Facebook Pixel Code 8 Penyebab Anak Cengeng dan Cara Menghadapinya

8 Penyebab Anak Cengeng dan Cara Menghadapinya

8 Penyebab Anak Cengeng dan Cara Menghadapinya

Melihat anak menangis terus tentu membuat Bunda bertanya-tanya. Kenapa anak cengeng dan adakah cara mengatasinya? Yuk, simak artikel ini!

Apa Penyebab Anak Menjadi Cengeng?

Menangis adalah salah satu respons yang wajar ketika anak ada di situasi yang membuatnya tidak nyaman. Misalnya, karena lapar atau sakit. Beda dengan “cengeng”.

Cengeng adalah istilah untuk melabeli kebiasaan atau sikap anak yang sering atau mudah menjadikan menangis sebagai cara utama mengungkapkan emosinya.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa membuat anak sering menangis:

1. Anak Tidak Mampu Mengutarakan Emosinya

Anak sering menangis umumnya karena ia belum mampu mengenali dan memahami apa yang sebenarnya ia rasakan.

Ia juga merasa frustasi dalam mengekspresikannya dalam kata-kata.

Emosi yang anak rasakan mungkin saja begitu bergejolak, tapi ia tidak tahu bagaimana cara meluapkan atau menyampaikannya pada Bunda.

Alhasil, anak akan beralih ke satu-satunya cara yang ia tahu untuk melampiaskan emosinya, yaitu dengan menangis. 

2. Kurang Perhatian dari Orang Tua

Perilaku anak cengeng kerap dikaitkan dengan kurang mendapatkan atensi atau perhatian dari kedua orang tuanya. 

Si Kecil tahu bahwa menangis, seperti yang sudah-sudah, adalah cara yang efektif untuk menarik perhatian Bunda. 

Ia tahu bahwa setiap menangis, Bunda akan segera merespon dengan memeluk, mengabulkan keinginannya, atau bahkan mungkin marah.

Jadi, anak suka menangis untuk mendapatkan perhatian Bunda.

Ya! Dalam bentuk yang negatif sekalipun, perhatian Bunda akan menjustifikasi perilakunya sehingga si Kecil bisa terus mengulanginya di setiap kesempatan untuk menggaet atensi Bunda.

3. Keinginan Anak Tidak Terkabul

Di usia sekecil ini, anak belum tahu pasti bedanya keinginan dan kebutuhan. Misalnya, bedanya butuh makan karena lapar atau hanya karena ingin jajan camilan saja.

Yang si Kecil tahu hanyalah “mau”.

Jadi ketika ia tidak bisa mengungkapkan apa yang ia mau atau jika keinginannya tidak terpenuhi sesuai kemauannya, ia akan menangis terus sebagai bentuk kekecewaannya.

Jika Bunda cepat “menyerah” dan selalu memberikan apa yang ia mau meski tahu belum tentu baik untuk dirinya, tanpa sadar Bunda sudah mengajari si Kecil kalau menangis adalah solusi.

Inilah yang kemudian membuat anak jadi cengeng untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

4. Pola Asuh Permisif

Penyebab anak cengeng juga bisa berakar dari pola asuh Bunda yang permisif alias serba membolehkan.

Jika si Kecil tidak pernah ditegur atau dimarahi ketika melanggar atau menolak patuh dengan aturan Bunda, besar kemungkinannya si Kecil tumbuh menjadi manja.

Pada kasus ini, menangis menjadi cara agar ia tidak melakukan apa yang diminta orang tuanya.

Si Kecil pun tahu ia tidak akan dimarahi atau ditegur setiap kali menangis atau tidak menurut permintaan Bunda.

5. Tantrum

Anak cengeng bisa juga disebabkan oleh tantrum.

Tantrum adalah cara anak mengekspresikan rasa frustasi, marah, atau jengkel dengan ledakan emosi karena ia belum menguasai cara yang sehat untuk mengendalikan emosinya.

Tantrum normal dialami anak di usia 1-3 tahun, tapi bisa jadi kondisi yang tidak wajar jika dibarengi dengan perilaku manipulatif seperti cengeng terus agar keinginannya terkabul.

