Wah, tidak terasa ya si Kecil sudah berusia 6 bulan! Sekarang, bayi mungil Bunda sudah bisa mulai mencicipi berbagai cita rasa baru melalui MPASI (makanan pendamping ASI).
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat Bunda memberikan makanan pendamping ASI, karena siapa tahu, si Kecil memiliki alergi terhadap bahan makanan tertentu.
Untuk mengenali bahan makanan apa saja yang dapat menyebabkan alergi dan gejala alergi makanan pada bayi, Bunda dapat menyimak ulasan di bawah ini sampai selesai. Selamat membaca!
Gejala Alergi Makanan pada Bayi
Alergi makanan adalah kondisi sistem imun yang bereaksi berlebihan terhadap suatu bahan makanan tertentu. Sistem tubuh si Kecil mengira bahan makanan tersebut adalah ancaman atau zat berbahaya. Proses tersebut membuat tubuh anak melepaskan zat kimia tubuh berupa histamin sehingga mendorong munculnya reaksi alergi.
Adapun beberapa gejala umum alergi makanan pada bayi yang perlu Bunda ketahui:
-
Mengi (nafas mengeluarkan bunyi “ngik” bernada tinggi).
-
Kesulitan bernafas.
-
Batuk.
-
Suara serak.
-
Penyempitan tenggorokan.
-
Sakit perut.
-
Muntah.
-
Diare.
-
Mata gatal, berair, atau bengkak.
-
Tubuh gatal-gatal.
-
Muncul bintik-bintik merah di kult.
-
Terjadi pembengkakan di beberapa area tubuh.
-
Penurunan tekanan darah yang menyebabkan si Kecil pusing hingga kehilangan kesadaran.
Namun, terkadang alergi makanan dapat menunjukkan gejala alergi yang parah. Kondisi ini disebut sebagai anafilaksis.
Anafilaksis umumnya diawali dengan gejala alergi ringan, namun secara cepat menjadi parah sehingga si Kecil mengalami kesulitan bernafas hingga kehilangan kesadaran. Bunda, jika kondisi ini tidak segera ditangani, anafilaksis dapat mengancam keselamatan jiwa.
Untuk itu, Bunda perlu mengenali gejala-gejala alergi makanan yang umumnya muncul sehingga dapat segera mengambil tindakan sebagai pertolongan pertama sebelum membawanya ke dokter.
Baca juga: Gejala Alergi Pencernaan yang Perlu Bunda Ketahui
Apa Saja Makanan yang Dapat Memicu Bayi Alergi?
Tahukah Bunda? Beberapa makanan pendamping ASI kemungkinan dapat menimbulkan reaksi alergi. Untuk itu sebagai orang tua, baiknya Bunda lebih cermat, sebab ada beberapa makanan yang dapat memicu alergi. Jadi, setiap kali membuat MPASI, Bunda dapat lebih memperhatikan reaksi tubuh si Kecil terhadap bahan makanan yang digunakan.
Ketika tidak ada gejala alergi yang muncul setelah mengonsumsi MPASI buatan Bunda, berarti bahan yang digunakan aman untuk tubuh si Kecil. Bunda dapat terus memberikan bahan makanan tersebut sebagai salah satu sumber pemenuhan nutrisinya.
Namun, apabila ada gejala alergi yang muncul, Bunda dapat segera membawa si Kecil ke Puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan lebih lanjut.
Sekarang mungkin muncul pertanyaan di benak Bunda, apa saja bahan makanan yang sering menimbulkan alergi pada si Kecil? Bunda, berikut 6 jenis bahan makanan yang sering menjadi penyebab alergi pada bayi:
1. Susu Sapi dan Produk Olahannya
Ada kondisi tertentu yang menyebabkan bayi tidak dapat mengonsumsi ASI secara maksimal. Oleh karena itu, si Kecil harus mendapatkan asupan nutrisi dari susu formula.
Sebelum memberikan susu formula pada bayi, Bunda perlu mengetahui bahwa susu sapi merupakan salah satu sumber pangan yang sering menimbulkan reaksi alergi.
Reaksi alergi disebabkan oleh imun tubuh si Kecil yang salah mengira protein susu sapi sebagai benda asing yang berbahaya bagi tubuh dan berusaha keras melawannya.
Jadi, sesaat setelah memberikan susu formula pada si Kecil, pastikan Bunda mengamati kondisinya dengan saksama. Jika bayi menunjukkan reaksi alergi sebaiknya segera hubungi layanan kesehatan terdekat untuk memastikan si Kecil mengalami alergi susu sapi atau intoleransi terhadap laktosa.
Sebab kedua kondisi tersebut memiliki gejala yang mirip, namun penyebab dan cara penanganannya berbeda.
Oh iya Bunda, seiring bertambahnya usia si Kecil, alergi susu sapi umumnya dapat sembuh. Menurut IDAI, si Kecil akan sembuh saat berusia:
-
50% pada usia 1 tahun.
