Manfaat imunisasi untuk bayi yang utama adalah untuk mencegah penularan penyakit infeksi menular berbahaya. Tapi, tahukah Bunda kalau manfaatnya ternyata tidak cuma itu?
Ada banyak manfaat imunisasi untuk si Kecil yang ikut berdampak baik juga pada orang-orang terdekatnya, termasuk Bunda dan Ayah.
Yuk simak selengkapnya mengenai manfaat imunisasi, jenis imunisasi apa saja yang wajib untuk bayi, dan apa yang bisa dilakukan jika ada imunisasi yang terlambat!
Apa Manfaat Imunisasi untuk Bayi?
Imunisasi adalah sebuah proses untuk membangun dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap suatu penyakit dengan memasukkan bibit bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh melalui vaksin.
Lalu, apa manfaat imunisasi untuk bayi?
1. Mencegah Penularan Penyakit
Manfaat imunisasi untuk bayi yang utama adalah mencegah penularan berbagai penyakit infeksi mematikan.
Virus atau bakteri yang sudah dilemahkan tadi bertindak sebagai “contoh” untuk dikenali oleh sistem imun anak. Ketika sistem imun bayi bisa mengenali bibit kuman itu, tubuhnya dapat menghasilkan antibodi untuk membentuk perlawanan untuk menyerang jenis virus tersebut.
Jadi jika suatu saat bayi terpapar dengan virus yang sama, sistem imunnya sudah dapat langsung mengenal dan mengetahui bagaimana cara melawannya. Inilah yang akhirnya membuat bayi jadi lebih kebal alias tidak mudah tertular serangan penyakit menular.
Bila pun terpapar kuman penyebab penyakit itu, bayi yang sudah mendapatkan imunisasi tidak akan mengalami sakit atau hanya merasakan gejala ringan yang mudah disembuhkan.
2. Menekan Angka Kematian Bayi
Imunisasi juga efektif dan penting untuk melindung anak-anak dari risiko gejala berat, kecacatan, atau bahkan kematian yang diakibatkan penyakit infeksi menular.
Sebagai contoh, virus polio dapat menyebabkan anak mengalami lumpuh layu pada tungkai dan lengan. Bahkan, lumpuh layu dapat juga menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan yang menyebabkan kematian.
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan lumpuh layu yang diakibatkan penyakit polio. Tapi, pemberian vaksin polio dapat mencegah anak tertular dari infeksi virus penyebab lumpuh layu ini.
Sementara itu, bakteri tuberkulosis penyebab TBC dan virus penyebab campak pada bayi dapat menyebabkan radang otak yang bisa berujung pada kematian.
Inilah manfaat imunisasi untuk bayi, karena vaksin membantu tubuh si Kecil untuk menjadi kebal tanpa harus sakit terlebih dahulu.
3. Mencegah Wabah Penyakit
Manfaat imunisasi untuk bayi juga dapat dirasakan oleh anak-anak dan orang lain di sekitarnya. Ketika ada banyak bayi yang sudah diimunisasi dan memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu, maka penyakit itu tidak akan dengan mudah menyebar. Efek ini disebut dengan kekebalan kelompok.
Kekebalan kelompok bisa tercapai ketika semakin banyak orang di dalam masyarakat sudah divaksinasi. Jadi, semakin banyak bayi yang diimunisasi, efek perlindungannya akan semakin luas di masyarakat.
Ketika ada banyak orang di sekitar kita yang sudah kebal terhadap penyakit tertentu, kita juga bantu melindungi orang-orang yang mungkin tidak bisa mendapatkan vaksin atau yang lebih rentan terhadap penyakit, seperti anak-anak kecil atau orang tua.
Jadi, mendapatkan imunisasi adalah cara untuk melindungi masyarakat secara keseluruhan dengan membuat sebanyak-banyaknya orang menjadi kebal terhadap penyakit sehingga penyakit itu tidak dapat dengan mudah menyebar dan menyebabkan wabah.
Jadi, manfaat imunisasi untuk bayi tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tapi juga keselamatan dan kesehatan anak-anak lain yang ada di lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: 6 Penyakit Menular yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi, Wajib Tahu!
Apakah Imunisasi Aman untuk Bayi?
Imunisasi sudah terbukti dan terjamin aman untuk bayi. Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang imunisasi. Lebih dari 190 negara di dunia (termasuk Indonesia) memiliki program imunisasi wajib untuk bayi dan balita yang dilakukan secara terus menerus guna meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90%. Artinya, lebih dari 90 % anak usia dini dan bayi idealnya harus telah mendapat imunisasi.
Vaksin terbuat dari jenis bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau bahkan versi matinya sehingga tidak akan menyebabkan penyakit pada bayi. Pembuatan vaksin untuk imunisasi pun diteliti dan diawasi oleh institusi kesehatan global yang beranggotakan dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, dan tenaga kesehatan profesional lainnya.
