Stunting adalah salah satu masalah gizi kronis yang masih tergolong tinggi di Indonesia sehingga memerlukan perhatian khusus. Sebab, dampak stunting bisa berlanjut hingga si Kecil dewasa nanti. Jadi, sebelum mempengaruhi tumbuh kembang bayi secara menyeluruh, Bunda harus memahami bagaimana cara mencegah stunting.
Simak informasi selengkapnya dalam artikel ini, ya!
Ciri-Ciri dan Penyebab Stunting pada Bayi
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini disebut juga gagal tumbuh, karena ditandai panjang atau tinggi badan bayi yang di bawah standar usianya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi kronis hingga berisiko stunting, yaitu:
-
Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara dan pentingnya pemenuhan gizi selama kehamilan untuk bayi di dalam kandungan.
-
Pertumbuhan bayi dalam kandungan mengalami perlambatan.
-
Perubahan hormon pada tubuh bayi yang dipicu oleh stres.
-
Minim atau terbatasnya akses ibu ke makanan sehat.
-
Bayi sering menderita infeksi di awal kehidupannya seperti pneumonia, diare, atau tipes.
Bayi dikatakan mengalami stunting jika pada usia 0-59 bulan memiliki tinggi badan di bawah minus dua standar deviasi atau minus tiga standar deviasi dari rata-rata Grafik Pertumbuhan Anak milik WHO.
Selain itu, ciri-ciri stunting lainnya yang dapat dipantau pada bayi adalah:
-
Proporsi tubuh cenderung normal tetapi wajah bayi tampak muda dari usianya.
-
Berat badan lebih rendah daripada bayi seusianya.
-
Berat badan bayi menunjukkan penurunan yang signifikan.
-
Pertumbuhan gigi terlambat.
-
Bayi mudah terserang berbagai infeksi.
-
Minimal bayi buang air kecil sebanyak 6 kali per hari.
Kondisi kekurangan gizi sendiri sebenarnya dapat terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan. Hanya saja, menegakkan diagnosis stunting baru bisa dilihat saat si Kecil memasuki usia 2 tahun nanti.
Dampak Stunting pada Tumbuh Kembang Bayi
Dampak yang paling terlihat dari stunting adalah panjang badan bayi yang cenderung lebih pendek daripada anak sebayanya.
Namun, masalah gizi kronis tidak hanya memengaruhi pertumbuhan badan saja, tapi juga berdampak serius pada kemampuan kognitif dan akademisnya ketika si Kecil sudah siap masuk sekolah nanti.
Sebab, asupan gizi yang tidak mencukupi juga mempengaruhi perkembangan otak bayi, bahkan sejak dalam kandungan Bunda, sehingga ia dapat berisiko lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, motorik, perilaku, dan psikologis yang dapat bertahan lama.
Nah, yang perlu Ibu garis bawahi adalah stunting dapat menimbulkan dampak yang cukup fatal bagi masa depan bayi. Sebab, kerusakan fisik, kognitif, dan mental akibat stunting pada usia dini, terutama 1000 hari pertama kehidupan, sifatnya tidak bisa diperbaiki.
Cara Mencegah Stunting pada Bayi
Stunting memberikan dampak yang sangat buruk bagi tumbuh kembang si Kecil, bahkan mempengaruhi kehidupannya di masa dewasa. Untuk itu, Bunda perlu melakukan berbagai upaya supaya anak terhindar dari stunting seperti:
1. Memenuhi Kebutuhan Gizi Sejak Kehamilan
Hal pertama yang dapat Ibu lakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak adalah dengan memenuhi asupan gizi si Kecil sejak di dalam kandungan. Oleh karena itu, saat sedang mengandung penting bagi Ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang maupun suplemen atas anjuran dokter.
