Facebook Pixel Code 10 Cara Tepat Mendampingi Anak Hiperaktif

10 Cara Tepat Mendampingi Anak Hiperaktif

10 Cara Tepat Mendampingi Anak Hiperaktif

Perilaku si Kecil yang terlalu aktif mungkin kerap membuat Bunda menghela napas panjang. Ia mungkin terkesan seperti anak yang nakal atau tidak bisa diberi nasihat. Namun, jangan buru-buru emosi ya, Bunda. Sebab, bisa saja perilaku tersebut terjadi di luar kontrol si Kecil karena ia memiliki kondisi ADHD atau (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) yang biasa dikenal dengan hiperaktivitas. 

Lalu, apabila si Kecil terdiagnosis hiperaktif atau ADHD, apa yang harus Bunda dan Ayah lakukan? Simak cara tepat mendampingi dan mengatasi anak hiperaktif pada ulasan berikut ini.

Apa Itu Hiperaktivitas? 

Hiperaktif adalah kondisi dimana anak tidak bisa diam atau bahkan sulit untuk fokus. Hiperaktivitas bisa menjadi pertanda anak memiliki ADHD. ADHD adalah gangguan perilaku yang membuat anak terlihat gelisah, kesulitan berkonsentrasi, atau sering bertindak tanpa berpikir panjang mengenai akibatnya (impulsif). 

Meski demikian, anak yang aktif dan penuh energi bukan berarti hiperaktif. Kecurigaan apakah anak aktif yang penuh energi atau justru hiperaktif dapat diperhatikan dari kemampuannya melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.

Ciri-ciri ADHD dapat dilihat saat anak masih berusia dini dan akan semakin terlihat ketika anak harus masuk ke suatu lingkungan baru, misalnya mulai masuk sekolah. Oleh sebab itu, kebanyakan kasus ADHD sudah terdiagnosa saat anak masih berusia dibawah 12 tahun. 

Namun, ada juga kasus ADHD yang tidak terdiagnosa saat masa kanak-kanak dan terbawa sampai masa dewasa.

Baca juga: Tips Ibu Hebat Menghadapi si Kecil yang Aktif dan Banyak Akal

Ciri-Ciri Anak Hiperaktif atau ADHD

Melamun, tidak bisa duduk anteng dalam waktu lama, atau suka berlari-lari mengelilingi ruangan sebenarnya merupakan perilaku wajar yang biasa ditunjukkan oleh anak-anak. 

Oleh karena itu, sangat wajar bila pada awalnya Bunda dan Ayah tidak mengerti atau tidak menyedari bahwa si Kecil memiliki kondisi hiperkatif atau ADHD. 

Nah, mulai sekarang Bunda dapat mencoba lebih memperhatikan perilaku si Kecilnya. Apabila perilaku aktifnya justru sering menghambat aktivitas sehari-hari atau membuat si Kecil kesulitan berteman, bisa jadi ia memiliki gangguan perilaku. 

1. Ciri anak ADHD dengan Kesulitan Fokus

Anak di bawah usia 16 tahun akan menunjukkan minimal 6 poin dari daftar ciri-ciri di bawah ini ketika memiliki kondisi ADHD kesulitan fokus: 

  • Mudah kehilangan benda-benda penting miliknya, contohnya buku pelajaran, pensil, tas sekolah

  • Sering lupa saat menjalani aktivitas sehari-hari. 

  • Cenderung ceroboh dan tidak bisa fokus pada detail sehingga sering melakukan kesalahan. 

  • Cenderung kesulitan untuk fokus pada hal yang sedang dikerjakan. 

  • Cenderung tidak menyukai aktivitas atau menghindari mengerjakan tugas yang membutuhkan ketahanan mental dan waktu lama seperti mengerjakan PR. 

  • Cenderung mudah teralihkan perhatiannya.

  • Terlihat tidak memperhatikan atau tidak mendengarkan saat diajak berbicara secara langsung. 

