Kekurangan zat besi masih menjadi permasalahan bagi sebagian anak. Bahkan menurut data dari Riskesdas, 1 dari 3 anak Indonesia yang berusia 1-5 tahun mengalami kekurangan zat besi. Nah, tahukah Bunda bahwa kekurangan zat besi tidak hanya membuat anak mudah lemas dan lesu tapi juga bisa menghambat kemampuan belajarnya?
Kondisi ini jangan diabaikan, Bun! Kekurangan zat besi perlu segera tangani dengan baik agar tidak menghambat si Kecil tumbuh maksimal supaya ia lebih siap belajar di sekolah.
Kenapa Anak Rentan Kekurangan Zat Besi?
Salah satu alasan terbesar mengapa anak-anak Indonesia rentan mengalami defisiensi zat besi adalah karena kurang mengonsumsi protein hewani yang merupakan sumber zat besi tinggi.
Menurut data Survei Diet Total dari Kemenkes tahun 2014, rata-rata konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia, lho, Bun.
Diperkirakan hanya 43% orang Indonesia yang rutin mengonsumsi protein hewani, sedangkan 57% lainnya lebih sering makan protein nabati. Angka ini bahkan masih terhitung rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Malaysia.
Padahal, zat besi penting untuk membantu tubuh memproduksi hemoglobin dan sel darah merah dalam jumlah yang cukup. Kurangnya produksi hemoglobin membuat pasokan oksigen dalam darah berkurang sehingga tubuh tidak mendapat oksigen yang cukup.
Nah, protein hewani diketahui memiliki komposisi zat besi yang lebih tinggi dan asam amino esensial yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati untuk mengoptimalkan produksi sel darah merah ini.
Hal inilah yang menyebabkan anak berisiko mengalami anemia karena kekurangan zat besi. Anak usia 1-5 tahun juga cenderung lebih rentan terhadap anemia karena kebutuhan zat besinya meningkat akibat pertumbuhan tubuh yang cepat.
Akibat Kekurangan Zat Besi pada Anak Usia Prasekolah
Sayangnya, orang tua sering tidak sadar bahwa anaknya mengalami kekurangan zat besi, karena kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Padahal jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya pada perkembangan otak dapat bersifat jangka panjang dan menjadi permanen sehingga menurunkan kecerdasan anak. Oleh karena itu, defisiensi zat besi pada anak tidak boleh diremehkan.
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin terjadi akibat kekurangan zat besi pada anak:
1. Prestasi akademik rendah
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi serta melemahnya daya tangkap dan pemusatan perhatian. Kekurangan nutrisi penting ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan prestasi akademik si Kecil menurun di sekolah jika tidak segera diatasi.
Sebab, zat besi berperan penting membentuk selubung saraf otak yang penting untuk meningkatkan keterampilan kognitif anak, termasuk di antaranya adalah cara si Kecil berkomunikasi, kemampuan berpikir, penyelesaian masalah, dan lain sebagainya.
Ketika pertumbuhan cabang sel otak terhambat, otak tidak bisa memproses informasi sehingga anak kesulitan mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain menurunkan kemampuan belajar, anemia juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsentrasi dan kemampuan penyimpanan memori anak. Apalagi jika defisiensi zat besi terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan anak.
2. Rentan terserang penyakit
Si Kecil sering sakit perut atau diare? Jangan dibiarkan ya Bun, karena bisa menyebabkan penyerapan nutrisi terganggu. Bunda perlu tahu, salah satu dampak kekurangan zat besi adalah daya tahan tubuh yang menurun.
3. Gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan keterlambatan ataupun gangguan motorik dan sensorik pada si Kecil yang tak cocok susu sapi, seperti kemampuannya berjalan, memegang benda, dan lainnya.
4. Pertumbuhan fisik terhambat
Kekurangan zat besi dalam jangka panjang efeknya juga dapat menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Dalam hal ini, pertumbuhan tinggi dan berat badan menjadi tidak maksimal.
Maka agar si Kecil bisa tumbuh maksimal dan siap belajar di sekolah, Bunda perlu memastikan kebutuhan zat besi dan nutrisi penting lainnya tercukupi dalam lima tahun pertama usia si Kecil. Terutama dari asupan makanan yang mengandung kombinasi at Besi dan Vitamin C.
IDAI menganjurkan Bunda mengutamakan perbanyak asupan zat besi dari sumber hewani seperti daging, telur, dan ikan, karena lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi yang berasal dari protein nabati. Zat besi hewani bisa diserap hingga sebesar 23-30% sementara zat besi dari sayuran hijau atau tahu dan tempe bisa diserap sekitar 3-8% saja. Sementara itu, makanan tinggi vitamin C dapat bantu maksimalkan penyerapan zat besi untuk dukung tumbuh kembang optimal si Kecil dan cegah anemia.
Bunda juga dapat bantu mengoptimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dari dampingan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan zat besi dan vitamin C, seperti SGM Eksplor 1+. SGM Eksplor adalah satu-satunya susu pertumbuhan dengan IronC™, yaitu kombinasi unik Zat Besi & Vitamin C untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi hingga 2x lipat, yang juga dilengkapi dengan DHA, Minyak Ikan, Omega 3&6 serta nutrisi penting lainnya untuk bantu si Kecil tumbuh maksimal jadi generasi maju yang berpikir cepat dan berani.