Diare pada bayi adalah salah satu gangguan pencernaan yang umum terjadi. Ini dikarenakan sistem pencernaan dan daya tahan tubuh bayi belum berkembang sempurna sehingga ia lebih rentan terserang infeksi.
Si Kecil di rumah sedang diare, Bun? Supaya si Kecil bisa kembali sehat, Bunda dan Ayah perlu tahu lebih banyak tentang diare pada bayi, mulai dari penyebab, gejala, hingga penanganannya. Mari simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Penyebab Diare pada Bayi
Diare yang dialami bayi berusia kurang dari 24 bulan biasanya disebabkan infeksi virus dan bisa membaik sendiri dalam waktu kurang dari seminggu. Namun, diare juga bisa disebabkan oleh hal-hal lain, misalnya makanan MPASI yang mungkin kurang cocok untuk si Kecil. Agar lebih jelas, berikut berbagai penyebab diare pada si Kecil yang perlu Ayah dan Bunda pahami:
1. Infeksi pada Saluran Cerna Bayi
Infeksi oleh virus, bakteri, dan parasit yang menyerang saluran pencernaan merupakan penyebab diare tersering pada bayi. Sebagian besar kasus diare bayi disebabkan oleh infeksi Rotavirus. Gejala infeksi rotavirus bisa muncul setelah 2 hari terpapar virus ini.
Bayi yang mengalami diare diare biasanya juga disertai demam dan didahului dengan muntah.
Kondisi ini bisa juga menyebabkan gejala lainnya, seperti muntah dan demam ringan. Jika si Kecil menderita sakit perut, ia mungkin mengalami diare dan gejala lain beberapa kali selama 24 jam.
2. Pola Makan Bunda Berubah
Bunda, harus lebih selektif mengonsumsi makanan ketika masih masa menyusui. Pasalnya, ada pengaruh makanan yang dimakan dengan kualitas ASI.
Jika Bunda menyusui si Kecil, perubahan pola makan bisa saja memicu diare pada si Kecil. Misalnya, jika Bunda banyak konsumsi makanan pedas atau makanan penutup gula pada malam hari, maka itu bisa mengubah ASI.
Hal ini dapat memicu peningkatan gerak peristaltik saluran pencernaan si Kecil, sehingga ia bisa mengalami diare.
Baca Juga: 13 Pilihan Makanan Sehat dan Bergizi untuk Ibu Menyusui
3. Efek Samping dari Obat yang Bunda Konsumsi
Jika Bunda minum obat, seperti antibiotik maka ini juga bisa mempengaruhi ASI dan memicu diare pada si Kecil.
Selain antibiotik, suplemen yang Bunda minum juga bisa menimbulkan efek yang sama. Suplemen nutrisi, seperti vitamin dan bubuk protein dapat mengalir ke ASI. Ketika bayi meminumnya, kandungan suplemen yang terbawa bisa membuat bayi mencret.
4. Pola Makan Si Kecil Berubah
Ketika berusia 6 bulan, si Kecil mungkin sangat tertarik dengan apa yang dimakan oleh Bunda. Pada usia ini pula, Bunda akan siap memperkenalkan makanan padat pada si Kecil.
Kendati demikian, perubahan pola makan ini bisa mengganggu sistem pencernaan bayi. Pasalnya, perut bayi mungkin memerlukan waktu untuk mengubah persneling dari mencerna ASI atau susu formula menjadi makanan padat baru sebagai tambahan.
Maka itu, hal ini dapat menyebabkan diare sampai cegukan pencernaan dihaluskan, demikian dikutip dari laman Healthline.
5. Efek Samping Obat yang Si Kecil Minum
Terkadang, si Kecil mesti mengkonsumsi obat-obatan tertentu saat sedang demam. Kendati demikian, beberapa obat bisa berdampak buruk pada usus bayi sehingga menyebabkan diare.
Obat-obatan ini, termasuk antibiotik untuk infeksi bakteri dan obat untuk infeksi parasit. Bahkan, beberapa bayi mungkin sensitif terhadap obat demam dan nyeri.
Ciri dan Gejala Diare pada Bayi
Dikutip dari laman WebMD, ketika si Kecil mengalami diare, fesesnya akan menjadi encer dan berair.
Gejalanya tidak cuma itu saja. Beberapa bayi juga bisa mengalami gejala lain yang mengganggu. Kondisi ini tentu membuat bayi rewel sepanjang hari.
Berikut adalah beberapa gejala umum diare pada bayi
-
Perut bayi berbunyi atau bayi sering kentut.
-
Feses berwarna kuning dan tebal seperti selai kacang.
-
Sering buang air besar dan jumlah feses meningkat.
-
Feses mengandung lendir, darah, atau berbau tidak sedap.
-
Sakit atau demam.
Waspada jika Bunda melihat darah dalam feses, bayi sering muntah, sakit perut, kencing yang berkurang, tidak keluar air mata saat menangis, tidak mau minum, demam tinggi, diare yang sering, mulut dan lidah yang kering, kehilangan berat badan, serta bayi yang sangat haus. Bila hal-hal ini terjadi, segera pergi ke dokter
Cara Mengobati Diare pada Bayi
Cara mengobati diare umumnya akan tergantung dari penyebabnya. Sebagai contoh, jika setelah diperiksa penyebabnya dipastikan karena infeksi, dokter dapat merekomendasikan obat tertentu. Namun, Bunda juga bisa membantu si Kecil merasa lebih nyaman dengan beberapa cara mengobati diare pada bayi di bawah ini:
1. Terus Berikan ASI
ASI dengan segudang kelebihannya adalah makanan terbaik bayi dari 0-6 bulan. Jadi, ketika si Kecil mengalami diare pun, tetap memberikan ASI agar bayi tidak dehidrasi dan kekurangan gizi.
