Bunda sering melihat si Kecil tidak mau berbagi mainan dengan temannya? Atau selalu ingin bermain sendiri dan tak ingin berbaur dengan teman-teman sebayanya? Nah, keduanya bisa jadi tanda si Kecil membutuhkan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan sosial emosionalnya lewat beberapa contoh permainan di rumah.
Sebab, kemampuan sosial emosional yang baik adalah salah satu fondasi paling penting untuk membentuk karakter dan perilaku anak hingga ia besar nanti. Keterampilan ini ia perlukan untuk menghadapi berbagai macam lika-liku hidup, seperti mengatur emosi, berempati terhadap sesama, serta membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain. Itu sebabnya, Bunda perlu tahu cara mengembangkan kemampuan sosial emosional anak sejak usia dini.
Lantas, seperti apa contoh permainan sosial emosional anak usia dini untuk anak usia 3 tahun ke atas? Namun, sebelum itu ketahui dulu apa pentingnya mengasah kemampuan sosial emosional anak sejak dini. Yuk, cari tahu di sini!
Kenapa Penting Mengasah Kemampuan Sosial Emosional?
Bunda mungkin bertanya-tanya, apa sih kemampuan sosial emosional itu? Kemampuan sosial dan emosional adalah kemampuan anak untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek sosial dan emosional anak menjadi salah satu aspek yang penting untuk membantu anak bersosialisasi. Keterampilan ini berbeda dari kemampuan kognitif seperti membaca atau berhitung, tapi tetap sama pentingnya, Bu.
Karena, sosial-emosional lebih menyangkut kepada bagaimana cara anak mengelola emosi mereka, memahami diri mereka sendiri, keterlibatan dengan orang lain, dan bagaimana cara mereka berhadapan dengan konflik, daripada menunjukkan kemampuan logika mereka untuk memproses informasi.
Itu kenapa keterampilan sosial-emosional sangat penting supaya anak bisa bersosialisasi dan membangun hubungan yang positif dan langgeng dengan orang lain.
Penting untuk diingat pula bahwa karakter seorang anak mulai terbentuk sejak usia dini. Jika orang tua mengajarkan pola asuh yang salah, maka bukan tidak mungkin jika emosi anak terganggu. Beberapa anak mungkin menjadi pemalu, ada juga anak yang pendiam, ada juga anak yang mudah marah, dan lain sebagainya.
Nah, mengasah keterampilan sosio-emosional dapat membantu anak memecahkan masalah secara efektif, membentuk disiplin diri, hingga merasakan empati. Itulah kenapa orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan emosi anak sejak usia dini.
Contoh Permainan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Salah satu cara mengasah kemampuan berkomunikasi, mengelola emosi, dan berempati anak usia dini adalah dengan mengajaknya bermain.
Bermain merupakan proses interaksi, baik dengan orang tua, temannya, maupun alat-alat yang digunakan untuk bermain. Ketika bermain, si Kecil mungkin akan mengalami konflik dengan temannya. Ia mungkin akan mengalami rasa takut, malu, khawatir, atau marah saat bermain.
Namun, ini semua merupakan bagian dari tahap perkembangan kemampuan sosial emosional yang harus dihadapi. Jadi, sering-seringlah mengajak si Kecil bermain, terutama bermain yang melibatkan interaksi dengan teman sebayanya. Dengan begitu, si Kecil akan memiliki “modal” yang kuat untuk bisa mengeksplor dan menjalin pertemanan dengan teman-teman sebayanya.
Agar waktu bermain anak semakin seru dan menyenangkan, berikut ini adalah contoh permainan sosial emosional anak usia dini yang baik untuk mengasah keterampilan sosial emosional si Kecil.
1. Bermain Peran (Pura-Pura)
Role play atau bermain peran merupakan salah satu contoh permainan sosial emosional yang bagus untuk anak usia dini. Dengan bermain peran, anak bisa belajar tentang berbagai kondisi dan situasi sehari-hari yang pernah ia lihat dari orang dewasa di sekitarnya.
Permainan role play cocok untuk mengasah imajinasi dan kreativitas anak, melatihnya berkomunikasi, berempati, sekaligus mengajarkan cara menyelesaikan masalah dari “skenario” yang berbeda-beda. Memutuskan siapa yang akan “berakting” sebagai siapa bisa jadi kesempatan untuk anak belajar bernegosiasi dan bergiliran, lho!
Sebagai contoh, anak berpura-pura memasak atau menyapu karena sehari-harinya melihat Bunda melakukan aktivitas tersebut di rumah. Contoh lainnya, anak berpura-pura menjadi dokter yang memeriksa dan menyembuhkan pasien karena si Kecil beberapa kali pernah diajak Bunda pergi ke dokter.
