Semakin usia si Kecil bertambah besar, ia perlu tahu bagaimana caranya untuk bisa buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) sendiri di toilet. Tahap ini merupakan salah satu tahap perkembangan yang penting agar anak lebih mandiri dan siap bersekolah. Untuk itu, mengenalkan toilet training pada anak sejak dini merupakan hal yang sangat penting. Namun pertanyaannya, toilet training usia berapa diperkenalkan kepada si Kecil dan bagaimana cara mengajarkannya? Yuk, simak artikel ini selengkapnya, Bun.
Kapan Anak Mulai Siap Toilet Training?
Umumnya, toilet training siap diberikan ketika anak berusia antara 18-24 bulan. Pada usia ini, anak sudah mampu berdiri sendiri dengan baik dan duduk. Selain itu, otot-otot yang mengendalikan kandung kemih dan usus besarnya pun sudah berkembang dengan baik.
Namun penting diingat bahwa setiap anak memiliki kesiapan berbeda-beda, Bun. Beberapa anak mungkin mungkin baru akan benar-benar siap belajar setelah mereka berusia 3 tahun.
Bila anak memang belum terlihat tanda siap, tidak perlu terburu-buru, kok. Yang paling penting ajarkan caranya menggunakan toilet sendiri secara bertahap, penuh kesabaran, dan konsisten, ya. Ingat, setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda, sehingga usia tidak bisa dijadikan patokan anak siap menjalani toilet training, Bun.
Baca Juga: Perkembangan Anak Usia 2 Tahun, Sudah Bisa Apa?
Tanda Anak Sudah Siap Toilet Training
Perlu diketahui bahwa tingkat keberhasilan memperkenalkan toilet training untuk anak tidak hanya dilihat dari usia, tapi tergantung pula pada perkembangan, perilaku, dan kebiasaan si Kecil.
Indikasi lainnya adalah jika si Kecil sudah bisa melepaskan pakaiannya sendiri. Namun, semua tetap tergantung kesiapan anak, Bun. Ini karena toilet training sangat membutuhkan partisipasi penuh baik dari Bunda maupun anak.
Jadi selain usia, Bunda mulai bisa memperkenalkan toilet training apabila si Kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan sebagai berikut.
-
Popok anak kering saat bangun tidur atau selama 1-2 jam pemakaian.
-
Anak tidak betah saat popok basah atau kotor.
-
Anak sudah bisa bilang ingin buang air kecil atau buang air besar.
-
Anak memperlihatkan rasa tidak nyaman ketika popoknya basah atau kotor dan meminta untuk diganti dengan yang baru.
-
Buang air besar (BAB) rutin pada waktu yang sama setiap harinya.
-
Anak sudah bisa melepas celana sendiri.
-
Bisa duduk dengan nyaman dalam satu posisi untuk sementara waktu.
-
Menunjukkan ketertarikannya saat Bunda menggunakan kamar mandi.
Cara Mengajarkan Anak Toilet Training
Belajar bagaimana caranya menggunakan toilet sendiri adalah suatu tonggak pencapaian yang besar untuk si Kecil. Jadi, penting untuk Bunda dan Ayah memperhatikan tanda-tanda kesiapan si Kecil dan mendampinginya terus sampai mereka bisa melakukannya dengan benar.
Jika Bunda dan Ayah sudah melihat tanda-tanda anak siap melakukan toilet training, ada beberapa cara mengajarkan anak toilet training yang perlu dilakukan agar ia tidak kaget, stres, ataupun trauma bila harus buang air kecil dan besar di kamar mandi. Berikut penjelasannya.
1. Berikan Contoh Cara Menggunakan Toilet
Di usia 1,5 tahun sampai 2,5 tahun adalah masa di mana si Kecil sudah mulai memahami maksud perkataan dan tindakan Bunda. Nah, gunakan kesempatan ini untuk mengajarkannya toilet training, Bun.
Misalnya, awali dengan mengatakan kepada si Kecil bahwa buang air sebaiknya dilakukan di toilet. Sesekali saat Bunda ingin buang air kecil, ajak anak untuk pergi ke toilet. Kemudian, contohkan bagaimana cara membuang air, mulai dari cara duduk sampai proses menyiramnya. Jelaskan pula apa yang sedang Bunda lakukan.
Misalnya, dengan meminta bantuan si Kecil menekan flush sambil jelaskan padanya bahwa, “Setelah pup, Adik bisa siram toiletnya sendiri, lho!”. Tunjukkan padanya cara memencet flush sendiri dan perlihatkan kotorannya akan terbawa oleh air.
Bunda juga bisa sekaligus menjelaskan padanya bagaimana cara memakai toilet, seperti:
-
Mengajari cara duduk yang benar di kloset.
-
Mengajari cara membersihkan alat kelaminnya setelah buang air kecil dan buang air besar.
