Facebook Pixel Code Tabel Berat Badan Bayi Normal Menurut WHO

Tabel Berat Badan Bayi Normal Menurut WHO

Tabel Berat Badan Bayi Normal Menurut WHO

 

Untuk tahu seberapa baik pertumbuhan bayi setiap bulannya, tabel berat badan bayi adalah acuan yang tepat. Sebab, berat badan merupakan salah satu faktor penentu bagi tumbuh kembang bayi yang ideal. 

Sebenarnya, berapa berat badan bayi yang ideal berdasarkan usianya? Yuk, cek tabel berat badan bayi menurut World Health Organization (WHO), serta cara mengoptimal berat badan si Kecil!

Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 0-12 Bulan

Ketika lahir, tahukah Bunda kalau sebagian besar berat badan bayi merupakan cairan tubuh yang akan hilang dalam beberapa hari?

Ya! Itu kenapa sebagian besar bayi kehilangan 1/10 dari berat badannya selama lima hari pertama, dan akan naik kembali dalam lima hari berikutnya. Ini adalah hal yang wajar. Pada hari kesepuluh, berat badan bayi biasanya akan kembali ke berat lahir.

Kemudian, bayi rata-rata akan mengalami kenaikan berat badan dengan cepat pada usia 7–10 hari, 2–3 minggu, dan 4–6 minggu. Rata-rata pertambahan berat badan bayi baru lahir adalah 20-30 gram per hari sehingga pada usia satu bulan nanti berat badannya bisa mencapai 4 kilogram. 

Ini adalah fase percepatan pertumbuhan yang disebut juga sebagai growth spurt atau pacu tumbuh. Masa pacu tumbuh kemudian akan terjadi lagi pada umur 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan.

Nah, Bunda mungkin bertanya-tanya, “Berapa sih berat badan bayi 1 tahun yang ideal?”, “Kenapa berat badan bayi 2 tahun dengan temannya berbeda, ya?”, jawabannya akan sangat beragam, Bun. 

Untuk menjawab pertanyaan Bunda, Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) telah merancang tabel berat badan bayi untuk usia 0-12 bulan yang bisa dijadikan patokan umum.

Baca Juga: Cara Membaca Grafik Pertumbuhan Anak untuk Pantau Kecukupan Gizinya

Tabel Berat Badan Bayi 0-12 Bulan Menurut WHO 

Mengukur tinggi dan berat badan secara akurat penting untuk memantau kesehatan bayi juga laju pertumbuhannya. Oleh karena itu, WHO telah membuat tabel berat badan bayi yang ideal menurut usianya.

Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah berat badan bayi ideal atau tidak? Bunda bisa cek melalui tabel berat badan bayi yang berpedoman pada WHO di bawah ini. 

 

Usia

Bayi Laki-Laki

Bayi Perempuan

0 bulan

2,4 - 3,8 kg

2,5 - 3,6 kg

1 bulan

3,5 - 5 kg

3,3 - 4,7 kg

2 bulan

4,4 - 6,2 kg

4 - 5,7 kg

3 bulan

5,1 - 7,1 kg

4,6 - 6,5 kg

4 bulan

5,7 - 7,7 kg

5,1 - 7,2 kg

5 bulan

6,1 - 8,3 kg

5,5 - 7,7 kg

6 bulan

6,6 - 8,7 kg

5,8 - 8,1 kg

7 bulan

6,8 - 9,1 kg

6,1 - 8,5 kg

8 bulan

7 - 9,5 kg

6,4 - 8,9 kg

9 bulan

7,2 - 9,8 kg

6,6 - 9,2 kg

10 bulan

7,5 - 10, 1 kg

6,8 - 9,5 kg

11 bulan

7,7 - 10,4 kg

7 - 9,8 kg

12 bulan

7,8 - 10,9 kg

7,1 - 9,9 kg

 

Bunda juga bisa membawa bayi ke posyandu atau dokter anak secara berkala untuk mendapatkan hasil pengukuran berat badan yang lebih akurat. 

Setiap bulannya, dokter atau petugas posyandu akan mengukur berat badan anak yang akan dibandingkan dengan tinggi badannya. Dari hasil tersebut, dokter bisa mengetahui apakah berat badan bayi sudah ideal sesuai usianya atau belum. 

Sebab, bisa saja anak memiliki pertumbuhan normal sampai usia tertentu, tapi kemudian mengalami gangguan atau penyakit seperti infeksi yang mempengaruhi laju pertumbuhannya.

Baca Juga: Cara Menyusui Bayi yang Benar agar si Kecil Tumbuh Optimal

midbanner tabel tinggi berat badan bayi

Kenapa Penting Memantau Berat Badan Bayi?