Lewat permainan ini, anak-anak bisa mempraktikkan bagaimana seorang karakter itu berdialog dan berperilaku dari situasi-situasi yang mungkin pernah mereka amati sebelumnya. Anak juga bisa terpacu menggunakan imajinasinya untuk “menghidupkan” skenario cerita yang ada di di dalam benaknya.
Bunda hanya perlu menyediakan alat peraga, kostum, dan peralatan yang sesuai dengan tema role play anak, dan biarkan anak bermain mewujudkan imajinasinya.
2. Bermain Boneka
Bermain boneka sambil bermain peran juga merupakan contoh permainan yang bagus untuk mengasah keterampilan sosial emosional anak, Bun. Karena, permainan ini baik untuk mengasah imajinasi, kreativitas dan empati anak, terlepas apa pun jenis kelamin mereka.
Selain itu, bermain boneka juga dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. Ini karena anak-anak akan belajar berkomunikasi yang mampu membantu mereka mempelajari kosakata baru.
Saat mengajak dan menemani anak bermain peran, coba pancinglah imajinasi mereka untuk membuat jalan cerita dari kegiatan sehari-hari.
Misalnya, ketika anak diberikan dua boneka, ia akan otomatis membuat permainannya hidup dengan menciptakan percakapan antar boneka. Bunda bisa mengajarkannya membuat jalan cerita bahwa salah satu boneka yang dimainkan sedang sakit, kemudian boneka lainnya menghibur atau menemani boneka yang sedang sakit tersebut.
Selanjutnya, biarkan anak Bunda menyampaikan perasaan dan pendapatnya mengenai tokoh yang ia perankan. Selain melatih anak untuk berimajinasi dan memecahkan masalah, cara ini dapat membantu meningkatkan kemampuan empati dan bersosialisasi sekaligus mengajarkannya untuk menanam hal-hal kebaikan.
Contoh lainnya, si Kecil juga bisa belajar merawat diri lewat permainan boneka dengan menggantikan pakaiannya, memasangkan kancing dan ritsleting, menyisir dan mendandani rambut, hingga menidurkan boneka.
Bunda bisa meminta anak memastikan bonekanya dalam keadaan baik serta berimajinasi tentang apa yang diinginkan atau dibutuhkan boneka tersebut.
Supaya lebih menyenangkan, undang teman-teman si Kecil untuk bermain bersama ya. Dari sini, Ibu akan bisa memperhatikan bagaimana si Kecil dan teman-temannya berinteraksi, bernegosiasi, dan menghadapi konflik ketika sedang bermain.
3. Menggambar Ekspresi Wajah
Di usia ini, anak sudah mulai bisa menunjukkan berbagai macam emosi. Entah itu sedih, senang, marah, ataupun kesal.
Nah, anak perlu mengenal dan memahami emosi serta perasaannya agar kelak ia bisa berkomunikasi dengan efektif, membangun hubungan yang lebih baik, dan menghindari atau menyelesaikan konflik.
Mengenal emosi juga dapat membantu anak mengekspresikan apa yang anak rasakan atau butuhkan dengan jelas, Bun.
Oleh karena itu, Bunda bisa mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat. Salah satu caranya dengan mengajak anak menggambar ekspresi wajah.
Melalui kegiatan ini, Bunda bisa membantu si Kecil mengenali beragam emosi. Mulai dari emosi yang baik sampai emosi yang tidak baik. Cara agar si kecil lebih bersemangat adalah Bunda bisa memintanya menggambar di kertas berwarna.
Pertama-tama, Bunda bisa membagikan kertas berwarna kepada anak dan minta mereka untuk menggambar beragam jenis ekspresi, seperti senang, sedih, takut, sakit, dan marah.
Saat ia sudah selesai menggambar, Bunda bisa memintanya untuk mempraktikkan emosi tersebut. Hal ini sangat bagus agar anak semakin tahu emosi yang ia rasakan. Dengan begitu, emosinya pun akan terasa stabil saat dewasa nanti.
Bila anak bisa mengenali emosi yang ditebaknya, Bunda dapat memberikan pertanyaan kepadanya tentang apa penyebab emosi tersebut dan bagaimana solusi yang pantas diberikan kalau seseorang mengalami hal tersebut.
Misalnya, ketika anak mendapat kertas emosi menangis, Bunda bisa menanyakan kepada anak kira-kira apa penyebab temannya menangis dan apa yang harus dilakukan orang lain agar temannya tidak menangis lagi.
4. Menangkap Ikan
Contoh permainan sosial emosional anak usia dini yang menarik dan menyenangkan berikutnya adalah menangkap ikan. Bunda bisa mengajak teman-teman si Kecil yang lain agar ia semakin bersemangat.