-
75% pada usia 3 tahun.
-
90% pada usia 6 tahun.
Baca Juga: Tanggap Ciri Alergi Susu Sapi Demi Tumbuh Kembang Optimal si Kecil
2. Telur
Telur adalah salah satu makanan yang sering menjadi penyebab alergi pada bayi. Sama seperti pada alergi susu, alergi telur juga disebabkan oleh sistem imun tubuh yang salah mengira beberapa jenis protein dalam telur sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh. Jadi, sistem imun mengeluarkan zat bernama histamin dan beberapa zat kimia lain yang menimbulkan gejala-gejala alergi.
Seperti yang Bunda ketahui, telur mempunyai dua bagian yang berbeda yaitu putih dan kuning telur. Kedua bagian telur tersebut sebenarnya sama-sama dapat menimbulkan alergi, hanya saja alergi terhadap putih telur lebih sering terjadi.
Alergi pada telur pada umumnya dapat sembuh sebelum si Kecil memasuki usia remaja.
Umumnya gejala alergi terhadap telur muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah si Kecil memakan telur atau makanan yang mengandung telur.
Gejala alergi yang timbul akibat konsumsi telur antara lain muntah, diare, dan asma. Reaksi alergi terhadap telur juga bisa timbul pada kulit bayi berupa gatal-gatal, kulit memerah, atau bentol/bengkak. Mata berair dan bersin juga bisa merupakan gejala alergi terhadap telur.
Apabila salah satu gejala muncul, sebaiknya Bunda hentikan dulu penggunaan telur dalam bubur bayi. Konsultasikan ke dokter anak dan cari tahu penyebab yang mungkin dapat memicu alergi makanan pada bayi, apabila telur bukan penyebab gejala alergi, lanjutkan pemberian telur kepada si Kecil.
Baca Juga: Sumber Makanan Alternatif Pengganti Protein Telur
3. Ikan
Alergi terhadap ikan umumnya memang muncul pada usia remaja dan dewasa, namun tidak menutup kemungkinan bayi juga mengalami alergi terhadap bahan makanan satu ini.
Jenis-jenis ikan yang umumnya menimbulkan alergi antara lain salmon, tuna, lele, nila, teri, kakap, mahi-mahi, dan kerapu.
Alergi terhadap ikan berbeda dengan alergi terhadap seafood ya, Bun. Pasalnya, di dalam kategori seafood tidak hanya ada ikan saja namun ada juga moluska (kerang-kerangan, cumi, gurita) dan krustasea (kepiting, udang, lobster).
Nah, bayi yang alergi terhadap ikan tidak selalu memiliki alergi terhadap jenis makanan laut lainnya. Jadi, si Kecil masih bisa mengonsumsinya dengan aman.
Gejala alergi bahkan dapat muncul saat si Kecil terpapar uap masakan ikan atau menyentuh ikan dengan kulitnya.
Gejala paling umum alergi ikan laut adalah gatal-gatal pada kulit. Selain itu, gejala alergi ikan juga bisa berupa muntah atau diare. Jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda alergi ikan laut, coba ganti protein harian dengan bahan lain, Bun. Setelah gejala mereda, Bunda bisa memberikan ikan air tawar sebagai alternatif.
4. Makanan Laut
Kerang-kerangan, cumi-cumi, gurita, udang, dan kepiting merupakan beberapa contoh makanan yang dapat membuat bayi alergi berikutnya.
Jenis bahan makanan tersebut dapat menimbulkan alergi pada usia berapa pun, bahkan pada si Kecil yang sebelumnya tidak memiliki alergi terhadap kerang-kerangan ataupun jenis hidangan laut (seafood) lainnya.
Ketika sudah mengalami alergi pada jenis makanan ini, umumnya si Kecil akan selalu mengalami alergi sampai seterusnya.
Sama seperti alergi pada ikan, alergi seafood juga dapat terpicu hanya dari menyentuh bahan masakan dan menghirup uap atau asap masakan.
Jadi, ketika Bunda sudah mengetahui si Kecil alergi seafood, jangan bawa si Kecil dekat-dekat dengan orang yang sedang memasak bahan makanan ini ya.
5. Kacang-kacangan
Angka kejadian alergi terhadap kacang-kacangan cukup tinggi pada bayi dan balita.
Sama dengan alergi makanan lain, gejala alergi muncul karena sistem pertahanan tubuh si Kecil menganggap protein yang terkandung dalam kacang-kacangan sebagai zat yang berbahaya dan harus dilawan.
Reaksi alergi terhadap kacang juga akan timbul walaupun ia hanya mengonsumsinya dalam jumlah yang kecil.
Seiring bertambahnya usia si Kecil kekebalan tubuh pada sistem pencernaan akan semakin baik sehingga reaksi alergi terhadap kacang-kacangan akan berkurang.