Setelah memahami tabel berat badan bayi di atas, apakah Bunda masih bertanya-tanya, kenapa kita harus memantau berat badan si Kecil? 

Setiap anak adalah individu yang unik dan bisa bertumbuh kembang dengan kecepatannya masing-masing. Namun, berat badan bayi perlu dipantau secara berkala setiap bulannya untuk memastikan anak sudah bertumbuh dengan baik sesuai usianya atau belum.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa pertumbuhan berat badan berperan penting dalam menentukan status gizi anak ketika dibandingkan dengan tinggi badan anak, apakah ia termasuk obesitas, gizi berlebih, gizi baik, kurang gizi, atau gizi buruk. 

Sebagai contoh, apabila anak Bunda memiliki berat badan yang lebih cepat dari pertumbuhan tingginya, si Kecil mungkin berisiko memiliki kelebihan berat badan atau obesitas. 

Selain itu, memantau pertumbuhan berat badan bayi juga penting untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan yang dapat berakibat jangka panjang pada kualitas hidup anak. Misalnya, stunting. 

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang terjadi waktu cukup lama. Melansir Kemenkes RI, gagal tumbuh ini dapat mengakibatkan perawakan tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya atau bahkan atau sangat pendek.

Supaya Bunda bisa mengetahui apakah berat badan bayi sudah ideal atau belum, Bunda bisa memantau pertumbuhannya tiap bulan melalui Grafik Pertumbuhan Anak. Grafik ini dikeluarkan oleh WHO dan sudah dijadikan acuan umum digunakan oleh dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia untuk memantau pertumbuhan fisik anak.

Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Kurang Gizi yang Wajib Para Ibu Ketahui

Faktor yang Memengaruhi Berat Badan Bayi 

Apa berat badan si Kecil belum sesuai menurut tabel berat badan bayi? Bunda pun jadi cemas dan malah membandingkan berat si Kecil dengan berat badan bayi seusianya. 

Tenang Bun, karena berat badan setiap bayi bisa jadi berbeda-beda meski umurnya sama. Perbedaan ini umumnya dipengaruhi beberapa hal, seperti:

1. Jenis Kelamin

Salah satu faktor yang memengaruhi kenaikan berat badan bayi adalah jenis kelaminnya. Umumnya, berat badan bayi laki-laki cenderung lebih berat daripada bayi perempuan (sekitar 400 gram). Pertambahan berat badan ini bisa berlangsung lebih cepat selama masa balita.

2. Nutrisi

Kenaikan berat badan bayi juga bisa dipengaruhi oleh nutrisi, seperti apakah bayi mengonsumsi ASI eksklusif atau tidak. 

American Academy of Pediatrics mencatat bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif akan mengalami pertambahan berat badan dan pertumbuhan lebih cepat daripada bayi yang tidak diberikan ASI selama 6 bulan pertama. 

Bahkan, WHO juga merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan pertama usia bayi, Bunda. 

Namun, berat badan bayi bisa berubah setelah 6 bulan pertama, Bun. Bukan tidak mungkin bayi yang diberi ASI bisa mengalami pertambahan berat badan dan tumbuh lebih lambat daripada bayi yang tidak diberikan ASI saat mereka berusia 6 bulan hingga 1 tahun. 

3. Bayi Lahir Prematur

Bayi lahir prematur juga bisa mengalami penambahan berat badan yang lebih lambat di usia satu tahun pertamanya, daripada bayi yang lahir tidak prematur.

Meski begitu, berat badan bayi prematur bisa “mengejar” ketertinggalan berat badan ketika usia bayi di atas satu tahun. 

4. Kondisi Medis Tertentu

Tahukah Bunda? Anak yang mengalami kondisi medis tertentu bisa mengalami pertambahan berat badan yang lambat, lho. Misalnya, anak yang mengidap penyakit Celiac, hipotiroid, gangguan hormon pertumbuhan, atau penyakit jantung bawaan.

Ini karena kondisi medis atau infeksi yang diidap anak bisa mempengaruhi kerja tubuh untuk menyerap nutrisi dari makanan dan melemahkan sistem imunnya. 

Maka dari itu, tak ada salahnya Bunda memeriksakan si Kecil ke dokter apabila mencurigai berat badannya tidak sesuai dengan usianya. Sebab, bisa jadi ada kondisi medis tertentu yang sedang dialaminya.

Cara Menambah Berat Badan Bayi

Jika berdasarkan tabel berat badan bayi di atas ternyata berat si Kecil masih kurang, Bunda jangan langsung panik, ya.

Jika kenaikan berat badan bayi berjalan lambat karena adanya penyakit, sebenarnya tidak ada cara khusus yang bisa dilakukan. Sebab, penyakit yang mendasarinya harus ditangani dengan tepat terlebih dahulu, Bun. Selanjutnya, dampak yang diakibatkannya bisa dipulihkan secara bertahap.