Tidak hanya membangun sosialisasi dan interaksi. Permainan ini juga dapat membantu anak mengenali emosi. Misalnya, anak merasa kesal dan kecewa karena tidak bisa menangkap ikan atau merasa senang saat berhasil menangkapnya.
Tak harus bermain dengan ikan hidup, Bunda dapat menggantinya dengan ikan mainan.
5. Meniup Lilin
Tahukah Bunda? Ternyata meniup lilin bisa menjadi contoh permainan sosial emosional anak usia dini yang menarik, lho! Caranya sangat mudah. Bunda bisa memberikan instruksi cara meniup lilin agar lilin bisa mati sempurna.
Setelah itu, Bunda bisa menyuruh si Kecil untuk mempraktikkannya dari jarak dua meter. Jika anak bisa meniup lilin dari jarak tersebut, Bunda bisa meningkatkan jaraknya. Dengan melakukan permainan ini, anak akan belajar cara bersabar, fokus, dan optimis. Tak ada salahnya memberi dukungan pada anak agar tidak mudah menyerah.
Meski terlihat sederhana, tapi permainan ini terbukti cukup ampuh untuk melatih emosi si Kecil. Beberapa anak bahkan mudah merasa kesal atau mudah menyerah saat tidak berhasil meniup lilin. Namun, jika Bunda terus meyakinkannya, maka anak pun bisa melakukannya.
6. Bermain Kereta-Keretaan
Mungkin terdengar sepele, tapi siapa sangka kalau bermain kereta-keretaan juga dapat membantu mengasah kemampuan sosial dan emosional anak?
Ya! Bermain kereta-keretaan bisa dimainkan oleh sekitar 5-10 orang. Bunda bisa mengajak teman-teman si Kecil untuk memainkan permainan ini.
Pertama-tama, Bunda bisa mulai dengan mengumpulkan kardus bekas atau yang tidak terpakai dan bagikan pada anak-anak. Persiapkan pula peralatan menggambar dan minta anak-anak untuk menggambarkan lokomotif dan gerbong kereta di dinding bagian luar kardus yang mereka miliki.
Anak-anak juga bisa menggunakan spidol berwarna dan stiker agar masing-masing “gerbong”nya bisa mewakili karakter dan kepribadian masing-masing anak. Setelah gerbong berhasil digambar, arahkan anak-anak untuk mengurutkan setiap kardus sehingga menyerupai sebuah deretan gerbong kereta sungguhan.
Minta anak memasuki gerbong miliknya masing-masing dan siap meluncur seperti kereta api sesungguhnya. Agar lebih seru dan menyenangkan, minta anak-anak untuk memainkan kereta sambil bernyanyi “Naik Kereta Api”.
Permainan kereta-keretaan ini akan mengajarkan anak untuk bisa berbagi (dengan saling meminjam alat gambar), saling tolong menolong (membantu temannya untuk mewarnai atau meraih spidol yang letaknya jauh), dan bekerja sama (untuk menyusun gerbong dan “menjalankan” keretanya).
Baca Juga: Fase Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah
Cara Lain Mengembangkan Keterampilan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Selain lewat permainan, ada berbagai cara lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan sosial emosional anak usia dini, yakni:
1. Jadilah Contoh Buat Si Kecil
Bunda adalah contoh utama bagi si Kecil, termasuk dalam bersosialisasi. Apa pun yang dilihat, terutama dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya, akan ditiru olehnya.
Beberapa sikap baik dapat Bunda tunjukkan lewat perilaku sehari-hari untuk membantu mengembangkan kemampuan sosial si Kecil.
Karena itu, jadilah selalu contoh baik buat anak Bunda. Sebagai contoh, selalu komunikasikan apa yang Bunda rasakan kepada si Kecil.
Mulailah dari hal-hal yang sederhana, seperti menyapa tetangga ketika berpapasan, berkomunikasi yang baik dengan setiap orang termasuk asisten rumah tangga, tidak mudah emosi saat menghadapi situasi yang sulit, dan masih banyak lagi.
Bicarakan juga secara baik-baik apa yang tidak Bunda suka dan bahaya dari sesuatu. Anak akan mencontohnya dalam berinteraksi dengan orang lain nantinya. Dengan mengatakan maksud Bunda, anak juga akan belajar mengatakan yang diinginkannya dengan kata-kata, bukan dengan tangisan.
2. Ajari untuk Berbagi
Salah satu perkembangan kemampuan sosial anak dapat dilihat dari seberapa mampu ia mengendalikan sifat egoisnya. Ketika si Kecil sudah bisa berbagi mainannya dengan rela, tidak menangis ketika diminta berbagi, itu berarti ia telah memiliki kemampuan sosial emosional yang baik.