Gejala paling umum dari alergi kacang adalah rasa gatal di bagian dalam mulut dan kerongkongan. Alergi kacang akut dapat menimbulkan reaksi cukup fatal, seperti kesulitan bernapas, kerongkongan bengkak, kulit memucat, dan bibir membiru (yang disebut reaksi anafilaksis). Gejala alergi kacang bisa berbeda pada setiap bayi. Karena itu, sebaiknya Bunda waspada saat memperkenalkan kacang dalam makanan si Kecil.
6. Gandum
Bunda, apakah si Kecil menunjukkan gejala alergi saat mengonsumsi makanan yang mengandung gandum? Jika iya, kemungkinan besar si Kecil mengalami alergi gandum.
Namun, tidak hanya melalui makanan, pada beberapa kasus gejala alergi gandum juga muncul ketika si Kecil tidak sengaja menghirup udara yang terkontaminasi tepung gandum. Misalkan saat bayi didudukkan di kuris makan dan menemani Bunda membuat roti.
Jika si Kecil memiliki alergi satu ini, Bunda perlu selektif dalam memilih bahan makanan untuk membuat MPASI. Pasalnya, gandum bisa terkandung di dalam bahan makanan yang “tampak tidak mengandung gandum” seperti kecap manis, es krim, dan puding.
Oh iya, perlu Bunda ketahui juga bahwa gejala yang ditunjukkan oleh bayi alergi gandum mirip dengan gejala penyakit celiac sehingga sering membuat bingung.
Penyakit Celiac sendiri merupakan penyakit autoimun serius yang menyebabkan si Kecil tidak bisa mengonsumsi makanan yang mengandung gandum. Ada protein bernama gluten di dalam gandum yang jika di konsumsi makanan akan membuat si Kecil mengalami kerusakan pada usus kecil.
Untuk memastikan apakah si Kecil memiliki alergi terhadap gandum atau memiliki penyakit celiac, Bunda perlu membawanya ke dokter.
Cara Mengatasi dan Mencegah Alergi Makanan pada Bayi
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dapat membantu daya tahan tubuh si Kecil. ASI eksklusif telah terbukti mengurangi kecenderungan alergi pada anak. Lanjutkan ASI eksklusif dengan pemberian MPASI selambatnya usia 6 bulan dan tidak lebih awal dari 4 bulan. Berikan makanan bayi dari berbagai jenis bahan secara bertahap tanpa pantangan untuk melatih toleransi si buah hati Bunda terhadap alergen tertentu.
Kemudian, sebelum memberikan makanan pada si Kecil, Bunda perlu terlebih dahulu membaca komposisi makanan dengan saksama sehingga dapat menghindari paparan zat alergen (bahan makanan pemicu alergi).
Jangan hanya membaca pada satu waktu ya, Bun, karena komposisi makanan bisa berubah kapan pun.
Pastikan juga Bunda menginformasikan apa saja makanan yang dapat menyebabkan alergi pada anggota keluarga terdekat yang kerap berinteraksi dengan si Kecil, seperti nenek, kakek, kakak, om, tante, hingga pengasuh bayi. Jadi, tidak akan ada cerita si Kecil sakit karena diberi MPASI bubur ikan oleh Nenek atau makan roti gandum dari Bibi.
Untuk mempermudah menyiapkan MPASI yang aman, sehat, dan kaya gizi, Bunda dapat memanfaatkan tools Panduan MPASI.
Jangan lupa juga untuk mendaftarkan diri di Klub Generasi Maju supaya Bunda bisa mendapatkan lebih banyak informasi penting soal cara pengasuhan anak dan tips-tips menjaga kesehatan si Kecil di rumah. Gratis, Bun!
Referensi tambahan:
- Milk Allergy in Infants (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2023). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/milk-allergy.html
- IDAI | Susu Formula Alternatif untuk Alergi Susu Sapi. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/susu-formula-alternatif-untuk-alergi-susu-sapi
- Egg allergy - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/egg-allergy/symptoms-causes/syc-20372115
- Guide, P. (2021, March 23). Prevent Food Allergies. Prevent Food Allergies. https://www.preventallergies.org/blog/parents-guide-to-finned-fish-allergy
- Shellfish Allergy (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2023). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/shellfish-allergy.html
- Peanut allergy - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/peanut-allergy/symptoms-causes/syc-20376175#:~:text=Peanut%20allergy%20signs%20and%20symptoms,stomach%20cramps%2C%20nausea%20or%20vomiting
- Wheat allergy - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/wheat-allergy/symptoms-causes/syc-20378897#:~:text=A%20child%20or%20adult%20with,Nasal%20congestion
- What is Celiac Disease? | Celiac Disease Foundation. (2022). Celiac Disease Foundation; Celiac. https://celiac.org/about-celiac-disease/what-is-celiac-disease/