Facebook Pixel Code Mengatasi Alergi Makanan pada Anak: Lanjutkan atau Stop Pemicunya?

Mengatasi Alergi Makanan pada Anak: Lanjutkan atau Stop Pemicunya?

Mengatasi Alergi Makanan pada Anak: Lanjutkan atau Stop Pemicunya?

Penulis : dr Erick Thambrin

Anak adalah kebanggaan bagi setiap orang tuanya. Tentunya setiap Bunda juga pasti akan berusaha memberikan yang terbaik bagi buah hatinya dalam segala aspek. Salah satu aspek adalah kesehatan, dengan memberikan makanan yang sehat bagi buah hati.

Meski demikian, terkadang usaha memberikan makanan sehat bagi anak tidak semudah yang dibayangkan. Ada saja kesulitan yang dapat dihadapi, mulai dari faktor eksternal, sosio-ekonomi, hingga faktor internal anak. Faktor internal bisa dikarenakan sifat anak yang memilih-milih makanan, hingga alergi pada makanan tertentu. 

Tentu anak yang alergi dengan makanan akan membuat Bunda kebingungan dalam memberikan asupan nutrisi yang baik dan tepat. Apakah makanan harus dihentikan atau tetap diberikan? Hal ini pasti menjadi pertanyaan yang sering muncul, mengingat Bunda pasti tidak tega melihat reaksi alergi yang muncul pada anak. Reaksi alergi bisa ringan hingga yang cukup berat dan parah, bahkan hingga mengancam nyawa. 

Nah, penasaran kan? Yuk, simak lebih lanjut, Bun.

Prevalensi alergi makanan pada anak

Alergi makanan pada anak adalah masalah kesehatan umum yang sering terjadi di seluruh dunia. Diperkirakan 2-10% populasi manusia di dunia memiliki alergi makanan dengan spektrum tingkat keparahan bervariasi. Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada 2007-2010, prevalensi alergi makanan pada anak sekitar 6,53%, dan kemungkinan sudah semakin bertambah hingga kini.

Alergi makanan adalah reaksi, yang ditimbulkan respons imunitas tubuh spesifik, yang terjadi karena paparan zat dalam makanan (biasanya karena kandungan protein dalam makanan). Alergi dengan makanan harus dibedakan dengan intoleransi makanan. Intoleransi makanan tidak berhubungan dengan respons imunitas tubuh, tetapi lebih terkait dengan gangguan dalam proses metabolisme makanan, keracunan makanan, dan lain-lain. 

Terdapat tiga faktor risiko utama munculnya alergi makanan pada anak adalah riwayat dermatitis atopik sebelumnya, riwayat keluarga dengan alergi/atopi, ataupun adanya riwayat penyakit asma. Faktor risiko lainnya adalah kekurangan vitamin D dan obesitas, meskipun berbagai faktor risiko lainnya ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

Gejala dan Pemicu Utama Alergi pada Anak 

Terdapat kurang lebih 170 makanan yang sudah teridentifikasi dapat menyebabkan alergi. Namun, hanya beberapa makanan yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang hebat. Susu sapi, telur, kacang-kacangan, soya, gandum, ikan, dan kerang. Alergi susu, telur, gandum, dan soya sering terjadi di usia 1-2 tahun pertama. Namun, alergi makanan yang lain dapat terjadi pada usia kapan saja. Reaksi alergi yang paling berat kerap terjadi pada anak dengan alergi kacang-kacangan.1,2

Gejala alergi makanan bervariasi dari ringan sampai berat, dari hanya berupa gatal-gatal ringan pada kulit hingga reaksi alergi hebat yang menyebabkan syok yang mengancam nyawa. Berikut gejala alergi yang dapat muncul dibagi sesuai sistem organ:1-3

  1. Gejala pernapasan: bersin-bersin, hidung tersumbat atau berair, sesak napas hingga mengi, hingga sumbatan pada laring. 

  2. Gejala pencernaan: mual, muntah, nyeri perut, diare.

  3. Gejala kulit: bentol-bentol, bengkak pada bibir dan selaput lendir lainnya, kemerahan pada wajah, gatal-gatal.

  4. Gejala jantung dan pembuluh darah: nadi meningkat/takikardi, penurunan tekanan darah/hipotensi, sinkop/pingsan.

Cara Mengatasi Alergi pada Anak: Lanjutkan Atau Stop Pemicunya?

Nah, lalu bagaimana setelah mengetahui anak memiliki alergi makanan? Bunda kerap kebingungan apakah perlu dihentikan apa tidak. Pada dasarnya, belum ada obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi alergi pada anak. Hingga kini, penanganan yang disetujui adalah menghindari makanan yang menyebabkan alergi dan penanganan reaksi alergi yang tepat jika muncul. 

Selain itu, Bunda perlu tahu bila anak alergi terhadap satu macam makanan. Ada kemungkinan terjadi reaksi alergi silang pada jenis makanan lainnya yang tertera pada gambar di bawah ini sehingga jenis makanan tersebut pun harus sedapat mungkin dihindari.

Bunda sebaiknya perhatikan makanan yang dikonsumsi si Kecil. Bila perlu, cari pengganti nutrisi yang sesuai agar ia tetap mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. 

Bunda juga sebaiknya memberitahu si Kecil untuk menghindari makanan-makanan atau jajanan tertentu agar tidak ia konsumsi. Hal paling penting yang harus Bunda ingat adalah mengonsultasikan kondisi si Kecil dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan dan edukasi yang tepat sesuai kondisinya.

Sudah tidak bingung bukan? Mari jaga buah hati dari alergi makanan agar tidak terjadi reaksi alergi yang tidak diinginkan, tetapi dengan tetap mengusahakan memberikan makanan sehat.

Artikel Terpopuler