  • Cenderung tidak mau mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas yang diberikan. 

  • Kesulitan untuk mengatur jadwal atau mengatur urutan pengerjaan tugas. 

2. Ciri Anak ADHD Hiperaktif-Impulsif

Anak di bawah usia 16 tahun yang memiliki ADHD umumnya akan menunjukkan minimal 6 poin dari daftar gejala berikut: 

  • Sangat sering melamun. 

  • Sering bergerak-gerak dengan gelisah (fidgeting) seperti menghentakkan kaki, menepuk-nepuk tangan, atau menggeliat-menggeliat saat duduk. 

  • Sering melakukan hal yang tidak sesuai dengan tempat dan waktu, misalnya tiba-tiba berlari ke atas panggung ketika ada pertunjukkan seni atau memanjat meja di sekolah.

  • Tidak bisa bermain atau menikmati suatu aktivitas yang menyenangkan dengan tenang. Si Kecil akan cenderung mengeluarkan suara yang keras. 

  • Sering seolah-olah berjalan atau bertindak tanpa bisa mengendalikan diri. 

  • Cenderung terlalu banyak bicara.

  • Kesulitan untuk menunggu giliran, contohnya tidak bisa mengantri untuk mengambil susu kotak di sekolah atau bergantian bermain ayunan. 

  • Sering terburu-buru menjawab padahal pertanyaan yang diberikan belum selesai diucapkan. 

  • Suka mengganggu aktivitas atau menyela pembicaraan orang lain. 

  • Kesulitan untuk menjalin hubungan pertemanan atau bergaul dengan orang lain. 

Walaupun Bunda merasa anak memiliki setidaknya 6 poin dari salah satu daftar ciri-ciri anak hiperaktif atau ADHD di atas, jangan pernah melakukan melabel kondisi anak secara mandiri, ya, Bun. 

Untuk memutuskan apakah anak hiperaktif atau tidak, Bunda perlu membawanya ke pusat pelayanan kesehatan terdekat. Disana, si Kecil akan melalui serangkaian pemeriksaan mulai dari pendengaran, penglihatan, psikologi, hingga wawancara pada orang-orang terdekat anak seperti orang tua dan guru. 

Baca juga: Kenali Ciri-Ciri Anak Sehat Secara Fisik dan Psikis

Cara Tepat Mengatasi dan Mendampingi Anak Hiperaktif

Pengobatan utama yang dianjurkan pada anak usia dini yang terdiagnosis dengan hiperaktif atau ADHD adalah terapi bersama keluarga. Jadi, Ayah dan Bunda harus bersama-sama menciptakan lingkungan rumah yang memberikan stimulasi positif pada anak. 

Namun, tentu saja itu bukan hal yang mudah. Merawat dan mendidik anak dengan kondisi hiperaktif tidak jarang membuat orang tua merasa kewalahan, baik secara fisik maupun mental. 

Nah, agar proses mendampingi tumbuh kembang si Kecil dengan kondisi hiperaktif atau ADHD tidak membuat Bunda dan Ayah kewalahan berlebihan, cara berikut ini mungkin dapat dicoba untuk diterapkan di rumah: 

1. Menerima Kondisi Anak

Ketika pertama kali mendengar diagnosis dari dokter, hati Bunda dan Ayah mungkin seperti berhenti sejenak. Kemudian rasa kaget, sedih, bingung, tidak tega, khawatir, dan tidak terima mungkin menyeruak menjadi satu. 

Bunda boleh mengambil sedikit waktu untuk mengelola perasaan tersebut. Namun, jangan terlalu lama berlarut-larut dalam rasa sedih dan penolakan ya, Bun. Jangan pula menyalahkan diri-sendiri atas kondisi si Kecil. 

Hal pertama yang si Kecil butuhkan dari Bunda dan Ayah adalah penerimaan terhadap kondisinya. 

Ketika orang tua sudah menerima bagaimanapun kondisi anak, keluarga secara otomatis akan lebih terbuka terhadap berbagai macam informasi baru untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil agar lebih optimal. 