Umumnya dokter juga akan merekomendasikan ibu-ibu hamil untuk mulai rutin mengonsumsi vitamin prenatal dan suplemen tambahan seperti asam folat, zat besi, dan vitamin E dalam 3 bulan sejak Bunda merencanakan kehamilan.
Baca juga: 11 Rekomendasi Makanan Sehat untuk Ibu Hamil dan yang Harus Dihindari
2. Memberikan ASI Eksklusif Hingga Bayi Berusia 6 Bulan
ASI merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi karena mengandung berbagai makronutrien dan mikronutrien esensial. Oleh karena itu, Bunda perlu memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan kepada si Kecil.
Selain itu, ASI juga kaya akan protein yang berbeda dengan protein yang ada dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak tersusun dari protein whey yang lebih mudah untuk diserap usus bayi.
Nah, protein whey dan kolostrum yang terkandung dalam ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang masih renta dan sangat berperan dalam menambah berat dan panjang badan bayi.
3. Memberikan MPASI Tinggi Protein dan Zat Besi
Idealnya, sejak baru lahir sampai usia 6 bulan bayi sebaiknya mendapatkan ASI eksklusif. Akan tetapi setelah usia 6 bulan, ia perlu mendapatkan ASI dan makanan pendamping (MPASI) secara bersamaan.
Ini karena kebutuhan nutrisi bayi setelah usia 6 bulan sudah tidak lagi dapat terpenuhi sepenuhnya hanya dari ASI. Maka, memulai pemberian MPASI akan sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengoptimalkan tumbuh kembang bayi.
Periode ini dikenal pula sebagai masa penyapihan yang juga termasuk masa rawan pertumbuhan bayi. Sebab, si Kecil sangat berisiko terhadap malnutrisi jika tidak diberi makanan yang tepat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Apabila pada masa ini asupan nutrisi anak tidak optimal, malnutrisi dapat membuat si Kecil lebih berisiko terhadap keterlambatan tumbuh kembang atau kondisi gagal tumbuh serius seperti stunting.
Nah, salah satu zat gizi pencegah mencegah stunting yang mulai harus dipenuhi dari makanan pendamping ASI adalah protein hewani. Sebab, protein hewani memiliki kandungan asam amino lebih lengkap yang si Kecil butuhkan untuk tumbuh tinggi optimal. Adanya kandungan zat besi pada protein hewani juga bisa membantu mencegah anemia yang berisiko menyebabkan stunting.
Protein hewani untuk MPASI bisa didapatkan dari daging sapi, ayam, ikan (ikan tuna, makarel, dan sarden), dan telur. Pastikan Bunda juga memberi asupan yang mengandung Omega–3 dan Omega–6, misalnya dari ikan laut, untuk mengoptimalkan perkembangan otak si Kecildaya pikir.
Meski demikian, bukan berarti protein nabati tidak boleh diberikan sebagai MPASI, ya. Protein nabati, seperti dari tahu dan tempe, boleh saja diberikan untuk si Kecil sebagai pendukung
Namun, penambahan nutrisi dari MPASI harus selalu dikonsultasikan dengan dokter ya, Bun.
Untuk mencegah stunting sejak dini, pastikan anak usia 6-12 bulan mengonsumsi protein harian 1,2 gram per kg berat badan. Sedangkan, untuk anak usia 1-3 tahun perlu protein harian 1,05 gram per kg berat badan.
Baca juga: Tips Menyiapkan MPASI untuk Bayi
4. Memantau Tumbuh Kembang Bayi secara Berkala
Pertumbuhan merupakan suatu proses berkelanjutan yang dinamis sehingga pertambahan panjang badan atau tinggi badan harus selalu dinilai dari waktu ke waktu.
Pemantauan secara berkala ini sangat penting agar Bunda dan petugas kesehatan anak dapat segera melakukan identifikasi ketika anak mengalami perlambatan pertumbuhan sebelum pada akhirnya anak masuk ke dalam kondisi stunting.
