Melatih anak agar banyak akal serta berpikir cepat sejak dini, termasuk kemampuan berpikir kreatif dan memecahkan masalah, adalah bagian penting dalam proses tumbuh kembang anak, lho, Bun. Bahkan, memiliki banyak akal dan bisa berpikir cepat juga menjadi salah satu karakteristik anak yang berpotensi prestasi di sekolah.
Meski begitu, mengajarkan anak agar dapat berpikir cepat tentu bukanlah tugas yang mudah, Bun. Terlebih di rentang usia 1-3 tahun, anak-anak masih butuh waktu untuk menyerap berbagai informasi yang Bunda dan Ayah contohkan.
Lalu, bagaimana, ya, cara mendorong anak supaya bisa berpikir cepat dan punya banyak akal? Yuk, simak terus artikel ini sampai habis!
Manfaat Anak Punya Banyak Akal dan Bisa Berpikir Cepat
Bunda, berpikir cepat di sini artinya bukan sekadar anak bisa menjawab pertanyaan dengan cepat.
Tapi, justru lebih kepada kemampuan anak mempelajari masalah dan menentukan penyebabnya untuk kemudian memperoleh informasi kunci dan menyelesaikan masalah tersebut. Sederhananya, si Kecil bisa membaca situasi dan beradaptasi dengan cepat.
Misalnya begini, Bun. Si Kecil sedang di taman bermain dan ingin bermain ayunan, tapi tidak tahu cara untuk mendorongnya. Bundajuga sedang tidak berada di dekatnya untuk membantu.
Setelah mengamati anak-anak lain, si Kecil bisa menyimpulkan bahwa supaya bisa main ayunan sendiri tanpa bantuan Bunda, ia harus menjejakkan kakinya di tanah dan mendorongnya kuat-kuat.
Anak yang punya banyak akal juga biasanya bisa melihat sesuatu secara mendetail dan memperhatikan apa yang sering terlewatkan oleh orang lain. Jadi contohnya ketika Bunda memberikan puzzle, anak yang banyak akal akan bisa mencoba berbagai macam cara untuk menyelesaikannya.
Misalkan dengan mulai menyusun dari pinggir atau mengelompokkan kepingan berdasarkan bentuk atau warna, kemudian mencontoh hasil gambar yang ada di kardus kemasannya.
Dari pengalaman-pengalaman ini, anak yang bisa berpikir cepat dan punya banyak akal bisa jadi lebih terbuka dengan cara-cara atau ide baru untuk mencari solusi dari sebuah masalah.
Dengan begitu, si Kecil akan tumbuh menjadi anak yang mandiri, cerdas, kreatif, dan memiliki mental yang kuat. Jadi ketika di sekolah nanti nanti, ia akan lebih mampu menghadapi beragam tantangan baru dengan lebih baik.
Baca Juga: Kenali Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Anak Sejak Dini
Cara Melatih Anak Punya Banyak Akal dan Berpikir Cepat Sejak Dini
Anak yang cerdik dan bisa berpikir cepat akan bisa lebih cepat beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, anak akan lebih mudah membuat keputusan yang baik dan menyelesaikan masalah tanpa konflik. Pada akhirnya, keterampilan berpikir cepat bisa memengaruhi kemampuan bersosialisasi anak ke depannya.
Lalu, seperti apa, ya, cara mendorong anak agar cerdas sejak dini dalam kehidupan sehari-hari? Berikut penjelasannya.
1. Dorong Anak Melakukan Sesuatu dengan Caranya Sendiri
Si Kecil memang maunya dibantu karena masih merasa tidak mampu. Tapi, di sinilah tugas Bunda sebagai orang tua untuk meyakinkan anak bahwa ia bisa sendiri. Tidak ada hal yang tidak mungkin kalau kita tidak mau berusaha.
Ingat, Bun, kalau kita selalu membimbing anak untuk melakukan segala hal tanpa ada memberi kesempatan untuk mencobanya sendiri, mereka tidak akan mau menyelesaikan masalahnya sendiri. Padahal, ini adalah pengalaman penting yang mereka butuhkan untuk belajar dan tumbuh.