2. Bekerjasama dengan Anggota Keluarga Lain

Semua anggota keluarga yang berkaitan langsung dengan pengasuhan anak sehari-hari (Bunda, Ayah, Nenek, Kakek, dan kerabat lainnya) perlu menyepakati cara menangani kondisi anak. 

Apabila cara yang digunakan berbeda-beda, si Kecil dapat mengalami kebingungan sehingga kondisinya tidak semakin membaik. Bunda dan Ayah pun akan lebih kewalahan dalam melewati keseharian bersama si Kecil. 

Baca juga: Pahami Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

3. Membuat Jadwal Aktivitas Harian 

Bunda dapat membuat jadwal aktivitas harian yang terstruktur dan dilakukan secara konsisten setiap hari. 

Hal ini penting untuk membantu si Kecil beraktivitas dengan teratur dan mampu menyelesaikan apa yang ia kerjakan sampai tuntas. 

Untuk memudahkan si Kecil dalam memahami, menjalankan, dan menyelesaikan setiap aktivitas hariannya, Bunda dapat membagi setiap aktivitas si Kecil ke dalam beberapa langkah terpisah. 

Ibu dapat membuat alur aktivitas yang sama setiap harinya, misalnya saat sarapan harus dimulai dengan makan dua potong buah. 

Setelah, makan buah si Kecil akan minum air putih, lalu makan nasi dengan sepotong lauk. Kemudian, aktivitas sarapan diakhiri dengan minum susu. 

4. Ajari Anak untuk Hidup Rapi

Agar si Kecil tidak mudah kehilangan barang-barangnya, Bunda perlu mengajarkan anak untuk selalu menjaga kerapian dan mengembalikan barang ke tempat yang sama setelah selesai memakainya.

Misalkan selesai menggunting kertas, motivasi si Kecil untuk langsung mengembalikan gunting ke dalam laci. Sepulang sekolah, langsung gantung tas di balik pintu. Selesai membaca buku, langsung kembalikan buku ke rak di bawah televisi. 

5. Menyingkirkan Distraksi

Bunda dapat membantu si Kecil meningkatkan fokusnya dengan menyingkirkan benda-benda yang berpotensi memproduksi suara gaduh dan mengganggu seperti televisi, radio, smartphone, dan mainan. 

Selain itu, sediakan juga ruangan yang bersih dan tertata rapi supaya perhatiannya tidak terbagi ke benda-benda yang ada di dalam ruangan. 

Namun, ada yang perlu diingat, Bun. Tidak semua anak hiperaktif atau ADHD cocok dengan suasana kerja yang tenang. 

Ada juga yang membutuhkan suara latar seperti musik lembut atau suara yang bentuknya repetitif (white noise) agar lebih mudah fokus. 

Oleh karena itu, sebaiknya Bunda mengamati dulu perilaku si Kecil sebelum memutuskan untuk menerapkan metode tertentu untuk membantu meningkatkan fokusnya. 

6. Membatasi Pilihan si Kecil

Anak dengan kondisi hiperaktif atau ADHD umumnya lebih mudah merasa kewalahan saat dihadapkan pada banyak pilihan sekaligus. 

Nah, agar aktivitas sehari-hari berjalan lebih mulus, Bunda dapat bantu si Kecil dengan memberikan pilihan dalam jumlah yang terbatas, maksimal dua. 

Selain itu, pastikan pilihan yang Bunda berikan sesuai dengan norma yang berlaku dan tidak membahayakan si Kecil maupun orang-orang disekitarnya, ya. 

Misalkan saat akan berangkat sekolah katakan, “Pilih, diantar Bunda atau Ayah?” atau saat akan makan malam, “Mau makan telur atau ayam?” 

Baca juga: Ciri-Ciri Speech Delay pada Anak dan Cara Mengatasinya

7. Berbicara dengan Jelas dan Spesifik

Anak hiperaktif cenderung kesulitan dalam mengikuti instruksi. Jadi, pastikan Bunda jangan mengomel atau berbicara dengan kalimat yang panjang ketika meminta anak melakukan suatu hal. 