Pemantauan tumbuh kembang bayi dapat Bunda lakukan setiap hari secara mandiri di rumah sekaligus dengan mengunjungi layanan kesehatan seperti puskesmas atau posyandu.
Berapa kali Bunda perlu memeriksakan si Kecil ke pusat layanan kesehatan?
Untuk bayi usia 0-12 bulan, Bunda perlu membawa si Kecil untuk mengunjungi pusat pelayanan kesehatan satu bulan sekali atau sesuai dengan anjuran dokter.
Ketika anak sudah berusia 1-3 tahun, Bunda dapat membawa anak ke layanan kesehatan setiap 3 bulan sekali.
Dan ketika anak sudah memasuki usia 3-6 tahun, Bunda dapat membawa si Kecil mengunjungi layanan kesehatan setiap 6 bulan sekali untuk memantau tumbuh kembanganya.
5. Mengikuti Program Imunisasi
Imunisasi dasar sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi yang belum terbentuk secara sempurna. Jika kekebalan tubuh bayi baik dan ia jarang sakit, asupan nutrisi yang diperoleh si Kecil akan digunakan dengan lebih maksimal untuk pertumbuhan tubuh dan otak anak.
6. Selalu Menjaga Kebersihan
Kebersihan adalah faktor yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi terjadinya stunting pada anak. Sebab ketika kebersihan tidak terjaga dengan baik, bayi dapat dengan mudah terserang penyakit infeksi seperti diare.
Menurut data yang diambil dari situs Kementerian Kesehatan Indonesia diare adalah salah satu gangguan kesehatan yang memicu kondisi stunting.
Kini Bunda sudah mengetahui apa itu stunting hingga penyebab, gejala, dan cara mencegahnya.
Upayakan untuk melakukan pencegahan stunting sejak Bunda sedang merencanakan kehamilan, ya. Supaya anak tumbuh sehat dan dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik saat dewasa dengan otak yang cerdas dan badan yang tinggi dan otak yang cerdas.
Referensi tambahan:
- Superadmin. “Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.” Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 28 Mar. 2019, promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting. Accessed 19 Jan. 2023.
- Xie, Wanze, et al. “Growth Faltering Is Associated with Altered Brain Functional Connectivity and Cognitive Outcomes in Urban Bangladeshi Children Exposed to Early Adversity.” BMC Medicine, vol. 17, no. 1, 25 Nov. 2019, www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6876085/#:~:text=Chronic%20malnutrition%20resulting%20in %20stunting,their%20developmental%20potential%20%5B3%5D., 10.1186/s12916-019-1431-5. Accessed 19 Jan. 2023.
- “Stop Stunting.” Unicef.org, 2019, www.unicef.org/india/what-we-do/stop-stunting#:~:text=Stunting%20is%20associated%20with%20an,hypertension%2C%20and%20obesity%20in%20future.. Accessed 19 Jan. 2023.
- World. “Stunting in a Nutshell.” Who.int, World Health Organization: WHO, 19 Nov. 2015, www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell. Accessed 19 Jan. 2023.
- admin. “CEGAH STUNTING UNTUK MASA DEPAN ANAK YANG LEBIH BAIK.” Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 11 May 2022, diskes.baliprov.go.id/cegah-stunting-untuk-masa-depan-anak-yang-lebih-baik/. Accessed 19 Jan. 2023.
- “Dinas Kesehatan Aceh | ASI Ekslusif Sangat Penting Untuk Cegah Stunting.” Acehprov.go.id, 2022, dinkes.acehprov.go.id/news/read/2022/07/04/1170/asi-ekslusif-sangat-penting-untuk-cegah-stunting.html#:~:text=Cukup%20Beri%20ASI%20Saja%20untuk,hingga%20anak%20berusia%202%20tahun.. Accessed 19 Jan. 2023.
- “Ciri Anak Stunting.” Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1519/ciri-anak-stunting. Accessed 19 Jan. 2023.