6. Fase Terrible Two

Memasuki usia 2 tahun, si Kecil akan mengalami fase terrible two yang dapat menyebabkan anak cengeng.

Mirip tantrum, Fase terrible two adalah bagian yang normal dari perkembangan emosi anak usia dini.

Sebab, di usia 2 tahun inilah anak mengalami perkembangan besar pada kemampuan bahasa dan emosionalnya. 

Pada fase ini, anak mulai menunjukkan perilaku menantang, termasuk tantrum, penolakan keras, dan menangis terus-menerus.

7. Perubahan Drastis dalam Hidupnya

Anak-anak sangat menyukai kestabilan.

Perubahan sedikit saja dalam hidupnya, seperti perubahan jam tidur siang atau proses penyapihan dari ASI ke makanan keluarga bisa membuat anak menangis.

Untuk “memperhalus” masa transisi ASI agar ia tidak kaget, Bunda bisa pelan-pelan mengenalkan si Kecil dengan susu pertumbuhan seperti SGM1+.

Di sisi lain, perubahan besar dalam keseharian juga bisa membuat anak suka menangis.

Sebagai contoh, masuk sekolah atau pindah rumah pertama kali bisa membuat anak cengeng karena merasa asing di lingkungan baru dan harus berinteraksi dengan orang baru.

Baca Juga: Anak Takut Berinteraksi dengan Orang Baru, Bagaimana Mengatasinya?

8. Terlalu Banyak Stimulasi

Kondisi anak rewel atau mudah nangis juga bisa karena anak terus-terusan menerima terlalu banyak stimulasi sekaligus.

Misalnya karena di rumah terlalu banyak suara ribut, tekstur pakaian yang tidak nyaman, ruangan yang terlalu ramai atau berantakan, rumah memiliki bau tidak sedap, dan sebagainya.

Beberapa anak cengeng karena memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap rangsangan panca indera, entah secara visual, auditori, maupun bau.

Saat ini terjadi, anak mungkin saja tidak dapat menyampaikannya kepada Ayah dan Bunda, sehingga anak menjadi frustasi dan menangis.

Baca Juga: 10 Cara yang Tepat Mengajarkan Anak agar Mandiri

Cara Mengatasi Anak yang Cengeng

Menangis adalah bagian normal dari perkembangan emosi anak. Tapi tidak dengan cengeng.

Supaya tangisan anak tidak berlarut dan membuat Ayah dan Bunda stres, ikuti beberapa langkah berikut dalam menghadapinya.

1. Hadapi dengan Tenang

Jika anak menangis dan mengamuk, jangan panik. Jangan pula berteriak atau mengomeli anak. Sebab, mengomeli anak hanya akan memperburuk suasana. 

Alih-alih mengomelinya, lebih baik Ayah dan Bunda menenangkan diri terlebih dahulu. 

Pendekatan seperti ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak merasa aman dan dipahami, sehingga emosi mereka dapat mereda.

2. Alihkan Perhatian Anak

Anak cengeng karena tantrum mungkin lebih sulit untuk dihadapi. Akan tetapi, Ayah dan Bunda bisa mengatasi tantrum dengan mengalihkan perhatian anak. 

Misalnya, ketika anak menangis karena menginginkan mainan baru ketika melewati toko mainan.

Bunda bisa mengalihkan perhatian anak dengan hal menarik yang ada di sekitar, “Dek, lihat itu bintang-bintangnya nyala warna warni! Eh, ada badut joget juga!”

Tindakan ini nampak sepele, tapi pada beberapa kasus cukup berhasil meredam rengekan dan amukan anak yang tantrum.

3. Kurangi Overstimulasi

Overstimulasi terjadi ketika anak terpapar terlalu banyak rangsangan sensorik, seperti suara, cahaya, warna, atau aktivitas, yang melebihi batas toleransinya.

Kondisi seperti ini akhirnya membuat anak merasa kewalahan yang akhirnya diungkapkan melalui tangisan.

