Bunda mungkin sering memperhatikan bayi tiba-tiba gumoh setelah menyusu. Tapi, apakah normal jika bayi sering gumoh, dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di artikel ini!
Penyebab Bayi Gumoh
Gumoh pada bayi bisa terjadi ketika ia terlalu banyak menelan udara saat menyusu atau terlalu banyak minum susu. Dalam istilah medis, gumoh disebut dengan refluks.
Gumoh adalah keluarnya cairan, susu, atau makanan yang baru saja ditelan bayi. Meski mungkin mengkhawatirkan Bunda, gumoh sebetulnya bukan pertanda gangguan kesehatan serius dan cukup umum dialami bayi pada 3 bulan pertama kehidupannya.
Gumoh disebabkan oleh otot cincin (sfingter) yang membatasi antara bagian bawah kerongkongan dan ujung paling atas lambung bayi belum bisa menutup sempurna.
Otot cincin ini berperan sebagai katup yang menjaga isi perut bayi tidak mengalir balik ke kerongkongan. Jika otot cincin tersebut belum berkembang kuat sepenuhnya, membuat susu kembali ke kerongkongan dan keluar melalui mulut. Hal inilah yang kemudian menyebabkan bayi gumoh. Dalam istilah medis, gumoh disebut juga dengan refluks.
Selain karena otot di kerongkongannya yang belum cukup kuat, gumoh juga dipengaruhi oleh kapasitas lambung bayi yang masih sangat kecil. Jadi ketika ia menyusu terlalu cepat atau banyak sementara katup penahan lambungnya masih longgar, sebagian susu yang baru saja ditelannya bisa naik kembali ke kerongkongan dan dimuntahkan lewat mulut.
Pada beberapa kasus, gumoh juga dapat terjadi jika bayi menghirup banyak udara ke dalam perutnya, misalnya ketika menyusu dengan cepat. Ketika perut bayi terisi banyak udara dan tidak disendawakan, gas yang terperangkap di lambung bisa keluar bersama cairan ASI.
Apakah Normal Jika Bayi Sering Gumoh?
Gumoh merupakan bagian tumbuh kembang normal anak, sehingga setiap bayi kemungkinan besar akan gumoh setidaknya sampai berusia 4 bulan. Jika diperhatikan dengan seksama, bayi seringnya bisa gumoh hingga 2-4 kali dalam satu hari. Lalu, apakah ini normal?
Untuk menilai normal tidaknya, sebetulnya Bunda tidak cukup hanya melihat seberapa sering frekuensi anak gumoh. Sebab, pengalaman setiap bayi bisa berbeda. Ada yang lebih sering gumoh dari pada umumnya, ada yang paling sedikit satu kali sehari, dan ada yang lebih jarang.
Maka, normal tidaknya gumoh dapat dinilai dari beberapa hal berikut ini:
-
Volume susu yang mengalir keluar umumnya 1-2 sendok makan.
-
Sebagian besar episode gumoh berlangsung kurang dari 3 menit.
-
Bayi tetap mau makan dan menyusu seperti biasa.
-
Berat badannya bertambah sesuai usia.
-
Bayi tetap tampak aktif dan suka bergerak.
-
Bayi tetap merasa nyaman dan tidak rewel setelah gumoh.
-
Bayi tidak mengalami gangguan pernapasan, seperti sesak.
Jika bayi mengalami ciri-ciri seperti di atas setelah gumoh, Bunda tidak perlu terlalu khawatir karena ini menandakan kondisi si Kecil masih baik-baik saja. Gumoh tidak sampai menyebabkan masalah kekurangan gizi atau keterlambatan tumbuh kembang bayi.
Gumoh juga tidak akan terjadi dalam waktu lama. Paling lama bayi akan mengalami gumoh hingga usia sekitar 12 bulan. Seiring waktu kondisi ini akan mereda dan tidak terjadi lagi khususnya ketika pencernaan bayi sudah lebih kuat dan ia sudah bisa duduk sendiri.
Apa Perbedaan Gumoh dan Muntah pada Bayi?
Muntah dan gumoh pada bayi merupakan kondisi yang berbeda ya, Bun. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gumoh adalah kondisi ketika air susu mengalir dengan sendirinya dan biasanya berbarengan dengan sendawa. Jumlah cairan yang keluar pun sedikit.
Sementara itu, bayi muntah akan mengeluarkan isi lambung dengan tenaga atau usaha lebih (retching). Bayi yang muntah juga akan tampak mengejan, tidak nyaman, atau rewel.
Sebagian besar kasus muntah pada bayi merupakan hal abnormal, misalnya karena akibat infeksi pada saluran pencernaan. Namun, gumoh adalah refleks yang normal dan tidak mengganggu kesehatan bayi.
