Facebook Pixel Code Kenali Tanda Speech Delay pada Anak dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Speech Delay pada Anak dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Speech Delay pada Anak dan Cara Mengatasinya

Kemampuan bicara tentu menjadi satu tonggak pencapaian anak yang paling dinanti-nanti setiap orang tua. Ini karena keterampilan bicara jadi salah satu modal utama untuk si Kecil bisa berteman dan belajar tentang dunia sekitarnya. Namun dalam beberapa kasus, speech delay pada anak bisa saja terjadi dan mengganggu proses pertumbuhannya, hingga menghambat mereka dalam mengeluarkan kata-kata ataupun berbicara.

Sebetulnya, apa itu speech delay dan bagaimana ciri-cirinya? Yuk, simak artikel ini sampai habis, Bun, untuk mengetahui jawabannya serta cara mengatasi masalah keterlambatan bicara agar anak makin siap masuk sekolah nanti!

Apa Itu Speech Delay?

Speech delay adalah sebuah kondisi yang dapat dialami bayi dan anak-anak yang menyebabkan mereka mengalami keterlambatan bicara dan berbahasa. Artinya, seorang anak yang memiliki kondisi ini kesulitan menggunakan kata-kata atau bentuk komunikasi lain untuk menyampaikan maksud isi pikirannya.

Keterlambatan bicara terjadi ketika seorang anak tidak dapat mengembangkan kemampuan bicara dan keterampilan berbahasa pada tingkat yang diharapkan di tahapan usianya. 

Lalu, kapan anak dikatakan speech delay? Umumnya seorang anak dikatakan mengalami speech delay jika belum bisa berbicara ketika umurnya sudah 2-3 tahun. 

Jadi sebagai contoh, anak-anak di umur 2 tahun umumnya sudah mulai mampu menggunakan sekitar 50 kata secara teratur, contohnya “mama”, “papa, “mamam”, “nenek”, dan berbicara dalam kalimat dua dan tiga kata seperti “mau makan” atau “main bola”. Kemudian menginjak usia 3 tahun, kosakatanya bisa bertambah hingga 1000 kata baru dan bisa berbicara dalam susunan 3-4 kata, seperti, “nggak mau makan itu”.

Kadang bentuk kalimat yang diucapkan si Kecil tidak beraturan dan tidak terdiri dari SPOK, tapi apa yang ia ucapkan umumnya masih bisa dimengerti sepenuhnya. Nah, apabila di rentang usia ini ucapan anak masih sulit dipahami dan ia tampak kesulitan memahami apa yang ia dengar atau baca, ini patut diwaspadai sebagai tanda speech delay, Bun.

Tanda dan Ciri-Ciri Speech Delay pada Anak

Setiap anak umumnya bertumbuh kembang dalam kecepatan dan caranya sendiri-sendiri. Tapi jika anak Bunda tidak berbicara seperti kebanyakan anak pada usia yang sama, ini mungkin pertanda anak mengalami speech delay.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri speech delay pada anak yang perlu Bunda ketahui:

  • Anak tidak menoleh saat dipanggil namanya dari belakang, atau tidak ada babbling (celotehan) di rentang usia 2-6 bulan.

  • Anak tidak bisa menunjuk dengan jari dan ekspresi wajahnya kurang variatif pada usia 6-12 bulan.

  • Anak belum bisa mengucapkan satu kata berarti di usia 16 bulan.

  • Anak belum bisa memahami kata “tidak” atau “stop” pada usia 18 bulan.

  • Anak tidak bisa mengucapkan kata-kata sederhana, seperti “mama” atau “dada” dengan jelas pada usia 12-15 bulan.

  • Anak belum bisa menggunakan setidaknya 25 kata pada usia 2 tahun. 

  • Anak belum bisa menggunakan frasa dua kata unik, atau kombinasi kata benda pada usia 2,5 tahun. 

  • Anak belum bisa menggunakan setidaknya 200 kata, tidak meminta sesuatu dengan nama, ucapan sulit dimengerti pada usia 3 tahun. 