Itulah kenapa, mengurangi overstimulasi pada anak sangat penting untuk membantunya menjaga keseimbangan emosionalnya agar tidak terus-terusan menangis (cengeng).

4. Ajarkan Anak Mengungkapkan Perasaannya

Mengajari anak untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan mereka dengan kata-kata adalah aspek penting untuk mengurangi kecenderungan anak cengeng.

Bunda bisa memberikan pengertian kepada mereka dengan berkata, “Bunda mengerti sih, susah ya harus beres-beres mainan ketika lagi asyik bermain.”

Bunda dapat mengajari anak hal ini dengan pemodelan ekspresi emosi. Bunda tentu tahu, anak belajar melalui peniruan, maka dari itu tunjukkan cara mengungkapkan emosi secara sehat.

Gunakan kata-kata untuk mengkomunikasikan perasaan Bunda dalam situasi sehari-hari, misalnya saja “Bunda senang deh ketika kita bermain bersama” atau “Bunda sedih deh melihat Adik marah”.

Baca Juga: 4 Cara Mendidik Anak agar Menjadi Pribadi yang Baik

5. Jangan Berdebat dengan Si Kecil

Usahakan tidak terjebak dalam debat panjang dengan si Kecil. Beritahu mereka akan ada konsekuensi apabila tidak menurut permintaan Bunda. 

Cara seperti ini dapat mengajarkan pada anak bahwa walau mereka sedih atau marah, mereka tetap harus menuruti permintaan orang tuanya.

Pastikan, bangun komunikasi dengan anak menggunakan bahasa yang mudah supaya mereka lebih cepat memahaminya.

Melalui cara ini, lama-kelamaan anak akan terbiasa dan mulai meniru perilaku Bunda dalam mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan.

6. Puji Si Kecil dan Ajari Anak Bersikap Positif

Jika Bunda berhasil menenangkan anak yang menangis, langkah selanjutnya adalah memberinya pujian.

Cobalah untuk mengatakan ini, “Sudah tenang sekarang? Hebat Adek, udah nggak nangis lagi!” 

Tujuannya, untuk memperkuat perilaku positif karena anak mampu menenangkan diri dan mengatasi luapan emosinya. 

Jelaskan emosi yang ia rasakan saat itu, dan efeknya. Cobalah katakan ini padanya, “Kalau Adek nangis kencang, nanti dedek bayi juga ikutan nangis, lho.” 

Mendidik anak dengan cara ini bisa membantunya mengenali emosi dan konsekuensi dari tindakan yang kurang baik jika ia lakukan. 

Bunda masih punya pertanyaan seputar pola asuh anak yang tepat? Yuk, tanya langsung ke Sahabat Bunda Generasi Maju untuk tumbuhkan si Kecil jadi generasi maju!

Referensi:

  1. U.S. National Library of Medicine. (n.d.). Crying in childhood: Medlineplus medical encyclopedia. MedlinePlus. https://medlineplus.gov/ency/article/002396.htm 
  2. Alisha Grogan MOT, O. (2023, December 13). Does your child cry all the time? this might be why... Your Kid’s Table. https://yourkidstable.com/child-cries-all-the-time/
  3. Amy Morin, L. (2022, September 30). 7 reasons your child may be crying. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/reasons-your-child-may-be-crying-4157950
  4. Christiano, D. (2019, February 25). Terrible twos: What to expect, plus 9 tips to get you through it. Healthline. https://www.healthline.com/health/parenting/terrible-twos#signs
  5. Communicating well with babies and children: Tips. Raising Children Network. (2023a, July 4). https://raisingchildren.net.au/toddlers/connecting-communicating/communicating/communicating-well-with-children
  6. Overstimulation: Babies and children. Raising Children Network. (2023b, October 19). https://raisingchildren.net.au/newborns/behaviour/common-concerns/overstimulation
  7. professional, C. C. medical. (n.d.). Temper tantrums: What they are, how to handle & possibly prevent them. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/14406-temper-tantrums 

Artikel Terpopuler