Oleh: dr. Fidelis Jacklyn Adella
Tergantung dari derajat keparahannya, alergi dapat dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu atau tidak. Namun, sedikit banyak alergi akan mengganggu keseharian buah hati.
Penting bagi Bunda untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah gejala alergi buah hati perlu diredakan dengan obat, apakah buah hati memerlukan obat rutin untuk mencegah timbulnya alerginya (controller), serta kiat-kiat untuk beradaptasi dengan kondisi alergi buah hati. Berikut ini dibahas beberapa efek dari alergi yang langsung dirasakan buah hati:
Reaksi Alergi Berat
Semua kondisi alergi berpotensi timbul dalam bentuk reaksi alergi berat, misalnya serangan asma berat. Hal yang paling berbahaya dan perlu diwaspadai adalah reaksi anafilaksis, yang paling sering muncul pada alergi makanan.1,2 Untuk menghindari hal ini, Bunda sebaiknya memiliki pengetahuan tentang apa saja yang dapat memicu reaksi alergi buah hati dan mengedukasinya tentang hal tersebut.3
Bila rhinitis alergi buah hati muncul saat terpapar debu, misalnya, Bunda dapat menghindari membersihkan rumah saat buah hati sedang berada di dalam rumah (kegiatan bersih-bersih rumah justru membuat debu beterbangan bebas untuk sementara). Bila buah hati alergi kacang, Bunda perlu mengajarkannya makanan-makanan apa saja yang mungkin mengandung kacang meskipun tidak terlihat jelas, misalnya permen dan saus tertentu.
Gangguan Tidur
Anak dengan alergi jauh lebih rentan untuk mengalami gangguan tidur dibandingkan anak-anak tanpa alergi. Jelas hidung yang mampat atau gatal-gatal karena alergi yang belum teratasi tentunya mengganggu tidur buah hati. Namun, tidur anak dapat terganggu karena alasan-alasan lain. Alasan yang paling menonjol adalah terganggunya pernapasan saat tidur, terutama pada anak-anak dengan gejala alergi yang terpusat pada saluran pernapasan, misalnya rhinitis alergi dan asma, lewat terdapatnya tahanan pada saluran napas akibat reaksi peradangan.4,5
Infeksi
Organ yang sedang mengalami reaksi peradangan akibat alergi akan lebih rentan terhadap infeksi, baik itu mukosa hidung, mukosa mata, saluran pernapasan, maupun kulit. Umumnya, gejala alergi pada kulit berupa gatal-gatal yang biasanya digaruk oleh buah hati dan menimbulkan luka yang rentan terinfeksi kuman.
Sulit Konsentrasi
Alergi dapat menimbulkan sulit konsentrasi pada anak, baik secara langsung maupun lewat terganggunya tidur anak. Alergi yang paling sering diteliti dalam hal ini adalah rhinitis alergi. Individu dengan rhinitis alergi mengalami gejala menyeluruh (bukan hanya pada saluran pernapasan) seperti mudah lelah, perubahan mood, depresi, kecemasan, penurunan performa di sekolah dan tempat kerja, serta kurangnya fungsi kognitif.5-7
Pengaruh Psikologi: Stres dan Kecemasan
Anak-anak dengan alergi dapat merasa cemas akan antisipasi reaksi alergi berikutnya. Selain itu, pada anak-anak dengan alergi makanan, mereka harus berhati-hati dan selalu waspada akan kandungan pada santapannya, dan hal ini dapat memengaruhi psikologi mereka.8
Kesulitan Sosialisasi dengan Teman Sebaya
Alergi buah hati dapat membuatnya sulit bergaul dengan teman-teman sebayanya, baik itu karena anak merasa rendah diri, keterbatasan aktivitas akibat alergi (misalnya tidak dapat berolahraga berat pada beberapa penderita asma, sulit ikut tukar bekal pada anak dengan alergi makanan), maupun karena faktor ekstrinsik berupa bullying.9-10
Bekali buah hati dengan pemahaman mengenai alerginya. Dengarkan cerita buah hati mengenai kesehariannya di sekolah untuk menanggulangi hal ini.
Prinsip penanganan alergi anak adalah dengan 3K: Kenali, Ketahui, dan Kendalikan. Apabila Bunda menduga buah hati mengalami gejala alergi, konsultasikan gejala tersebut ke dokter agar Bunda mendapat pemahaman menyeluruh dan dapat memberikan penanganan tepat untuk buah hati.
Baca Juga: Efek Jangka Panjang dari Alergi
Reference:
1. Hugh A Sampson, Donald Y M Leung. Anaphylaxis. Dalam: Nelson Textbook of Pediatrics. 19 ed. Elsevier Health Sciences; 2011.
2. Hugh A Sampson, Donald Y M Leung. Adverse Reactions to Foods. Dalam: Nelson Textbook of Pediatrics. 19 ed. Elsevier Health Sciences; 2011.
3. Supinda Bunyavanich, Jennifer S. Kim, Scott H. Sicherer. Principles of Treatment of Allergic Disease. Dalam: Nelson Textbok of Pediatrics. 20 ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. hlm. 1082–7.
4. Koinis-Mitchell D, Craig T, Esteban CA, Klein RB. Sleep and allergic disease: A summary of the literature and future directions for research. J Allergy Clin Immunol. Desember 2012;130(6):1275–81.
5. González-Núñez V, Valero AL, Mullol J. Impact of Sleep as a Specific Marker of Quality of Life in Allergic Rhinitis. Curr Allergy Asthma Rep. 1 April 2013;13(2):131–41.
6. Ozdoganoglu T, Songu M, Inancli HM. Quality of life in allergic rhinitis. Ther Adv Respir Dis. 1 Februari 2012;6(1):25–39.
7. Roberts G, Xatzipsalti M, Borrego LM, Custovic A, Halken S, Hellings PW, dkk. Paediatric rhinitis: position paper of the European Academy of Allergy and Clinical Immunology. Allergy. 68(9):1102–16.
8. Shaker MS, Schwartz J, Ferguson M. An update on the impact of food allergy on anxiety and quality of life. Curr Opin Pediatr. Agustus 2017;29(4):497–502.
9. Shemesh E, Annunziato RA, Ambrose MA, Ravid NL, Mullarkey C, Rubes M, dkk. Child and Parental Reports of Bullying in a Consecutive Sample of Children With Food Allergy. Pediatrics. 1 Januari 2013;131(1):e10–7.
10. Stewart M, Masuda JR, Letourneau N, Anderson S, McGhan S. “I Want to Meet Other Kids Like Me”: Support Needs of Children with Asthma and Allergies. Issues Compr Pediatr Nurs. 1 April 2011;34(2):62–78.