  • Anak belum bisa mengucapkan kata-kata yang telah dipelajari sebelumnya di atas usia 3 tahun.

Bunda juga bisa memastikan perkembangan anak sudah sesuai tahapan usianya atau belum serta tips stimulasinya lewat fitur Catatan Perkembangan Anak, lho. Yuk, coba sekarang!

Apa Penyebab Speech Delay pada Anak?

Jika si Kecil mengalami keterlambatan bicara, sebetulnya ini tidak selalu berarti ada yang salah dalam proses tumbuh kembangnya, Bun. 

Karena menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) keterlambatan bicara juga bisa disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan pada otak, gangguan pada organ mulut.

Berikut penyebab speech delay pada anak selengkapnya yang perlu Bunda ketahui.

1. Kurang Stimulasi

Salah satu penyebab speech delay pada anak adalah faktor kurangnya stimulasi yang baik pada anak. Ini bisa jadi orang tua tidak pernah mengajak anak bicara, atau melibatkannya dalam pembicaraan. 

Padahal, melakukan stimulasi dengan mengajak anak bicara berperan penting dalam perkembangan bicara atau bahasa anak, lho!

2. Masalah Pendengaran

Masalah pendengaran menjadi salah satu penyebab speech delay pada anak yang paling umum. Ini karena pada umumnya anak menirukan perkataan yang ia dengar dari orang tuanya.

Bila pendengarannya bermasalah, anak akan kesulitan memahami dan menguasai kata-kata spesifik, sehingga membatasinya dalam meniru kata-kata dan menggunakan bahasa dengan lancar atau benar.

Tanda-tanda seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran memang tidak tampak secara jelas, Bun. Namun, ini menjadi tanda speech delay yang bisa Bunda amati. 

3. Gangguan pada Organ Mulut

Bibir sumbing adalah salah satu contoh dari gangguan organ mulut yang dapat memengaruhi kemampuan bicara anak. 

Selain itu, lipatan bawah lidah (frenulum) yang pendek juga menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata yang dikenal sebagai gangguan artikulasi. Gangguan ini membuat koordinasi antara bibir, lidah, dan rahang untuk membuat suara menjadi lebih sulit. 

4. Gangguan Oral-Motorik

Sebagian besar anak yang mengalami speech delay mungkin memiliki masalah oral-motorik, seperti apraksia, yang dapat merusak kemampuan motorik anak. 

Gangguan ini terjadi ketika terdapat masalah di area otak yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan kata-kata tertentu.

Penyebab speech delay pada anak ini membuat mereka sulit dalam mengoordinasikan bibir, lidah, dan rahang yang digunakan untuk bicara. 

5. Adanya Infeksi Telinga

Infeksi telinga yang sudah sembuh umumnya tidak menimbulkan masalah bicara pada anak. Namun, infeksi telinga kronis dapat menjadi penyebab anak speech delay. Jenis infeksi ini ditandai dengan peradangan dan infeksi di telinga bagian tengah. 

Jika Bunda mencurigai si Kecil mengalami kondisi ini, ada baiknya untuk segera memeriksakannya dengan dokter spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT). 

6. Autisme

Speech delay sering kali terlihat pada anak dengan gangguan spektrum autisme. Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi perilaku dan komunikasi anak. 

Keterlambatan bicara pada anak akibat autisme dapat disertai gejala lain, Bun. Misalnya mengucapkan suatu frasa berulang-ulang, menunjukkan perilaku berulang (seperti, menghentak-hentakkan kepala), sulit berkomunikasi verbal dan nonverbal, bahkan mengalami gangguan interaksi sosial.

7. Gangguan Saraf

Penyebab speech delay berikutnya adalah gangguan saraf tertentu sehingga dapat memengaruhi otot yang diperlukan untuk berbicara. Kondisi ini meliputi cerebral palsy, distrofi otot, dan cedera otak traumatis.