Jadi ambil contoh ketika Bunda minta Si Kecil untuk membereskan mainannya tanpa dibantu. Mula-mula ia mungkin akan bingung bagaimana caranya. Hasil pekerjaannya mungkin juga tidak rapi dan butuh waktu yang lama.
Nah setelah beberapa menit mengamatinya kerepotan bolak-balik, Bunda bisa bantu memfasilitasi cara berpikirnya dengan mengajukan pertanyaan, seperti “Hayo, daripada bolak-balik, kamu bisa lho beresin mainannya dengan lebih cepat rapi kalau pakai baskom ini. Coba, caranya gimana?”
Di sinilah proses berpikirnya dimulai untuk memecahkan masalah, Bun. Si Kecil bisa tahu bahwa suatu situasi mungkin memiliki lebih dari satu “jawaban” yang benar untuk menemukan cara yang paling efisien untuk membereskan semua mainannya.
Misalkan, ia bisa menarik baskom itu ke setiap sudut ruangan layaknya sebuah troli untuk mengangkut mainan, atau menaruh baskom itu di tengah ruangan sebagai wadah sementara sampai akhirnya semua mainan terkumpul.
2. Jangan Terus Berkata “Tidak”, “Bukan”, atau “Jangan”
Ketika anak sedang bermain dan mencoba bereksperimen, jangan batasi imajinasinya dengan terus mengucapkan “Tidak”, “Bukan”, atau “Jangan”. Misalnya, “Jangan pegang gunting!” atau “Bukan begitu cara main puzzle yang benar!”, atau bahkan “Tidak boleh pakai gelas untuk mainan air, ya!”
Lama kelamaan, anak malah akan merasa segala hal yang dilakukannya salah sehingga tidak berani lagi untuk mencoba mengungkapkan ide atau keinginannya. Bisa juga membuat anak jadi murung bila Bunda dan Ayah melarangnya sambil marah.
Padahal, anak yang banyak akal dan bisa berpikir cepat biasanya tertarik untuk mempelajari cara kerja suatu alat secara spesifik dan sedetail mungkin. Mereka juga biasanya suka mengulik segala hal dengan bereksperimen demi memuaskan rasa ingin tahu dan rasa penasarannya.
Solusinya, Bunda bisa tawarkan alternatif lain untuk anak dengan memberi tahu juga efek baik dan buruknya. Seperti dengan berkata, “Gelas itu kan untuk kita minum, nanti kalo dipakai main jadi kotor. Kakak pakai yang lain, ya?”
Kalau hanya melarang anak dengan kata “tidak boleh” atau “jangan” justru bisa membuatnya tambah penasaran untuk mencoba.
3. Biasakan Anak Pecahkan Masalahnya Sendiri
Ketika menghadapi masalah atau konflik, anak perlu diajarkan bagaimana cara menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk mendapatkan solusi terbaik. Ajarkan anak untuk membuat langkah-langkah pemecahan masalah sebelum akhirnya menemukan solusi.
Coba juga untuk mendorong anak-anak mengeksplorasi, mengajukan pertanyaan, atau melakukan berbagai hal secara berbeda agar ia bisa mengasah kemampuan berpikirnya. Memancing anak berpikir lewat tanya jawab bisa jadi salah satu cara meningkatkan rasa ingin tahu anak.
Misalnya, saat Si Kecil bertanya bagaimana cara mengambil bola yang menggelinding di bawah meja, Bunda bisa memberi tahunya, “Hayo, kalau mau ambil bola di kolong itu, pakai benda apa, ya?”
Dengan begitu, anak akan terbiasa berpikir cepat dan mengeluarkan ide-ide baru. Ia juga jadi terbiasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri sebelum meminta bantuan orang dewasa.
Misalnya, ketika anak membuat ruang atau wadah mainannya berantakan saat bermain. Maka, anak perlu tahu kalau solusi untuk hal tersebut bukan hanya sekadar meminta maaf.
4. Ajak Anak Bermain Prakarya
Cara melatih anak agar punya banyak akal berikutnya bisa dengan mengajak Si Kecil bermain prakarya atau kreasi seni. Melakukan percobaan ini dapat memunculkan imajinasi anak, Bun.