Namun secara umum, ada beberapa cara sederhana yang bisa Bunda lakukan untuk menambah berat badan anak. Misalnya: 

1. Berikan ASI Sesering Mungkin

Bunda, salah satu cara menambah berat badan bayi adalah dengan memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hingga anak berusia dua tahun. Susui bayi tiap dua sampai tiga jam sekali, serta tiap buah hati menunjukkan tanda-tanda lapar dan ingin menyusu. 

Perhatikan juga posisi pelekatan mulut bayi dengan puting Bunda selama menyusu. 

Hindari memberikan makanan selain ASI di umur kurang dari 6 bulan ya, Bun. Terlalu cepat memberikan makanan pendamping justru akan membuat si Kecil kesulitan mencerna makanan tersebut.

Perhatikan feses serta air kencingnya. Jika feses dan air kencing lebih sedikit dibandingkan anak lain pada usianya, kemungkinan bayi tidak mengonsumsi cukup ASI, Bunda.

2. Berikan MPASI Sehat dan Bergizi Tinggi

Bunda perlu melanjutkan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 2 tahun, didampingi dengan pemberian MPASI yang sehat dan bergizi.

Perhatikan pula kandungan makanan MPASI yang Bunda berikan kepada si Kecil. Pilihlah makanan yang mengandung lemak sehat (asam lemak omega-3), protein, dan serat.

Pastikan anak menerima MPASI (saat sudah butuh), ya. Jika ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi buah hati, maka MPASI adalah sekumpulan makanan yang dapat diberikan untuk pemenuhan gizi balita.

3. Pastikan Bayi Tidur Cukup

Tidur yang cukup ternyata berperan penting dalam menambah berat badan bayi, lho, Bun. Menurut studi dari Journal of Medicinal Food, hormon pertumbuhan anak akan bekerja maksimal saat ia sedang tidur.

Bayi baru lahir hingga berusia 3 bulan membutuhkan waktu tidur sebanyak 14-17 jam. Lalu, bayi berusia 3 bulan sampai 11 bulan disarankan untuk tidur sebanyak 12-17 jam.

Nah, ketika usianya sudah mencapai 12 bulan hingga 2 tahun, bayi bisa tidur selama 11-14 jam lamanya.

Bunda juga bisa membiasakan tidur siang agar perkembangan dan kenaikan berat badan bayi berjalan optimal. 

Baca Juga: Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak

Demikian penjelasan seputar tabel berat badan bayi menurut WHO untuk anak usia 0-12 bulan, Bun. Walaupun kenaikan berat badan bayi dipengaruhi hal-hal tertentu, Bunda tetap bisa mengoptimalkannya lewat pemenuhan nutrisi terbaik setiap hari agar ia bisa tumbuh dan berkembang sesuai potensi prestasinya.

Semoga artikel ini membantu!

 

Referensi tambahan:

  1. Healthline. https://www.healthline.com/health/baby/how-to-increase-baby-weight#healthy-gains. Diakses pada 23 September 2022.
  2. Very Well Family. https://www.verywellfamily.com/breastfed-baby-is-gaining-weight-slowly-4114196#toc-risk-factors-for-poor-weight-gain. Diakses pada 23 September 2022.
  3. Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/325630#what-affects-baby-weight. Diakses pada 23 September 2022.
  4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1. Diakses pada 23 September 2022. 
  5. Journal of Medicinal Food. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9208721/. Diakses pada 23 September 2022.
  6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://p2ptm.kemkes.go.id/post/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi. Diakses pada 23 September 2022. 
  7. Healthline. https://www.healthline.com/health/how-to-increase-height#how-to-increase-height. Diakses pada 23 September 2022.
  8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/bayi-baru-lahir-apa-yang-perlu-diperhatikan-bagian-i. Diakses pada 23 September 2022.
  9. World Health Organization. https://cdn.who.int/media/docs/default-source/child-growth/child-growth-standards/indicators/weight-for-age/sft-wfa-girls-z-0-5.pdf?sfvrsn=6606c085_11. Diakses pada 23 September 2022.
  10. World Health Organization. https://cdn.who.int/media/docs/default-source/child-growth/child-growth-standards/indicators/weight-for-age/sft-wfa-boys-z-0-5.pdf?sfvrsn=c735bc54_16. Diakses pada 23 September 2022.
  11. Kids Health. https://kidshealth.org/en/parents/breastfeed-often.html. Diakses pada 23 September 2022. 
  12. Very Well Health. https://www.verywellfamily.com/what-is-a-breastfeeding-latch-431642. Diakses pada 23 September 2022.

Artikel Terpopuler