Lalu, bagaimana cara mengajarkan si Kecil untuk berbagi? Jika anak memegang makanan, cobalah untuk memintanya sedikit.
Setelah ia terbiasa membagi kepunyaannya kepada Bunda, ajari buah hati untuk berbagi kepada teman-temannya. Contohnya ketika mainannya ada dua, cobalah mengajaknya memainkannya bersama teman-temannya. Jangan lupa, berikan pujian ketika ia mulai menunjukkan kemampuan untuk berbagi.
3. Membaca dan Bernyanyi
Situasi yang nyaman akan membuat emosi dan jiwa sosial si Kecil lebih berkembang. Apabila anak tidak terlalu suka berada di luar ruangan, Bunda bisa memilih menstimulasi jiwa sosialnya dengan membaca dan bernyanyi.
Bacakan buku cerita yang memiliki banyak nilai positif. Lama-kelamaan, ia akan mengerti dan akan menjadikan nilai positif tersebut sebagai bagian dari dirinya.
Mengajaknya bernyanyi juga bisa membuat emosi dan jiwa sosialnya lebih stabil. Apalagi, musik diyakini bisa membantu perkembangan otak. Tentunya akan sangat membanggakan apabila anak Bunda memiliki kecerdasan emosi, sosial, hingga kognitif yang tinggi.
4. Perkenalkan Si Kecil dengan Pengalaman Baru
Mengembangkan kemampuan sosial anak juga bisa dilakukan dengan memperkenalkannya berbagai pengalaman baru. Ajaklah si Kecil melihat situasi, suasana, hingga pemandangan yang baru. Cara ini diyakini dapat meningkatkan kemampuannya dalam beradaptasi.
Tidak sulit, kok, memperkenalkan si Kecil dengan pengalaman baru. Sesederhana Bunda menyusun rencana piknik bersama keluarga di taman dekat rumah, atau mengajaknya main layangan di lapangan terbuka.
Lakukanlah hal-hal sederhana yang selama ini belum pernah dilakukan. Itu sudah cukup untuk memberinya pengalaman baru yang bisa mengembangkan kemampuan sosialnya. Selama menikmati pengalaman baru ini, si Kecil tentunya juga akan berinteraksi dengan orang-orang baru yang ditemuinya di tempat tersebut.
Baca Juga: Cara Mengajak Anak Pemalu Jadi Aktif Bersosialisasi
Itulah 7 contoh permainan sosial emosional anak usia dini kegiatan untuk mengembangkan sosial emosional anak di usia dini yang bisa Bunda lakukan di rumah.
Namun, tentu saja pendampingan nutrisi juga masih sangat penting di fase ini. Sebab, melanjutkan pemenuhan nutrisi adalah kebutuhan yang mutlak untuk mendukung si Kecil agar ia siap belajar, terutama begitu akan masuk usia taman kanak-kanak.
Bunda bisa meneruskan pemenuhan gizi si Kecil yang berusia 3-5 tahun dengan memberikan susu SGM Eksplor 3+. Kenapa begitu?
SGM Eksplor 3+ dilengkapi dengan IronC™, yaitu kombinasi unik zat besi & vitamin C, serta minyak ikan, DHA, Omega 3&6, tinggi kalsium & vitamin D, serta nutrisi penting lainnya untuk bantu teruskan nutrisi si Kecil agar ia siap belajar!
Jangan lupa juga untuk segera daftar di Klub Generasi Maju supaya bisa terus update dengan artikel-artikel terbaru seputar tumbuh kembang anak, ya!
Referensi tambahan:
- Organization for Economic Co-operation and Development. https://www.oecd.org/education/school/UPDATED%20Social%20and%20Emotional%20Skills%20-%20Well-being,%20connectedness%20and%20success.pdf%20(website).pdf
- Byrd, F. (2010, November 9). Preschooler Emotional Development. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/parenting/preschooler-emotional-development#1
- Parents. (2013). What Toddler Social Development Looks Like: Ages 1 and 4. Parents. https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/development/social/social-development-milestones-ages-1-to-4/
- Aktivitas untuk Mengembangkan Aspek Sosial-Emosional Anak Usia Dini dalam Kehidupan Sehari-hari. (2021, April 13). Catatan Tanpa Kertas. http://yd.blog.um.ac.id/aktivitas-untuk-mengembangkan-aspek-sosial-emosional-anak-usia-dini-dalam-kehidupan-sehari-hari/
- Srivastava, M. (2021, November 24). 20 Useful Social-Emotional Activities For Toddlers. MomJunction. https://www.momjunction.com/articles/social-emotional-development-activities-for-toddlers_00788546/#20-social-emotional-activities-for-toddlers-and-preschoolers