Di Indonesia sendiri, pembuatan dan peredaran vaksin ikut diawasi oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM)
Risiko imunisasi pada dasarnya hanya sebatas efek samping ringan yang tidak membahayakan bayi. Beberapa efek samping imunisasi yang umum pada bayi adalah nyeri di lokasi suntikan atau demam ringan yang menyebabkan bayi menjadi rewel.
Yang justru berbahaya adalah jika bayi tidak mendapatkan imunisasi, Bun.
Baca Juga: Apakah Bisa Cegah Difteri dengan Imunisasi?
Apa yang Terjadi Jika Bayi Tidak Diimunisasi?
Beberapa hal yang mungkin terjadi jika bayi tidak diimunisasi adalah sebagai berikut.
1. Lebih Rentan Alami Komplikasi Berat
Bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh sekuat orang dewasa. Jadi ketika ada virus asing yang sama sekali tidak dikenali tubuh, sistem kekebalan bayi tidak bisa melawannya.
Virus tersebut akan lebih cepat berkembang biak dan beradaptasi dengan sangat cepat di dalam tubuh, sehingga lebih cepat menginfeksi.
Akibatnya, gejala penyakit yang muncul juga lebih berat ketimbang jika bayi sudah memiliki perlindungan sebelumnya. Penyakit infeksi berat juga cenderung lebih sulit untuk diobati.
Beberapa penyakit infeksi tidak mudah dikenali tapi berdampak cukup serius dan dapat menyebabkan kematian.
2. Menyebarkan Penyakit ke Orang Lain
Imunisasi berfungsi melindungi bayi terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah melalui pemberian vaksin. Mendapatkan imunisasi pun memang bukan berarti anak jadi 100% kebal terhadap paparan penyakit.
Anak yang telah diimunisasi masih mungkin terpapar kuman penyebab penyakit. Kalaupun sakit karena tertular, biasanya kondisi anak tidak akan terlalu parah sampai membahayakan nyawa.
Bedanya lagi, bayi yang sudah diimunisasi tidak akan menularkan penyakitnya ke Bunda, Ayah, atau orang lain sekitarnya jika terinfeksi oleh virus atau bakteri penyebab penyakit.
Sebaliknya, jika tidak diimunisasi bayi sangat berisiko menyebarkan virus penyebab penyakit dalam tubuhnya ke bayi dan anak-anak lain yang mungkin belum sempat mendapatkan vaksinasi.
3. Risiko Kembalinya Wabah
Pemberian vaksin dapat mengurangi angka kasus penyakit dan mencegah timbulnya wabah yang menyebar ke mana-mana dan menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak. Dengan begitu, diharapkan pada masa mendatang, penyakit tersebut dapat dibasmi secara menyeluruh.
Jika ada semakin banyak anak yang tidak diimunisasi, penyakit yang selama bertahun-tahun berhasil dicegah dapat kembali mewabah. Contoh nyatanya adalah wabah polio yang sempat kembali menyerang di Indonesia pada beberapa waktu lalu.
Indonesia sendiri pernah telah dinyatakan Bebas Polio oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2014. Namun karena cakupan imunisasi polio sempat turun, penyakit polio ditemukan lagi pada tahun 2018 di Papua dan tahun 2022 di Aceh.
Tentu Bunda tidak ingin hal ini terjadi lagi, kan?
Baca Juga: 7 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Imunisasi Anak
Imunisasi Apa Saja yang Wajib untuk Bayi?
Bunda tentu bertanya-tanya, apa saja imunisasi wajib yang perlu dipenuhi oleh buah hati, bukan? Menurut Permenkes No. 12 Tahun 2017, ada beberapa jenis imunisasi atau vaksin yang wajib untuk bayi baru lahir sampai sebelum berusia 1 tahun, yakni:
-
Vaksin BCG, jenis imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
-
Vaksin hepatitis B, jenis imunisasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
-
Vaksin polio, jenis imunisasi ini diberikan untuk mencegah poliomielitis.
-
Vaksin DPT, vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.
-
Vaksin campak, jenis imunisasi yang diberikan untuk mencegah campak.
Untungnya, program imunisasi wajib di Indonesia tidak dipungut biaya apa pun alias gratis. Jadi, pastikan imunisasi anak lengkap agar kekebalan tubuhnya terbentuk optimal, ya!
Baca Juga: Inilah Alasan Urutan Imunisasi Bayi Harus Benar, Bun!
Bagaimana Jika Ada Imunisasi yang Terlewat?
Jadwal imunisasi terbagi atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang dosisnya perlu diberikan beberapa kali, dan bahkan pada umur tertentu diperlukan imunisasi ulang untuk “memperpanjang” masa perlindungan atau memperkuat efek perlindungannya.
Sebagai contoh, vaksin polio yang dosis pertamanya wajib diberikan segera setelah bayi lahir dan dosis selanjutnya diberikan lagi pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Lalu, bagaimana jika ada imunisasi bayi yang terlambat atau terlewat? Jika ada imunisasi yang tertunda atau belum lengkap sesuai jadwal seharusnya, Bunda harus secepatnya konsultasi ke dokter untuk mengejar ketertinggalan imunisasi.
Jika si Kecil sudah mendapatkan imunisasi dosis pertama tapi dosis keduanya terlambat atau terIewat, konsultasi dengan dokter sesegera mungkin untuk mengejar imunisasi agar tercapai efek perlindungan yang optimal.
Pada tahap ini, si Kecil sebenarnya sudah memiliki perlindungan terhadap penyakit dari dosis pertamanya. Namun, efek perlindungan dari dosis pertama mungkin masih di bawah ambang kadar proteksi yang ideal atau belum mencapai perlindungan yang optimal untuk sepanjang hidup.
Namun perlu juga dipahami bahwa tidak semua jenis imunisasi bisa disusul. Beberapa jenis vaksin ada batas umur maksimalnya, sementara jenis vaksin lain mungkin memerlukan pemeriksaan tambahan lebih dulu sebelum bayi bisa mendapat dosis susulannya.
Jadi, supaya si Kecil tidak terlewat jadwal imunisasi wajibnya, Bunda bisa melacak kelengkapan imunisasi anak tiap bulannya dari Jadwal Imunisasi Wajib Terbaru untuk Bayi 0-12 Bulan.
Baca Juga: Tips Memilih Tempat Imunisasi Bayi Terbaik
Cara agar Bayi Tidak Menangis saat Disuntik
Imunisasi pasti dilakukan lebih dari sekali. Oleh karena itu, Bunda perlu memastikan si buah hati tidak mengalami trauma imunisasi saat pengalaman pertamanya. Jika sudah sekali trauma, imunisasi vaksin selanjutnya pasti akan lebih sulit, Bun.
Nah, tak perlu cemas dan panik, Bun, berikut adalah beragam cara agar anak bayi tidak menangis saat disuntik yang bisa diterapkan:
-
Pastikan Bunda juga bersikap tenang dan tersenyumlah seolah keadaan baik-baik saja, ya! Melihat sang Bunda yang tenang, si Kecil pun akan merasa lebih rileks dan tenang.
-
Alihkan perhatian si Kecil dari jarum suntik. Coba alihkan perhatiannya dengan menyanyi, membawa mainan favoritnya, atau mengajaknya menonton video melalui ponsel selama ia disuntik.
-
Gendong dan timang-timang bayi sebelum masuk ruang dokter agar lebih tenang dan mulai mengantuk.
-
Menyusui juga bisa mencegah si Kecil menangis saat disuntik.
Baca Juga: Penyebab Bayi Rewel Setelah Imunisasi
Bagaimana Cara Mengatasi Efek Samping Imunisasi?
Manfaat Imunisasi untuk bayi tidak terlepas dari risiko efek sampingnya. Namun, efek samping imunisasi pun pada umumnya ringan, seperti demam atau nyeri di tempat suntikan, yang tidak berbahaya. Hanya saja, bayi mungkin merasa tidak nyaman dengan tubuhnya setelah ia diimunisasi.
Oleh karena itu, ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi efek samping imunisasi pada anak bayi, yakni:
-
Memberikan minum yang lebih banyak.
-
Memberikan ASI lebih banyak.
-
Memberikan makanan bergizi.
-
Gunakan kompres dingin atau handuk yang dibasahi air dingin, lalu tempatkan pada area kulit bayi yang disuntik untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan
-
Memberikan obat penurun demam yang diresepkan dokter.
Dibandingkan efek samping yang minim ini, nyatanya manfaat imunisasi untuk bayi akan jauh lebih besar dan penting guna meminimalisir risiko bahaya terhadap kesehatan si Kecil kelak. Jadi, jangan takut mengimunisasi bayi Bunda, ya.
Mau tahu lebih banyak seputar tips parenting lainnya? Yuk, Yuk, akses berbagai info, panduan, dan fitur untuk maksimalkan tumbuh kembang si Kecil di Diary Generasi Maju secara gratis!
Referensi:
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-penting-untuk-mencegah-penyakit-berbahaya. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://promkes.kemkes.go.id/?p=5422. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- NHS. https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/why-vaccination-is-safe-and-important/. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- Centers for Disease Control and Prevention. https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/why-vaccination-is-safe-and-important/. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- Kids Health. https://kidshealth.org/en/parents/scared-shots.html. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- Parents. https://www.parents.com/baby/health/vaccinations/how-to-handle-your-babys-first-shots/. Diakses pada 11 Agustus 2022.
- UNICEF. https://www.unicef.org/indonesia/id/stories/7-konsekuensi-dan-risiko-jika-anak-tidak-mendapatkan-imunisasi-rutin?gclid=Cj0KCQjw0JiXBhCFARIsAOSAKqDOYtQWz1n871HMGeeWEkrq4pPX6sikdEkF_D9tXunQ4UMmy27iMJYaArfDEALw_wcB. Diakses pada 11 Agustus 2022