-
Mengajari cara menekan tombol flush setiap kali selesai buang air kecil atau buang air besar.
-
Mengajari cara mencuci tangan dengan cara yang benar setiap selesai memakai toilet.
2. Buat Anak Merasa Nyaman di Toilet
Untuk mulai mengajarkan anak bisa buang air kecil dan besar sendiri, penting bagi Bunda membuat anak merasa nyaman di toilet.
Kondisikanlah kamar mandi senyaman mungkin sehingga Bunda terbiasa mengganti popoknya di sana. Bunda juga bisa bisa sambil menjelaskan pada si Kecil bahwa sekarang ia sudah besar dan sudah lagi tidak bisa buang air kecil dan besar di popok.
Dengan demikian, ia menjadi paham bahwa toilet memang tempatnya untuk buang air.
3. Biasakan Pakai Istilah yang Benar
Penting untuk anak-anak bisa menghubungkan antara keinginan untuk buang air kecil dan besar dengan pergi ke toilet.
Jadi, biasakan untuk menggunakan kata-kata yang tepat tapi sederhana di sekitar anak untuk membantunya terbiasa mengungkapkan keinginan buang air dengan jelas. Dengan begitu, anak jadi mengerti bahwa buang air kecil dan besar adalah kebutuhan alami setiap manusia.
Misalnya, menggunakan kata “pipis” atau “kencing” untuk buang air kecil dan “pup” atau “BAB” untuk buang air besar.
Hindari istilah yang ambigu, seperti “ke belakang” untuk menjelaskan keinginan pergi ke toilet atau istilah seperti “burung” untuk menjelaskan alat kelamin anak laki-laki.
Hindari juga menghubungkan kegiatan buang air atau kamar mandi dengan kata-kata negatif, seperti “bau”, “pesing”, dan “kotor”. Mendengar kata-kata ini bisa membuat anak-anak merasa tidak pede dan ada yang salah dengan dirinya sehingga ia mungkin jadi tidak mau ke toilet sendiri.
4. Siapkan Dudukan Toilet untuk Anak
Kalau anak masih kesulitan saat buang air di toilet jongkok, Bunda bisa mengenalkan penggunaan pispot khusus anak kepadanya. Beri pemahaman pada anak bahwa pispot adalah tempat sementara khusus untuk si Kecil buang air.
Cara mengajarkan anak toilet training ini juga dapat membuat si Kecil bersemangat buang air di kamar mandi.
Bunda bisa pilih menggunakan kursi pispot ukuran balita yang berdiri sendiri dengan mangkuk yang dapat dikosongkan ke toilet, atau kursi sekuran balita yang dapat diletakkan di atas dudukan toilet dewasa yang akan membuat si Kecil merasa lebih aman dan tidak takut terjatuh.
Jika Bunda memilih dudukan toilet, gunakan juga bangku pijakan agar si Kecil dapat naik ke kursi dengan nyaman dan merasa ditopang selama buang air. Sementara itu jika memilih pispot sendiri khusus untuk anak, tempatkan pispot di kamar mandi atau di mana pun si Kecil paling sering menghabiskan sebagian besar waktunya.
5. Rutin Latihan Duduk di Toilet
Cara mengajarkan anak toilet training selanjutnya adalah dengan membiasakan si Kecil rutin duduk atau berjongkok di toilet selama 15-20 menit. Bunda bisa memulainya 1-2 kali sehari tiap habis makan siang dan sebelum tidur.
Ajak anak ke toilet dan mintalah ia menirukan cara buang air yang Bunda contohkan. Jelaskan juga setiap habis makan, kemungkinan ia akan ke toilet ketika merasa perutnya tidak enak.
Mungkin awal-awal anak akan gelisah duduk di dudukan toilet, tetapi coba terus alihkan perhatiannya agar mau duduk lebih lama. Bila perlu, Bunda bisa menyediakan buku atau mainan kesukaannya di toilet agar ia tidak bosan.
Meski ia tidak ingin pipis atau buang air besar, membiasakan hal ini dapat membantunya mengerti sinyal-sinyal tersebut sehingga nantinya ia akan terbiasa dengan sendirinya.
6. Kurangi Pemakaian Popok
Ketika si Kecil sudah mulai paham menggunakan toilet dengan benar, cobalah untuk berani mengurangi pemakaian popoknya. Lalu, berikan pakaian dalam baru dengan motif dan warna kesukaannya. Ini dilakukan agar si Kecil mau pelan-pelan beralih dari popok sekali pakai.
Bunda mulai bisa mengurangi pemakaian popok ketika anak sedang di rumah, tapi tetap menggunakannya saat berjalan-jalan.