Agar mudah dipahami dan diikuti, usahakan Bunda berbicara dengan jelas, spesifik, dan singkat. Misalnya, “Sekarang mandi,” atau “Taruh buku di rak.” 

8. Beri Anak Pujian

Ketika si Kecil menunjukkan perilaku yang diharapkan, Bunda dapat memberi si Kecil hadiah. 

Hal ini penting untuk membuat anak mengerti mana perilaku baik yang dapat diterima dan mana perilaku buruk yang dapat membuat dirinya atau orang lain dalam kondisi tidak menyenangkan. 

Misalkan saat anak berhasil duduk sampai makanan di piringnya habis, Bunda akan memberikan si Kecil satu magnet yang bisa ditempel di kulkas. Nanti setelah ada 10 magnet, si Kecil boleh makan es krim. 

Tentukan perilaku baik apa yang ingin Bunda kenalkan pada anak secara spesifik dan lakukan pendekatan secara bertahap pada periode waktu tertentu. 

Setelah satu perilaku baik berhasil dipahami si Kecil, Bunda dapat pindah untuk mengenalkan perilaku baik lainnya. 

9. Membantu si Kecil Mengenali Kesalahannya

Bunda perlu mengenali dan menghargai setiap pencapaian yang diraih oleh si Kecil. Namun, jangan membentak hingga menghukum si Kecil ketika ia melakukan hal yang memang belum bisa ia kontrol atau mengerti. 

Alih-alih memarahinya, Bunda dapat membantu si Kecil memahami apabila ia melakukan hal yang tidak terpuji, akan ada konsekuensi tidak menyenangkan yang mengikuti. 

Contohnya, “Kalau Adik memanjat meja, nanti jatuh. Kepala akan terbentur. Rasanya sakit. Jangan memanjat meja, ya.” 

Bunda dapat mengatakan hal tersebut dengan lembut namun tegas. 

10. Bantu si Kecil Merasa Percaya Diri

Jangan lupa juga juga untuk menyampaikan betapa Bunda dan Ayah sangat mencintai dan mensyukuri kehadiran si Kecil, bagaimanapun kondisinya. Baik melalui kata-kata maupun sikap sehari-hari. Hal ini penting untuk bantu si Kecil meningkatkan rasa percaya diri. 

Kemudian, Bunda perlu tahu, bahwa anak hiperaktif atau ADHD umumnya memiliki bakat di bidang tertentu. Ada yang berbakat menggambar, main musik, olah raga, dan bidan lainnya. 

Disini Bunda dan Ayah dapat bantu si Kecil menemukan dan mengembangkan bakat alaminya. Dengan bertambahnya keahlian si Kecil, ia akan merasa lebih berharga dan memiliki pencapaian tertentu.  

Itulah beberapa cara yang dapat Bunda dan Ayah terapkan di Rumah untuk bantu mengatasi anak hiperaktif atau ADHD. 

Walaupun tidak mudah, terus semangat, ya, Bunda untuk memberikan yang terbaik bagi si kecil sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.  

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi penting soal cara pengasuhan anak dan tips-tips menjaga kesehatan si Kecil di rumah jangan lupa untuk mendaftarkan diri di Klub Generasi Maju ya, Bun. Gratis!

 

 

Referensi tambahan:

  1. CDC. (2021, January 26). What is ADHD? Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html#:~:text=ADHD%20is%20one%20of%20the,)%2C%20or%20be%20overly%20active.

  2. ‌CDC. (2022, July 26). Symptoms and Diagnosis of ADHD. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html

  3. CDC. (2020, September 21). Treatment of ADHD. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/treatment.html

  4. CHADD. (2021, June 24). Parenting a Child with ADHD - CHADD. CHADD. https://chadd.org/for-parents/overview/

Artikel Terpopuler