran.
Sebagai gambaran, tubuh hanya bisa menyerap 6% zat besi dari brokoli mentah, tapi jika dimasak matang kadar zat besi yang terserap bisa sampai 30% dari total kandungannya.
3. Dampingi dengan Sumber Vitamin C
Salah satu cara menambah zat besi pada anak yang juga penting adalah dengan didampingi makanan tinggi vitamin C . Vitamin C dinilai dapat membantu penyerapan zat besi, terutama yang berasal dari makanan nabati.
Contohnya, jika Bunda masak sayur sawi, tambahkan daging ayam cincang dan irisan tomat lalu buatkan juga jus jeruk peras.
Jika lauknya cah brokoli daging, sajikan buah jambu biji, pepaya, atau stroberi sebagai pencuci mulut.
Baca Juga: Manfaat Zat Besi dan Vitamin C (IronC™) untuk Tumbuh Kembang Anak
4. Hindari Minum Susu atau Teh di Waktu Makan Utama
Susu sapi tidak boleh dikonsumsi berbarengan dengan makanan sumber zat besi, karena kandungan kalsium dan fosfornya berkompetisi dengan penyerapan zat besi.
Begitu juga dengan teh, karena mengandung tanin atau polifenol yang dapat menghambat penyerapan zat besi.
Selain teh dan susu, contoh makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah produk olahan susu (keju, yogurt, eskrim, butter atau mentega), juga coklat atau kakao.
Namun, ini bukan berarti anak sama sekali tidak boleh mengonsumsi susu atau teh. Susu atau teh sebaiknya diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan lauk tinggi zat besi.
5. Hindari Konsumsi Makanan Penghambat Zat Besi
Agar cara menambah zat besi pada anak bisa efektif, ada beberapa makanan yang disarankan tidak dikonsumsi berbarengan karena mengandung zat tertentu yang bisa menghambat penyerapannya.
Contoh zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah asam fitat yang ada di kedelai dan gandum, juga asam oksalat yang ada pada buncis dan kacang-kacangan.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mencegah Defisiensi Zat Besi pada Anak
6. Konsumsi Makanan Sumber Vitamin A
Kekurangan asupan vitamin A dari menu makan sehari-hari dapat menyebabkan anak kekurangan zat besi, karena vitamin A membantu melepaskan simpanan zat besi.
Uniknya, kandungan beta karoten dan vitamin A juga membantu meningkatkan penyerapan zat besi dari beras hingga 3 kali lipat dan 1,8 kali lipat pada gandum.
Ini artinya, beta karoten dan vitamin A bisa mencegah efek penghambatan zat besi yang diakibatkan asam fitat dari beras dan gandum.
7. Dukung dengan Makanan Fortifikasi
Hanya mengandalkan asupan zat besi dari makanan sehari-hari mungkin belum tentu cukup untuk penuhi total kebutuhan hariannya.
Sebagai gambaran, anak harus makan 1,5x porsi steak orang dewasa (385 gram) dalam satu kali makan untuk bisa mendapatkan 10 mg zat besi. Porsi ini tentu mustahil untuk perut anak-anak.
Jadi, salah satu cara menambah zat besi pada anak yang patut dipertimbangkan adalah memberikan makanan terfortifikasi zat besi. Salah satu contohnya adalah susu terfortifikasi zat besi, seperti SGM Eksplor 1+.
SGM Eksplor 1+ adalah satu-satunya susu pertumbuhan anak yang diperkaya formula IronC™ (kombinasi unik zat Besi & vitamin C) untuk dukung penyerapan zat besi hingga 2x lipat.
Dilengkapi juga dengan nutrisi penting lain seperti DHA 100% berkualitas dari minyak ikan tuna, omega 3&6, serat pangan, zinc, protein, vitamin D, dan kalsium untuk dukung tumbuh kembang maksimal si Kecil.
Namun ingat, berikan susu di luar jam makan anak (minimal 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan lauk tinggi zat besi).
8. Konsumsi Suplemen Zat Besi
Di Indonesia, dokter dapat memberikan suplemen zat besi pada anak tanpa perlu ada indikasi gejala defisiensi besi atau melakukan screening anemia terlebih dulu. Tujuannya untuk mencegah risiko kekurangan zat besi.
Untuk anak usia 1-2 tahun, suplemen besi dapat diberikan dengan dosis 2 mg/kg BB anak/hari, dengan lama pemberiannya selama 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun.
Sementara anak usia 2-5 tahun dapat diberikan dosis 1 mg/kg BB/hari untuk 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun.
Agar lebih yakin dengan dosis dan jadwalnya, sebaiknya konsultasi dulu ke dokter, ya. Bunda juga bisa langsung hubungi Sahabat Bunda Generasi Maju tanpa dipungut biaya, jika masih ada pertanyaan seputar cara-cara pemenuhan gizi anak.
Baca Juga: 6 Dampak Kekurangan Zat Besi pada Anak yang Harus Diwaspadai
Cara Cek Kadar Zat Besi Anak
Setelah melakukan berbagai cara menambah zat besi pada anak, selanjutnya Bunda perlu mengecek kadar zat besi anak dengan tes ferritin di rumah sakit atau klinik laboratorium mandiri.
Tes ferritin dapat memberi tahu dokter apakah upaya peningkatan zat besi yang selama ini Bunda lakukan sudah memberikan hasil yang baik.
Tes ini juga dapat membeberkan penyebab anemia defisiensi zat besi pada anak jika hasilnya masih menunjukkan anak kekurangan zat besi. Penyebabnya mungkin suatu kondisi atau masalah kesehatan tertentu yang perlu ditangani secara medis.
Bunda juga bisa cek apakah si Kecil berisiko kekurangan zat besi berdasarkan kebiasaan makannya dengan mengisi 2 pertanyaan singkat di Iron Check Tools, lho!
Referensi:
-
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. (n.d.). http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
-
Besi, S., & Anak, U. (2011). REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA. https://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Suplemen-Zat-Besi.pdf
-
Ferritin test - Mayo Clinic. (2023). Mayoclinic.org; https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/ferritin-test/about/pac-20384928
-
Marı́a Nieves Garcı́a-Casal, Layrisse, M., Solano, L., Marı́a Adela Barón, Arguello, F., Llovera, D., José Ramı́rez, Leets, I., & Tropper, E. (1998). Vitamin A and β-Carotene Can Improve Nonheme Iron Absorption from Rice, Wheat and Corn by Humans. Journal of Nutrition, 128(3), 646–650. https://doi.org/10.1093/jn/128.3.646
-
Iron Supplement (Oral Route, Parenteral Route) Precautions - Mayo Clinic. (2024). Mayoclinic.org. https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/iron-supplement-oral-route-parenteral-route/precautions/drg-20070148?p=1#:~:text=If%20you%20are%20taking%20iron,Milk
-
helmyati. (2023, December 15). Cegah Anemia dengan Konsumsi Makanan yang Tepat - PKGM. PKGM. https://pkgm.fk.ugm.ac.id/2023/12/15/cegah-anemia-dengan-konsumsi-makanan-yang-tepat/
-
Health. (2015). Iron. Vic.gov.au. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/iron
-
IDAI | Pastikan Bayi Anda Cukup Zat Besi? (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi