Penyakit TBC (tuberkulosis) sepatutnya menjadi salah satu masalah kesehatan anak yang menjadi perhatian utama Bunda. Sebab, kasus TBC di Indonesia sampai saat ini masih terbilang tinggi terutama pada anak-anak usia dini. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dari jumlah total 503.712 orang Indonesia yang terdiagnosa dengan TBC pada rentang waktu 1 Januari hingga 1 November 2022, ada sebanyak 61.594 kasus yang terjadi pada anak-anak rentang usia 0-14 tahun.
Penyebaran TBC pun ternyata dapat diperparah dengan semakin memburuknya polusi udara belakangan ini. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan kualitas udara terburuk di dunia menurut laporan dari IQAir.
Memang, apa hubungannya penyebaran TBC dengan polusi udara dan apa langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah penyakit TBC pada anak? Mari simak penjelasan lengkapnya, Bun.
TBC Bisa Menular Melalui Apa Saja?
TBC atau yang sekarang dikenal dengan TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini menyebar melalui cipratan liur (droplet) yang keluar saat pasien positif TB batuk atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung. Tetesan liur juga dapat menyebar saat orang yang sakit TB membuang dahak sembarangan. Begitu droplet beterbangan di udara, siapa pun di dekatnya dapat menghirupnya.
Anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun (balita) paling rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa yang sudah lebih dulu menderita penyakit tersebut. Salah satu alasannya karena anak-anak cenderung berinteraksi intens dan berulang dengan lebih banyak orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Di sisi lain, TBC pada orang dewasa juga seringkali tidak terdiagnosis dengan tepat karena tidak terlihat gejalanya sehingga orang tersebut nampak tidak memiliki penyakit TBC.
Bakteri penyebab TBC dapat terhirup anak ketika ia berada di dekat orang dewasa yang menderita TBC yang bersin atau batuk, atau bahkan ketika berbicara jarak dekat tanpa menggunakan masker. Oleh karena itu anak-anak lebih rentan terpapar pada tuberkulosis di rumah atau di lingkungan terdekatnya.
Bagaimana Faktor Risiko Terjadinya TB pada Anak?
Faktor risiko TBC pada anak di antaranya adalah status gizi, riwayat kontak TBC seperti yang telah dijelaskan di atas, usia imunisasi BCG, sanitasi lingkungan, dan malnutrisi.
Namun, salah satu faktor risiko terbesar penularan TB pada anak yang mungkin belum banyak diketahui adalah polusi udara, baik di dalam maupun luar ruangan. Jika ada orang dewasa di sekitar si Kecil yang mengidap TBC, risiko tertularnya semakin meningkat.
Sebuah studi pada tahun 2021 menyatakan bahwa polusi udara dalam ruangan karena asap rokok meningkatkan risiko infeksi tuberkulosis laten (tidak menunjukkan gejala) pada anak-anak yang tinggal seatap dengan pasien tuberkulosis aktif.
Bakteri tuberkulosis memang lebih mudah menyebar di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk. Dalam lingkungan yang tertutup dan lembap, bakteri TB dapat bertahan di udara selama sekitar satu hingga dua jam.
Kualitas udara luar ruangan yang makin memburuk akhir-akhir ini juga dapat membuat penyebaran TBC semakin mudah dan cepat. Sebab, paparan polusi dalam jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak. Ketika sistem kekebalan tubuh melemah, virus akan mudah masuk tanpa kita sadari.
Paparan langsung terhadap polusi udara juga dapat menyebabkan peradangan pada organ pernapasan anak dan mengurangi fungsi paru-paru.
Baca Juga: Pentingnya Imunisasi Kejar untuk Lengkapi Imunisasi Dasar Anak
Apakah Penyakit TBC Berbahaya pada Anak?
Ya, TB berbahaya bagi anak karena merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan. TBC umumnya menyerang paru-paru sehingga menyebabkan masalah pernapasan. Namun dalam beberapa kasus, penyakit ini juga bisa menyerang berbagai organ vital lain, seperti selaput otak, kelenjar getah bening, mata, ginjal, jantung, hati, usus, dan kulit. TB yang menyerang selaput otak dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
Bagaimana Ciri-Ciri TBC pada Anak?
Penting bagi orang tua agar mengetahui gejala-gejala TBC pada anak karena penyakit ini seringkali sulit untuk dideteksi sehingga bisa terlambat didiagnosis. Berikut ini beberapa gejala umum TBC yang dapat dialami anak-anak:
-
Menurunnya nafsu makan.
-
Sering mengalami demam yang lama kurang lebih 2 minggu.
-
Mengalami batuk terus menerus dan semakin memburuk kurang lebih selama 3 minggu.
-
Terjadi penurunan berat badan atau tidak adanya kenaikan berat badan selama 2 bulan terakhir.
-
Mempunyai kondisi kesehatan yang terus menurun dan lesu.
-
Adanya benjolan pada leher yang muncul lebih dari satu.
Meski demikian, gejala khusus seperti di atas tidak bisa disebut sebagai ciri khas gejala penyakit TBC. Sebab, penyakit kronis lain juga bisa menunjukkan gejala serupa.
Oleh karena itu, diagnosis TBC pada anak memerlukan pemeriksaan pendukung untuk menentukan apakah si Kecil mengidap TBC atau tidak. Salah satunya yaitu dengan pemeriksaan tes tuberkulin (uji Mantoux) atau melakukan foto toraks. Pemeriksaan ini akan membantu dokter membuat diagnosis yang akurat.