Baca Juga: Menangani Gangguan Pencernaan pada Anak
Bagaimana Cara Mengatasi Bayi yang Sering Gumoh?
Gumoh sebetulnya tidak memerlukan penanganan atau pengobatan khusus. Cairan gumoh yang menempel pada sekitar mulut bayi hanya perlu dibersihkan dengan kain bersih untuk mencegah iritasi kulit.
Namun, ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan agar bayi tidak gumoh terlalu sering, yaitu:
-
Jangan menyusui si Kecil secara berlebihan dan terburu-buru sampai membuatnya sangat kekenyangan. Susui bayi sebentar-sebentar tapi lebih sering sesuai keinginan bayi.
-
Posisikan badan bayi tegak saat menyusui dengan posisi kepala lebih tinggi dari perutnya, dan pastikan posisi pelekatan mulutnya sudah tepat pada puting.
-
Hindari terlalu banyak gerakan saat bayi sedang menyusu. Selain itu, jangan timbulkan gerakan yang kasar atau cepat yang berisiko mengguncang bayi.
-
Pastikan setelah menyusu tidak langsung membaringkannya dalam posisi telentang atau tengkurap, tapi tahan tubuh bayi dalam posisi tegak selama 20 hingga 30 menit setelah menyusu. Setelah itu, Bunda bisa tidurkan bayi dalam posisi telentang dengan kepala sedikit terangkat.
-
Menyendawakan bayi setiap kali habis menyusui.
-
Hindari memakaikan pakaian dan popok yang terlalu ketat sehingga membuat perut bayi jadi tertekan.
-
Gunakan payudara yang satu untuk menyusui bayi, dan satunya untuk memompa ASI.
-
Hindari melakukan tummy time (melatih bayi tengkurap) setelah menyusu.
-
Jika bayi minum ASI ekslusif, Bunda bisa mengurangi konsumsi produk-produk yang terbuat dari olahan susu, seperti keju dan yoghurt. Ini karena makanan atau minuman tertentu yang Bunda konsumsi dapat membuat si Kecil jadi lebih sering gumoh.
Kapan Gumoh Harus Dikonsultasikan ke Dokter?
Jika bayi sering gumoh disertai gangguan napas (tersedak, batuk, atau bunyi napas yang tidak biasa), cairan yang keluar lebih banyak dari 2 sendok makan setiap kali gumoh, atau berat badan bayi menjadi sulit naik, sebaiknya Bunda bawa si Kecil berobat ke dokter anak.
Berikut adalah beberapa tanda gumoh yang berbahaya pada bayi:
-
Terdapat darah pada fesesnya.
-
Lebih jarang buang air kecil dari biasanya.
-
Berat badannya tidak bertambah.
-
Memuntahkan cairan berwarna merah, hijau, atau kuning.
-
Memuntahkan darah.
-
Sangat sensitif yang ditandai dengan mudah menangis lebih dari tiga jam sehari dan mudah rewel dari biasanya.
-
Menolak menyusu berulang kali.
Selain itu ada juga gumoh yang mengindikasikan komplikasi yang disebut penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Kondisi ini ditandai dengan:
-
Bayi yang terus menangis dan tidak nyaman karena perutnya terasa mulas atau refluks yang menyakitkan sepanjang hari.
-
Berat badan yang tidak bertambah.
-
Tersedak ludah saat ingin mengeluarkannya.
Jika bayi masih sering gumoh dan disertai tanda-tanda GERD seperti di atas, segeralah kunjungi dokter. Salah satu yang mungkin disarankan yaitu pemberian makan khusus mungkin bisa atau nantinya akan diberikan resep obat untuk mengobati refluks.
Semoga artikel ini membantu, ya! Dan jika Bunda ingin mengetahui lebih banyak tentang kesehatan hingga tumbuh kembang bayi dari bulan ke bulan, yuk kunjungi Catatan Perkembangan Anak sekarang!
Referensi:
- Spitting up in babies: What’s normal, what’s not. (2023). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20044329
- Crider, C. (2019, November 20). Is All This Baby Spit-Up Normal? Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/health/baby/baby-spit-up#what-is-it
- Why Babies Spit Up. (2023). HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Why-Babies-Spit-Up.aspx
- Reflux - La Leche League International. (2020, August 6). La Leche League International. https://llli.org/breastfeeding-info/reflux/
- WebMD. (2006, March 8). Baby Spitting Up. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/parenting/baby/spitting-up
- IDAI | Bedanya “Gumoh” dan Muntah pada Bayi. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya-%E2%80%98gumoh%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi