Alergi susu sapi adalah suatu reaksi alergi yang paling sering dialami anak-anak pada awal kehidupannya, yang diperantarai reaksi imunologis setelah pajanan alergen protein susu sapi. Alergi susu sapi biasanya dikaitkan dengan reaksi alergi hipersensitif tipe 1 yang diperantarai sistem imun tubuh yaitu immunoglobulin E (IgE).
Angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2-7,5%. Dari angka tersebut, sebagian besar reaksi yang menimbulkan gejala klinis adalah gejala ringan sampai sedang. Hanya sedikit reaksi yang menimbulkan gejala berat, yaitu sekitar 0,1-1%.
Bagaimana cara menangani anak dengan alergi susu sapi? Berikut ini beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk anak dengan alergi susu sapi:
1. Nutrisi
- Bunda perlu menghindari segala bentuk bahan makanan yang mengandung susu sapi. Namun, Bunda juga sebaiknya tetap memberikan nutrisi seimbang dan sesuai untuk tumbuh kembang anak.
- Perlu diperhatikan, Bunda sebaiknya juga cermat dalam memberikan makanan padat kepada anak yang menderita alergi susu sapi. Pastikan Bunda menghindari kandungan susu sapi pada makanan padat seperti bubur susu atau biskuit.
- Susu kambing atau domba tidak direkomendasikan sebagai nutrisi alternatif bagi anak, Bun. Ini karena masih memungkinkan terjadi reaksi alergi pada anak seperti alergi terhadap susu sapi.
2. Penanganan medis
Pastikan Bunda memberikan pengobatan sesuai gejala alergi yang timbul. Misalnya, jika terdapat gatal pada kulit serta kemerahan, Bunda dapat memberikan antihistamin untuk meredakannya. Pastikan Bunda konsultasikan dengan tenaga kesehatan untuk rekomendasi pengobatan bagi buah hati.
Berikut kandungan yang terdapat dalam susu formula isolat protein kedelai:
1. Kecukupan nutrisi dari formula isolat protein kedelai
Jumlah protein pada susu kedelai jauh lebih tinggi dibandingkan susu sapi, yaitu 2,2-2,6 gram per 100 kkal. Namun, sejumlah penelitian membuktikan pertumbuhan anak yang mengonsumsi susu sapi setara dengan yang mengonsumsi susu kedelai.
2. Aluminium
Kandungan aluminium dalam susu kedelai jauh lebih tinggi daripada ASI. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kandungan aluminium yang tinggi dalam susu kedelai belum terbukti dapat menganggu kesehatan anak bila dikonsumsi dalam jangka panjang. Pada 2008, American Academic Pediatric (AAP) menyimpulkan formula kedelai bukan masalah bagi anak kecuali pada bayi prematur atau anak dengan gagal ginjal.
3. Fitoestrogen
Formulasi susu kedelai mengandung isoflavon dalam bentuk genistein, daidzein dan glycitein. Isoflavon dapat berikatan dengan reseptor hormon estrogen dan menimbulkan efek estrogenik. Formula isoflavon dalam susu kedelai terbilang cukup tinggi. Penelitian membuktikan belum ada bukti klinis yang menunjukkan efek negatif terhadap sistem reproduksi dan fungsi hormon lainnya. Penelitian menunjukkan sistem imun, neurokognitif, pertumbuhan, metabolisme, kesehatan tulang, serta reproduksi menunjukkan hasil yang sama dengan anak yang mendapat formula susu sapi.
4. Fitat
Fitat dalam susu kedelai sebesar 1-2% yang dapat menganggu penyerapan mineral dan trace elements. Namun, kebanyakan produksi susu kedelai sudah dilakukan pengurangan jumlah fitat yang terdapat didalam susu kedelai sehingga tidak menganggu absorbsi zink, tembaga, dan mineral lainnya.