Pada kasus cerebral palsy, gangguan perkembangan atau kecacatan lainnya juga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam bicara.

Baca Juga: Penyebab Anak 2 Tahun Belum Bisa Bicara dan Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Anak Terlambat Bicara

Jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda speech delay, Bunda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. 

Dokter akan melakukan pemeriksaan dan mempertimbangkan kemungkinan penyebab anak speech delay, mulai dari masalah pendengaran hingga gangguan perkembangan. Bila perlu, dokter mungkin akan merujuk si Kecil ke ahli patologi bahasa, audiolog, atau dokter spesialis tumbuh kembang anak.

Nantinya, dokter mungkin akan menyarankan anak untuk menjalani terapi wicara sebagai cara mengatasi speech delay. 

Di samping itu, peran orang tua sangat besar untuk bantu mengembangkan keterampilan bicara anak sejak usia sangat dini. Sebab, bertambahnya koleksi kosakata anak akan berbanding lurus dengan jumlah kata yang ia dengar selama periode emas perkembangannya.

Jadi, beberapa hal yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk mendorong perkembangan bicara dan bahasa anak antara lain:

1. Sering Ajak Anak Ngobrol

Untuk mendukung terapi wicara, Bunda bisa rutin mengajaknya ngobrol sebagai salah satu cara mengatasi speech delay. 

Sebetulnya, mengajak si Kecil ngobrol sudah bisa dilakukan secara rutin, bahkan sejak ia baru lahir. Sebab, hanya karena anak belum bisa bicara, bukan berarti ia belum mengerti apa yang Ayah dan Bunda maksud, lho! Semakin banyak Bunda berbicara dan mengekspresikan diri, semakin mudah bagi si Kecil untuk belajar berinteraksi dan berbicara. 

Selain itu, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan bahasanya kelak di kemudian hari. 

Maka, Bunda bisa mengajaknya berbicara kapan pun dan di mana pun, seperti setiap kali memberikan makan, memandikannya, memakaikan pakaian, menyiapkan makanan sampai sebelum tidur. 

Bicarakan apa saja yang terlintas di pikiran atau benak Bunda, pastikan untuk menggunakan kata-kata sederhana dan kalimat pendek jika memungkinkan. Sebagai contoh, ketika mau makan Bunda bisa bilang “Adik sudah lapar, ya? Tunggu ya, nak. Sebentar lagi sayurnya matang. Hari ini kita makan sayur bayam, ya”.

Jika si Kecil mengeluarkan suara atau ocehan, Bunda bisa menanggapinya. Bila perlu, gunakan gestur atau mimik muka seekspresif mungkin untuk memancing respon gelak tawanya. 

2. Gunakan Bahasa Isyarat

Bunda tidak perlu fasih berbahasa isyarat untuk mengajari anak beberapa isyarat dasar. Sebab, banyak orang tua telah mengajari bayi dan balita menggunakan kata-kata isyarat. 

Misalnya, saat Bunda ingin memperkenalkan kata ‘susu’, bisa tunjukkan bahasa isyarat susu agar si Kecil bisa mengingat kata-katanya lebih baik.

Biasanya, anak kecil sering kali lebih mudah memahami bahasa isyarat daripada orang dewasa. Hal ini memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri pada usia yang masih muda. 

Dengan begitu, si Kecil tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu mengekspresikan diri dengan gerakan tubuhnya. 

Lakukan cara stimulasi anak agar cepat bicara ini berulang kali sampai anak Bunda mempelajari tandanya, dan mengaitkan kata itu dengan makna aslinya. 

Memberi anak kemampuan untuk mengekspresikan diri melalui bahasa isyarat dapat membantu mereka merasa lebih percaya diri dalam berkomunikasi, Bun. 

Membantu anak berkomunikasi dengan bahasa isyarat juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi ia untuk belajar lebih banyak bahasa.

3. Hindari Merespon dengan Bahasa Bayi

Menghindari penggunaan bahasa bayi saat berbicara dengan anak juga bisa menjadi cara merangsang anak agar cepat bicara. 