Bagaimana Cara Mencegah Penyakit TBC?
Penyakit tuberkulosis sangat mudah menular. Jika sudah tertular, pengobatan TBC harus cepat dimulai dan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tuntas. Durasi pengobatan umumnya berkisar antara 6 sampai 12 bulan.
Maka dari itu, Bunda sebaiknya menerapkan langkah-langkah pencegahan agar si Kecil terhindar dari penularan TBC. Berikut ini beberapa tindakan pencegahan TBC yang bisa Bunda lakukan:
1. Lengkapi Imunisasi BCG
Pemberian vaksinasi sangatlah penting untuk mencegah anak dari berbagai penyakit menular, termasuk TBC. Vaksin yang dapat mencegah penyakit TBC adalah vaksin BCG yang sudah menjadi program imunisasi wajib yang telah dijadwalkan IDAI. Pemberian vaksin BCG hanya dilakukan satu kali dan sesegera mungkin setelah si Kecil lahir atau sebelum berusia 1 tahun.
2. Hindari Sumber Penularan
Penularan TBC sangat mudah terjadi melalui udara, terutama saat orang yang terinfeksi melakukan tindakan seperti batuk, bersin, atau berbicara. Karena itu, sangat disarankan untuk membatasi atau menghindari kontak antara anak-anak dan pasien TB.
Ketika berada di dalam rumah, penting untuk mengingatkan pasien TB agar selalu memakai masker ketika berada di lingkungan ramai dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, terutama dalam tiga minggu pertama pengobatan.
Jika pengobatan tidak diikuti dengan ketat, bakteri TBC yang tersisa dalam tubuh dapat menjadi kebal terhadap antibiotik, membuat pengobatan lebih sulit dan meningkatkan risiko penularan pada orang sekitarnya.
3. Tingkatkan Imunitas Tubuh Anak
TBC adalah penyakit infeksi bakteri yang dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, terutama paru-paru. Sistem kekebalan tubuh yang kuat dapat membantu melawan infeksi bakteri TBC dan mencegah penyakit ini berkembang.
Maka dari itu, memberikan nutrisi yang seimbang kepada anak sangat penting untuk menjaga kesehatan mereka dan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Contoh nutrisi yang dapat membantu jaga imunitas anak adalah zat besi, vitamin C, vitamin A, D, C, E, B6 dan B12, folat, dan protein. Jadi, Bunda harus memastikan si Kecil selalu makan makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang dari banyak sayuran dan buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan sumber lemak sehat.
4. Jaga Kebersihan Udara
Selain memberikan nutrisi yang seimbang dan menjaga kesehatan tubuh anak, kebersihan lingkungan rumah juga memiliki peran penting dalam mencegah infeksi TBC dan penyakit lainnya.
Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan rutin memasang air purifier dan memastikan ventilasi udara di rumah berjalan baik. Jangan lupa bersihkan debu-debu di rumah untuk menghindari penumpukan partikel kotor yang dapat terhirup si Kecil.
Udara segar dan sirkulasi udara yang baik membantu mengurangi kelembapan di dalam rumah, yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab berbagai penyakit.
Baca Juga: 8 Cara Menjaga Kesehatan Tubuh Anak agar Tidak Mudah Sakit
Yang terpenting, Bunda harus selalu pastikan si Kecil terhindar dari risiko paparan. Jika melihat adanya tanda-tanda penularan TBC di sekitar lingkungan, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar dapat segera ditangani.
Bunda juga dapat konsultasikan berbagai pertanyaan terkait nutrisi, pola asuh, dan tumbuh kembang si Kecil melalui Sahabat Bunda Generasi Maju. Yuk, hubungi sekarang juga, Bun!
Referensi:
- World Health Organization. (2022). WHO consolidated guidelines on tuberculosis. Module 5. World Health Organization. https://www.who.int/publications/i/item/9789240046764
- IDAI | Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. (2022). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus/pedoman-nasional-pelayanan-kedokteran-tata-laksana-tuberkulosis
- IDAI | Amankah Buah Hati Anda dari Tuberkulosis? (2013). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/amankah-buah-hati-anda-dari-tuberkulosis
- TB Anak TB Anak. (2010). https://sr.tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2019/12/website-tb-anak_3juli2019.pdf
- Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1811/kenali-tb-pada-anak
- Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2023). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/read/1108/edukasi-tbc-pada-anak-apa-yang-harus-orang-tua-ketahui
- Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/mengenal-gejala-tbc-pada-anak-1
- Tahukah kalian pentingnya Terapi Pencegahan TBC (TPT) ? TBC Indonesia. https://tbindonesia.or.id/apakah-kalian-tahu-tpt-dapat-mence/
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Kemkes.go.id. https://www.kemkes.go.id/article/view/23033100001/deteksi-tbc-capai-rekor-tertinggi-di-tahun-2022.html
- Indonesia Raih Rekor Capaian Deteksi TBC Tertinggi di Tahun 2022. (2022). Kemkes.go.id. https://ayosehat.kemkes.go.id/indonesia-raih-rekor-capaian-deteksi-tbc-tertinggi-di-tahun-2022
- Rangking Indeks Kualitas Udara Dunia | IQAir. (2023, August 14). Iqair.com. https://www.iqair.com/id/world-air-quality-ranking