Selama di rumah, biarkanlah ia beraktivitas tanpa pakai popok. Namun, Bunda perlu mengingatkannya juga, misalnya “Adik sekarang lagi nggak pakai popok, lho, ya. Jadi, kalau mau pipis atau pup bilang Bunda, atau langsung ke toilet, ya.”
Tidak perlu memarahinya kalau anak tiba-tiba ngompol atau buang air besar di celana, ya, Bun. Hal ini wajar dalam masa toilet training. Bunda bisa langsung membawanya ke toilet dan mengajari cara melepaskan pakaian yang sudah basah. Katakan padanya kalau ia memang merasa kebelet, sebaiknya ke toilet agar tidak membasahi pakaiannya.
7. Buat Jadwal Rutin ke Toilet
Cara mengajarkan anak toilet training berikutnya adalah dengan membuat jadwal rutin ke toilet.
Ajaklah si Kecil ke kamar mandi untuk pipis beberapa menit sekali, serta tepat sebelum dan sesudah makan, saat mandi, dan setelah bangun tidur. Bunda juga bisa mengajak anak untuk buang air besar sesaat sebelum mandi.
Sebaiknya beri arahan pula kepada si Kecil bahwa saat malam hari, kemungkinan besar ia akan buang air kecil. Ajaklah buah hati ke toilet sebelum tidur untuk mencegahnya mengompol. Lama-kelamaan, ini akan menjadi kebiasaan bagi buah hati untuk ke toilet sebelum tidur.
8. Perhatikan Gerak-Geriknya
Perhatikan gerak-gerik anak bila akan buang air pada masa toilet training. Bunda sebaiknya mulai mengenali perbedaan antara geliat buang air besar dan kecil.
Misalnya, bila Bunda melihat tanda-tanda bahwa anak mau buang air, seperti menggeliat, jongkok, atau memegang area kelaminnya, segera ajak ia ke toilet.
Ketika gerak-gerik itu muncul, ajak buah hati ke toilet. Cara ini lebih efektif dan tidak berisiko menimbulkan trauma terus-menerus diajak ke toilet saat tidak ingin buang air.
Lama-kelamaan si Kecil mungkin akan terbiasa dengan sinyal-sinyal ini dan akan terbiasa dengan sendirinya pergi ke toilet.
9. Tetap Optimis dan Berikan Pujian
Tahukah Bunda? Anak bisa merasakan kecemasan Bunda saat masa toilet training dan hal ini dapat membuatnya merasa takut. Sebaiknya, Bunda bersikap setenang mungkin saat mendampingi anak toilet training. Selalu ingat untuk memberikan pujian setiap kali buah hati berhasil buang air di toilet.
Supaya si Kecil mau terbiasa buang air sendiri di toilet, coba terapkan sistem pemberian hadiah, Bun! Misalnya, Bunda bisa memasang papan atau kertas dan biarkan anak menempelkan stiker atau bintang setiap kali ia sukses buang air sendiri di toilet.
Semakin banyak bintang atau stiker yang dikumpulkan, semakin besar kesempatan anak memperoleh hadiah, seperti buku bacaan atau mainan yang diinginkannya.
Setiap kali anak berhasil, tak ada salahnya juga memberikan pujian sebagai apresiasi agar si Kecil makin semangat dan mau rutin untuk toilet training, Bun. Misalnya, “Wah anak Bunda sudah besar ya sekarang bisa pup sendiri!”, atau “Pinter banget anak Bunda!”
Akan tetapi, Bunda tetap perlu mengawasi anak ketika menggunakan toilet, ya!
Baca Juga: Menangani Gangguan Pencernaan pada Anak, Bagaimana Caranya?
Ingat ya, Bun, cara mengajarkan anak toilet training memang butuh kesabaran. Jadi, jangan mudah kesal bila awalnya si Kecil masih belum bisa menahan atau menyampaikan keinginan ke toilet.
Jangan pula memaksakan si Kecil jika memang ia tidak mau melakukan buang air di toilet. Bersabarlah hingga ia benar-benar terbiasa tanpa popoknya.
Nah untuk mendapatkan lebih banyak tips parenting lain dan akses mudah ke berbagai tools tumbuh kembang anak, yuk daftarkan diri di Klub Generasi Maju. Gratis!
Referensi tambahan:
- NHS Choices. (2023). How to potty train. https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/potty-training-and-bedwetting/how-to-potty-train/
- Verywell. (2018). What Is Potty Training? Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/potty-training-4157375#toc-tips-for-potty-training
- Toilet training – tips and suggestions. (2023, February 2). Pregnancybirthbaby.org.au; Healthdirect Australia. https://www.pregnancybirthbaby.org.au/toilet-training
- Potty training: How to get the job done. (2021). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/potty-training/art-20045230
- Toilet Training (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2019). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/toilet-teaching.html
- When should I start potty training? (2022). BabyCentre UK. https://www.babycentre.co.uk/x548924/when-should-i-start-potty-training