Bila si Kecil menggunakan bahasa bayi yang cadel ataupun salah, Bunda jangan merasa perlu mengoreksinya. Cukup tanggapi dengan penggunaan kata yang tepat. 

Respon juga setiap ucapan si Kecil meski Bunda mungkin juga tidak mengerti apa maksudnya. Ketika setiap ucapannya ditanggapi, ia akan semakin termotivasi untuk berkomunikasi lebih sering.

Misalnya, jika anak meminta susu dengan menyebut kata “cucu”, Bunda bisa meresponnya dengan “Adik minta susu?”

4. Tunjuk dan Minta Sebutkan Nama Benda

Cara mengatasi anak terlambat bicara atau speech delay bisa juga dengan meminta anak menyebutkan nama benda. Biasanya si Kecil mungkin akan menunjuk barang yang diinginkan, bukannya meminta dengan mengucapkan sesuatu. 

Sebagai contoh, bila si Kecil menunjukkan sebuah gelas berisi jus, maka Bunda bisa menimpalinya, “Adik mau jus?”.

Tujuan dari cara merangsang anak agar cepat bicara ini adalah untuk mendorongnya mengucapkan kata atau frasa yang sama, seperti “jus”. 

Jadi, bila si Kecil sedang menunjukkan sesuatu, ucapkan nama benda tersebut agar ia bisa meniru dan menyebut nama bendanya dengan sempurna. 

Bunda juga bisa sering-sering menyebutkan nama-nama anggota tubuh, warna benda, atau menunjuk hewan dan anggota keluarga lain di rumah. 

Contohnya, “Nak, lihat itu ada kucing hitam!”, “Dik, kalau kakek yang mana?” Coba tanyakan juga "Hidung adik yang mana?” kemudian minta anak si Kecil untuk menunjuk ke mulut, telinga, hidung, kaki, dan sebagainya.

5. Buat Instruksi Sederhana untuk Anak

Bunda bisa menggunakan instruksi sederhana sebagai cara mengatasi keterlambatan bicara pada anak, seperti "Coba ambil mobil merah itu," atau “Dadah ke Ayah!". Membuat instruksi singkat dan sederhana dapat membantu anak memahami kata-kata yang orang tuanya ucapkan.

6. Membacakan Buku Cerita

Tahukah Bunda? Membacakan buku cerita bisa jadi cara stimulasi anak agar cepat bicara, lho. Ya! Membacakan cerita kepada si Kecil sebanyak mungkin setiap harinya terbukti dapat mendorong perkembangan bahasanya. 

Hal ini didukung oleh sebuah studi yang menemukan bahwa anak-anak akan bisa memiliki kosakata yang lebih banyak bila dibacakan buku cerita bergambar daripada mendengar ucapan orang dewasa. 

Pada studi lainnya disebutkan bahwa membacakan satu buku tiap hari bisa membuat anak terpapar 1,4 juta kata lebih banyak dibandingkan anak-anak yang semasa kecilnya tidak pernah dibacakan cerita.

Ayah dan Bunda bisa bergantian membacakan cerita setiap kali ada waktu luang dan sebelum tidur untuk memperbanyak kosakata anak. Sembari membaca, Bunda bisa tunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk supaya ia memahami artinya.

Baca Juga: Membacakan Buku Cerita Bisa Bantu Stimulasi Perkembangan Otak Anak

7. Ajak Bernyanyi

Anak kecil pasti sedang senang-senangnya bernyanyi. Untuk itu, Bunda bisa mengajak si Kecil bernyanyi guna mengatasi anak terlambat bicara 

Ada banyak sekali lagu anak-anak yang bisa dinyanyikan bersama si Kecil. Misalnya, Cicak-Cicak di Dinding, Bintang Kecil, hingga Balonku.

Lirik pada lagu anak-anak bisa menjadi cara merangsang anak agar cepat bicara. Bunda dapat mengajaknya bernyanyi seraya melakukan beberapa gerakan yang ekspresif. Dengan demikian, si Kecil akan meniru dan mengingat kata-kata apa yang dilantunkan. 

