Apakah anak Bunda bereaksi berlebihan pada suara, sentuhan, bau, rasa, dan sebagainya? Menjerit jika wajahnya basah? Tidak merasa saat tubuhnya kotor atau terluka? Ini mungkin pertanda kalau anak 1 tahun Bunda menderita gangguan sensorik.
Mungkin banyak Bunda yang belum tahu kondisi apa ini. Gangguan pemrosesan sensorik atau Sensory Processing Disorder (SPD) adalah suatu kondisi yang memengaruhi cara otak memproses informasi sensorik (stimuli). Informasi sensorik yang dimaksud bisa berbagai hal, mulai dari yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan, atau disentuh.
Baca Juga: Penyebab Anak Terlambat Jalan dan Cara Stimulasinya
Ciri Anak yang Alami Gangguan Sensorik atau SPD
Gangguan sensorik atau SPD dapat memengaruhi satu atau beberapa indera. Pada anak, kondisi ini bisa membuatnya bereaksi berlebihan terhadap suara, pakaian, atau tekstur makanan. Namun, bisa juga anak menjadi kurang bereaksi terhadap sensorik yang diterimanya. Hal tersebut menyebabkan anak mencari rangsangan sensorik lain yang lebih intens. Tidak jarang juga anak mengalami gangguan sensorik campuran antara terlalu sensitif dan kurang sensitif.
Menurut American Academy of Family Physicians, ciri anak yang terlalu sensitif adalah:
-
Merasa pakaiannya terlalu gatal atau ketat.
-
Merasa lampu terlalu terang.
-
Merasa suara terlalu keras.
-
Merasa sentuhan lembut terlalu keras.
-
Merasakan tekstur makanan tertentu membuatnya muntah.
-
Memiliki keseimbangan yang buruk atau tampak canggung.
-
Bereaksi buruk terhadap gerakan tiba-tiba.
Terkadang, gejala di atas juga terkait dengan keterampilan motorik yang buruk. Misalnya, si Kecil kesulitan memegang pensil atau gunting, menaiki tangga, atau mungkin mengalami keterlambatan bahasa.
Sementara pada anak yang kurang sensitif cirinya adalah:
-
Tidak bisa duduk diam.
-
Mencari sensasi tertentu, seperti suka melompat dan ketinggian.
-
Bisa berputar tanpa pusing.
-
Tidak menangkap isyarat sosial.
-
Mengunyah sesuatu, termasuk tangan dan pakaian.
-
Mencari stimulasi visual.
-
Memiliki masalah tidur.
-
Tidak merasakan ketika wajahnya kotor.
Penyebab Gangguan Sensorik atau SPD pada Anak
Sayangnya, gangguan ini tidak dapat dicegah atau dihindari karena dokter tidak mengetahui penyebabnya. Menurut Indiana University Health, beberapa peneliti percaya SPD berasal secara genetik. Melalui diagnosis pada anak, beberapa orang tua mengatakan bahwa mereka juga memiliki kepekaan yang sama seperti anaknya.
Sementara eksperimen lain menunjukkan bahwa anak dengan masalah pemrosesan sensorik memiliki aktivitas otak yang tidak normal ketika terpapar cahaya dan suara secara bersamaan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi prenatal dan kelahiran atau faktor lingkungan. Ini karena SPD juga dapat terjadi setelah saraf rusak akibat cedera otak atau sumsum tulang belakang.
Baca Juga: Cegah Gangguan Motorik si Kecil dengan Zat Besi
Perawatan untuk Anak dengan Gangguan Sensorik atau SPD
Jika Bunda menduga anak mengalami gangguan sensorik, maka buatlah catatan mengenai apa yang tampaknya menjadi pemicu untuk kelebihan sensorik pada si Kecil. Jika sudah tidak bisa diatasi sendiri, jangan ragu konsultasi ke dokter anak dan mungkin si Kecil akan dirujuk ke dokter anak khusus perkembangan atau terapis okupasi untuk evaluasi lebih lanjut.
Jika memerlukan perawatan, maka biasanya akan dilakukan melalui terapi. Penelitian menunjukkan bahwa memulai terapi lebih awal adalah kunci mengobati SPD karena dapat membantu anak belajar mengelola stimulasi sensorik yang dirasakannya.
Beberapa jenis terapi yang biasa diberikan pada anak adalah:
1. Sensory Integration Therapy (SI)
Jenis terapi ini menggunakan kegiatan yang menyenangkan dalam lingkungan yang terkendali. Bersama terapis, anak diajarkan untuk mengalami rangsangan tanpa merasa kewalahan karena ia akan dibekali keterampilan koping untuk menghadapinya.
2. Sensory Diet
Terapi ini biasanya dilakukan untuk melengkapi terapi lainnya. Meski namanya diet, tetapi terapi ini bukan tentang makanan. Jadi, nantinya anak akan diberikan daftar kegiatan sensorik untuk di rumah dan sekolah, yang dirancang untuk membantunya tetap fokus dan teratur sepanjang hari.
3. Occupational Therapy
Anak mungkin memerlukan terapi ini untuk membantu gejala lain yang terkait dengan SPD karena terapi ini dapat membantu keterampilan motorik halus, seperti menulis tangan dan menggunakan gunting; keterampilan motorik kasar, seperti menaiki tangga dan melempar bola; serta keterampilan sehari-hari, seperti berpakaian dan cara menggunakan peralatan.
Selain melakukan terapi, hal yang tidak boleh Bunda lupakan saat merawat anak dengan gangguan sensorik atau SPD ini adalah mencukupi asupan makanan si Kecil dengan gizi yang seimbang. Selain melalui makanan, Bunda juga bisa lengkapi asupan nutrisinya dengan memberikan susu pertumbuhan terfortifikasi seperti susu SGM Eksplor 1+.
SGM Eksplor adalah satu-satunya susu pertumbuhan dengan IronC™, kombinasi unik Zat Besi & Vitamin C, untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi hingga 2x lipat. Dilengkapi dengan DHA, Minyak Ikan, Omega 3&6 serta nutrisi penting lainnya, bantu si Kecil tumbuh maksimal jadi generasi maju yang berpikir cepat dan berani.
Bagi Bunda yang ingin mendapatkan akses ke beragam konten edukatif soal pemenuhan gizi anak di usia dini, yuk daftarkan langsung di Klub Generasi Maju dan menjadi member untuk bisa mendapatkan promo serta penawaran menarik seputar susu SGM.
Referensi:
- Familydoctor,org, American Academy of Family Physicians. (2023, May). Sensory Processing Disorder (SPD). https://familydoctor.org/condition/sensory-processing-disorder-spd/#:~:text=Symptoms%20of%20sensory%20processing%20disorder,may%20underreact%20to%20sensory%20input.
- Riley Children’s Health, Indiana University Health. (-). Sensory Processing Disorders. https://www.rileychildrens.org/health-info/sensory-processing-disorders
- Goodman, Brenda, MA. (2023, March 14). Sensory Processing Disorder. WebMD. https://www.webmd.com/children/sensory-processing-disorder
- Kong, Michele, MD & Megan A. Moreno, MD, MSEd, MPH. (2018, December). Sensory Processing in Children. JAMA Networks. https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/2707900