Bayi lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan orang dewasa. Oleh karena itu, mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam pengobatan diare yang dialami bayi.
Jadi, cobalah susui sedikit-sedikit tapi sering jika ia tampak tidak mau menyusu. Jika bayi sudah berusia 6 bulan ke atas dan bisa makan MPASI, Bunda boleh, kok, berikan air putih. Prinsipnya sama, ya, berikan sedikit-sedikit dulu tapi sering.
Alternatifnya, Bunda juga bisa berikan cairan oralit. Cairan oralit aman untuk diminum bayi, tapi sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter, ya, Bun, tentang berapa kali harus diminumkan dan dosis pemberiannya.
Baca Juga: Pentingnya ASI Eksklusif Selama 6 Bulan Pertama Bayi
2. Berikan Makanan Padat yang Aman untuk Pencernaan
Karena diare pada bayi biasanya disebabkan oleh infeksi di pencernaannya, hindari sementara jenis-jenis makanan MPASI yang dapat memicu gejalanya tambah parah. Misalnya, MPASI yang terlalu berempah.
Coba dulu berikan makanan lembut yang rasanya hambar dan mengandung serat, seperti nasi tim, pisang, telur rebus, jamur rebus, biskuit bayi tawar (plain), dan kentang rebus atau panggang. Makanan ini tidak hanya cepat membantu meningkatkan energi tubuh si Kecil yang sedang lemas, tapi juga menenangkan perut si Kecil.
Jangan lupa ganti popok si Kecil sesering mungkin, ya, untuk menjaga bokongnya tetap bersih dan kering sehingga terhindar dari ruam popok. Bila popok tidak diganti, bayi menjadi tidak nyaman dan bisa rewel. Jangan lupa, sebelum dipakaikan popok baru, bersihkan kulitnya dengan handuk kering.
Cara Mencegah Diare pada Bayi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bayi lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan orang dewasa. Karena itu, mencegah dehidrasi pada bayi adalah hal penting yang harus dilakukan saat mengobati diare.
Cara terbaik untuk mencegah si Kecil diare adalah dengan menjaga gaya hidup yang bersih dan sehat, karena penyebab utama bayi diare adalah infeksi virus dan bakteri. Jangan lupa untuk memperhatikan kembali pilihan makanan maupun penggunaan obat Bunda selama masih dalam masa menyusui.
Berikut adalah beberapa cara mencegah bayi mengalami diare yang bisa Bunda lakukan di rumah:
1. Rutin Cuci Tangan
Tangan menjadi media perpindahan patogen (bibit penyakit) dari Mama ke tubuh si kecil. Oleh karena itu, Bunda dan anggota keluarga perlu mencuci tangan dalam situasi berikut:
-
Setelah mengganti popok.
-
Usai membantu anak menggunakan toilet.
-
Sebelum menyiapkan, menangani, atau memakan makanan dan setelahnya.
-
Sesudah membersihkan atau menyentuh pispot.
-
Setelah menangani tempat sampah dan popok kotor.
-
Usai memegang hewan atau kotoran hewan.
2. Jaga Kebersihan Kamar Mandi
Penting untuk membersihkan kamar mandi jika ada anggota rumah tangga yang mengalami diare. Jadi, Bunda harus menggunakan air panas, desinfektan, dan kain sekali pakai untuk membersihkan:
-
Toilet.
-
Permukaan kamar mandi.
-
Pegangan pintu.
-
Tempat duduk toilet.
Jangan lupa cuci tangan, ya, sesudah membersihkan kamar mandi!
Diare pada bayi yang tidak segera ditangani dengan baik, akan menimbulkan masalah kesehatan lain dan mengganggu tumbuh kembangnya. Karena itu, bila si Kecil mengalami gejala diare yang tak kunjung pulih, segera bawa ke dokter, ya, Bun.
Jangan lupa juga untuk terus memantau perkembangan dan pertumbuhan si Kecil dengan menggunakan Diary Generasi Maju. Di dalam Diary Generasi Maju, Bunda dan Ayah bisa melihat grafik pertumbuhan anak hingga mendapatkan resep MPASI yang bernutrisi.
Referensi:
-
WebMD. “Diarrhea: Why It Happens and How to Treat It.” WebMD, WebMD, 9 July 2004, www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-diarrhea.
-
“Baby Diarrhea: Causes, Treatment, and More.” WebMD, www.webmd.com/parenting/baby/baby-diarrhea-causes-treatment.
-
“Baby Diarrhea: Causes, Treatments, and When to Worry.” Healthline, 30 July 2020, www.healthline.com/health/baby/baby-diarrhea#causes.
-
https://www.facebook.com/verywell. “How Breastfeeding Can Make a Difference in Baby Diarrhea.” Verywell Family, 2019, www.verywellfamily.com/diarrhea-in-the-breastfed-baby-431632.
-
“Diarrhoea in Babies and Children - Prevention.” HSE.ie, www2.hse.ie/conditions/diarrhoea-babies-children/prevention/#:~:text=The%20best%20way%20to%20prevent. Accessed 23 Feb. 2023.
-
Diarrhea (0-12 Months). (n.d.). Seattle Children’s Hospital. Retrieved March 6, 2023, from https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/diarrhea-0-12-months/#:~:text=Suspect%20diarrhea%20if%20the%20stools