8. Batasi Waktu Menonton TV dan Menggunakan Gadget

Cara agar anak cepat bicara berikutnya adalah dengan membatasi waktu menonton TV dan menggunakan gadget. Bagaimana bisa?

Menurut sebuah studi, membatasi anak menatap layar TV dan gadget ternyata dikaitkan dengan keterlambatan bahasa pada anak berusia 18 bulan. 

Para ahli juga menekankan bahwa interaksi dengan orang lain tanpa menatap layar gadget adalah cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan bahasa. 

Selain itu, American Academy of Pediatrics juga menyarankan agar anak-anak usia 2-5 tahun tidak menghabiskan waktu di depan layar televisi dan gadget lebih dari 1 jam per hari, serta lebih sedikit lagi waktu untuk anak-anak yang lebih kecil.

Jadi, jika orang tua ingin melatih anak cepat bicara, sebaiknya batasi ia untuk menonton atau main gadget dan ajak ia berinteraksi secara langsung, ya.

Nah, itu dia berbagai cara mengatasi speech delay pada anak yang bisa dilakukan di rumah. Ingat ya, Bun. Lakukan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran untuk terus merangsang kemampuan si Kecil mengucapkan kata-kata, ya! Ajak juga anggota keluarga lainnya, Bun, untuk membantu anak supaya lebih cepat bicara.

Baca Juga: Umur Berapa Bayi Bisa Bicara? Ini Cara Deteksi Keterlambatan Bicara Anak

Sebagai orang tua, peran Bunda dan Ayah sangat penting untuk mengenali keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa anak sejak dini sehingga si Kecil bisa mendapatkan penanganan yang tepat secepatnya.

Coba juga beragam aktivitas edukasi dan stimulasi lainnya di Sekolah Generasi Maju untuk memaksimalkan periode emas si Kecil jelang usia prasekolah dengan panduan dari para ahli di bidangnya. Gratis, Bun!

Referensi:

  1. IDAI | Keterlambatan Bicara. (2013). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara
  2. familydoctor.org editorial staff. (2022, August 3). Speech and Language Delay - familydoctor.org. Familydoctor.org. https://familydoctor.org/condition/speech-and-language-delay/
  3. Verywell. (2013). Causes of Toddler Speech Delays. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/causes-of-toddler-speech-delays-289665
  4. Pietrangelo, A. (2019, October 30). Does My Toddler Have a Speech Delay? Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/speech-delay-3-year-old-2#first-steps
  5. Higuera, V. (2020, March 25). How to Teach Your Toddler to Talk. Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/how-to-teach-toddler-to-talk#tips-and-activities
  6. Speech and Language Development | CS Mott Children’s Hospital | Michigan Medicine. (2022). Mottchildren.org. https://www.mottchildren.org/posts/your-child/speech-and-language-development
  7. Hill, D., Nusheen Ameenuddin, Linda, Y., Cross, C., Hutchinson, J., Levine, A., Boyd, R., Mendelson, R., Moreno, M., & Wendy Sue Swanson. (2016). Media and Young Minds. 138(5). https://doi.org/10.1542/peds.2016-2591
  8. Meta, Ma, J., Borkhoff, C. M., Koroshegyi, C., Dai, D., Parkin, P. C., Maguire, J. L., & Birken, C. S. (2019). Mobile Media Device Use is Associated with Expressive Language Delay in 18-Month-Old Children. 40(2), 99–104. https://doi.org/10.1097/dbp.0000000000000630
  9. Massaro, D. W. (2015). Two Different Communication Genres and Implications for Vocabulary Development and Learning to Read - Dominic W. Massaro, 2015. Journal of Literacy Research. https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1086296X15627528
  10. NHS Choices. (2023). Help your baby learn to talk. https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/play-and-learning/help-your-baby-learn-to-talk/

Artikel Terpopuler