Semakin sering anak melakukan eksperimen atau prakarya, semakin berkembang pula ide, daya pikir, dan akalnya.
Sebagai contoh, membangun istana dari mainan balok, membuat rumah-rumahan atau mobil-mobilan dari kardus bekas, atau mengeksplor alam dengan berbagai permainan.
Bunda hanya perlu mendampingi dan membimbing Si Kecil melakukan permainan edukasi ini. Seiring berjalannya waktu, Si Kecil akan mengeluarkan ide-ide baru sendiri untuk menyelesaikan eksperimennya.
5. Rutin Membacakan Dongeng atau Cerita
Rutin membacakan dongeng atau cerita anak bisa mempertajam keterampilan pendengaran anak, lho, Bun. Ketika anak mendengarkan cerita yang berbeda, anak akan mampu mendeskripsikan karakter dan perannya seperti apa.
Dengan begitu, anak menjadi penasaran untuk membayangkan dan menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, serta seperti apa akhir ceritanya.
Tak hanya mendongeng, Bunda juga bisa mengajak anak untuk bercerita tentang berbagai topik. Ketika ia bercerita, pikirannya akan terbuka luas dan memikirkan jalan ceritanya sampai akhir.
6. Bantu Anak Mencari Minatnya
Bantu anak memuaskan rasa ingin tahunya sehingga ia bisa terus mengasah akalnya dan makin mengenal dunia sekitar.
Jadi bila anak-anak menunjukkan ketertarikan dan minat pada suatu topik, Bunda bisa fasilitasi proses belajar mereka, seperti dengan menyediakan alat atau perlengkapan yang terkait dengan hobi barunya. Dengan begitu, anak akan lebih banyak terlibat dan mau bereksperimen lebih dalam mengenai topik atau hobi tersebut.
Nah, proses eksplorasi in bisa memperluas pengetahuan anak sekaligus menciptakan banyak peluang agar anak menciptakan banyak akal dan berpikir kritis.
7. Dukung dengan Asupan Nutrisi yang Tepat
Memasuki masa prasekolah, penting untuk Bunda terus melanjutkan pemberian nutrisi optimal untuk mendukung perkembangan otak si Kecil yang pesat dan kesiapan belajarnya.
Sebab, perkembangan otak yang optimal merupakan fondasi penting untuk mendukung kemampuan belajar si Kecil. Namun, masih banyak Bunda yang tidak menyadari, bahwa 90% perkembangan otak si Kecil tercapai di usia 5 tahun.
Adapun beberapa jenis makanan yang baik untuk otak anak di antaranya telur, aneka sayuran berwarna hijau, makanan laut, jeruk, dan yogurt. Selain itu, penting juga teruskan nutrisi optimal si Kecil dengan SGM Eksplor 3+ satu-satunya dengan IronC™ untuk dukung 2x penyerapan nutrisi penting, juga dilengkapi DHA, Minyak Ikan Tuna, Omega 3&6 serta nutrisi penting lainnya yang mendukung perkembangan kognitif si Kecil & siapkan prestasinya.
Baca Juga: Tips Menghadapi Si Kecil yang Selalu Aktif
Memiliki anak yang punya banyak akal dan bisa berpikir cepat pasti membanggakan, ya, Bun. Jangan lupa juga untuk bergabung menjadi member Klub Generasi Maju supaya Bunda bisa terus dapatkan informasi terbaru soal tumbuh kembang anak. Menariknya, Bunda juga bisa dapatkan berbagai penawaran menarik lainnya, lho!
Referensi:
- Psych Central. https://psychcentral.com/blog/9-ways-to-support-your-childs-creativity#1. Diakses pada 5 September 2022.
- Very Well Family. https://www.verywellfamily.com/teach-kids-problem-solving-skills-1095015. Diakses pada 5 September 2022.
- Parents. https://www.parents.com/parenting/better-parenting/advice/25-ways-to-spark-your-childs-creative-thinking/. Diakses pada 5 September 2022.
- Healthline. https://www.healthline.com/nutrition/brain-food-for-kids#. Diakses pada 5 September 2022.
- Child Mind. https://childmind.org/article/how-to-help-kids-learn-to-fail/#first-show-empathy. Diakses pada 5 September 2022.