Penulis : dr Andre Christian Cundawan
Apakah Bunda atau Ayah memiliki alergi terhadap susu sapi? Alergi pada susu sapi merupakan salah satu alergi makanan paling umum terjadi pada awal kehidupan. Estimasi kejadian alergi susu sapi sekitar 0,5-3% pada anak usia 1 tahun di negara berkembang. Pada beberapa tahun ini, ditemukan peningkatan insidens alergi susu sapi pada bayi dan anak dimulai dari gejala ringan hingga berat.
Apabila anak memiliki alergi terhadap susu sapi, Bunda direkomendasikan tetap memberikan ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk turunannya pada makanan sehari-hari. Jika terdapat indikasi medis sehingga Bunda tidak dapat memberikan ASI, Bunda bisa memilih memberikan susu hipoalergenik.
Pastikan berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikan nutrisi alternatif untuk buah hati, ya, Bun. Susu hipoalergenik adalah susu yang terbukti tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% anak dengan alergi susu sapi; antara lain susu formula terhidrolisat ekstensif, susu formula asam amino, atau formula dengan isolat protein kedelai.
Beberapa penelitian dilakukan terhadap efek samping pemberian susu formula dengan isolat protein kedelai. Berdasarkan penelitian tersebut, tidak ditemukan adanya dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Tidak juga ditemukan dampak negatif terhadap metabolisme tulang, sistem reproduksi, sistem imun, maupun fungsi dari neurologis anak.
Bunda juga tidak direkomendasikan memberikan susu mamalia lain (kambing, domba) pada anak. Ini karena terdapat risiko reaksi silang alergi. Selain itu, susu kambing dan domba juga tidak direkomendasikan diberikan kepada anak usia di bawah 1 tahun.
Dokter anak umumnya akan merekomendasi Bunda memberikan susu formula isolat kedelai untuk anak yang membutuhkan, terutama anak dengan:
- Galaktosemia (tidak mampu mencerna galaktosa)
- Kekurangan enzim laktase
- Diare dan defisiensi laktase sementara (namun mengganti susu formula bayi ke susu kedelai saat diare masih menjadi perdebatan dan biasanya tidak direkomendasikan)
Salah satu kekhawatiran adalah fitoestrogen, terutama isoflavon yang terdapat dalam kedelai, yang memiliki sifat yang sama dengan estrogen dalam tubuh. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), tidak ada bukti konklusif bahwa kadar isoflavon kedelai dapat memengaruhi perkembangan reproduksi dan fungsi endokrin si Kecil.
Penelitian tentang fungsi dan efek samping dari penggunaan susu kedelai hingga kini masih terus berkembang. Namun saat ini ini, pemberian susu kedelai bagi anak menunjukkan efek yang baik dan belum terbukti berkaitan dengan kelainan yang relevan. Meski demikian, penggunaan susu formula kedelai pada anak dengan hipotiroidisme bawaan nmembutuhkan pemantauan fungsi tiroid memadai.
Baca Juga: Benarkah Terdapat Efek Samping dari Susu Pertumbuhan Soya pada Anak?