Stunting menurut WHO adalah kondisi panjang/tinggi badan untuk usia (height-for-age) di bawah -2 standar deviasi kurva pertumbuhan yang disebabkan malnutrisi, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang inadekuat.
Stunting pada awal kehidupan, terutama pada 1000 HPK, akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan konsekuensi penyimpangan fungsional pada si Kecil. Konsekuensi penyimpangan fungsional pada si Kecil mencakup fungsi kognitif dan performa edukasi berkurang, pendapatan saat bekerja di masa dewasa rendah, produktivitas menurun, dan bila disertai dengan penambahan BB yang berlebihan pada masa dewasa, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronik.
Pertumbuhan linear yang normal pada awal kehidupan berdampak pada kesehatan si Kecil di masa dewasa, menentukan produktivitas, kemampuan belajar, kognitif, kemampuan sensorik, motorik, dan bahasa.
Bila Bunda bingung memerlukan informasi tentang Standar Pertumbuhan Anak versi WHO tersebut, dapat dilihat pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), ya.
Baca juga: 6 Cara Sehat Menaikkan Berat Badan Bayi
Berikut data berat badan dan panjang badan ideal untuk bayi 10-12 bulan menurut WHO:
Bayi laki-laki
Usia
|
Berat badan
|
Panjang badan
|
10 bulan
|
7.8 – 9 kg
|
68,9 – 77,5 cm
|
11 bulan
|
8 – 11,4 kg
|
71.5 – 78 cm
|
12 bulan
|
8.2 – 11.8 kg
|
72,2 – 80 cm
|
Bayi perempuan
Usia
|
Berat badan
|
Panjang badan
|
10 bulan
|
7.6 – 8.4 kg
|
66 – 75 cm
|
11 bulan
|
7.8 – 8.8 kg
|
68 – 78 cm
|
12 bulan
|
8 - 9.2 kg
|
69,2 – 79 cm
|
Mengenai stunting ini, penyebabnya tidak semata-mata gizi buruk, tapi ada banyak faktor penyebabnya. Di antaranya adalah infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang kurang optimal.
Beberapa bahaya stunting yang harus Bunda waspadai, ya:
-
Pertumbuhan tulang tertunda.
-
Berat badan rendah jika dibandingkan bayi seusianya.
-
Panjang badan lebih pendek dari bayi seusianya.
-
Proporsi tubuhnya cenderung normal, tapi tampak lebih muda/kecil untuk bayi seusianya.
propose add keyword/section: bahaya stunting
Cara Mencegah Bahaya Stunting dengan Asupan Nutrisi
Pencegahan stunting sebaiknya sudah dimulai sejak Bunda merencanakan kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan bayi. Yakni dengan melakukan beberapa hal penting ini:
-
Pemenuhan nutrisi seimbang pada Bunda sejak masa kehamilan untuk mencegah defisiensi makro dan mikronutrien.
-
ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Kandungan nutrisi mikro dan makro yang lengkap pada ASI mampu memenuhi kebutuhan kalori bayi dan meningkatkan imunitas sehingga terhindar dari infeksi kuman pada bayi.
-
Imunisasi juga penting untuk mencegah terjadinya infeksi berulang pada bayi.
-
Makanan Pendamping ASI (MPASI) 4 kuadran yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, lemak, dan pengenalan serat, dengan jumlah kalori yang cukup, penting dipenuhi setelah bayi menginjak usia 6 bulan. Sumber makanan protein hewani wajib ada pada menu MPASI bayi, karena kandungan zat gizinya dapat membantu meningkatkan massa otot, meregenerasi sel, dan meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah terjadinya stunting pada bayi.
-
Memantau tumbuh kembang dan kesehatan bayi terutama dari tinggi dan berat badan si Kecil secara berkala, baik itu di Posyandu atau klinik khusus anak.
-
Selalu menjaga kebersihan di lingkungan sekitar bayi.
propose add heading: cara mencegah stunting dengan mencukupi nutrisi
Lebih lanjut mengenai sumber makanan hewani yang banyak mengandung protein adalah daging sapi hati, daging ayam, daging bebek, seafood, dan telur.
Makanan-makanan ini memiliki keunggulan dalam komposisi asam amino esensial –jika dibandingkan protein pada nabati. Selain itu, makanan ini juga kaya mikronutrien. Di antaranya, vitamin (B12, D), DHA (docosahexaenoic acid), zat besi, serta zink.
Baca juga: Ayo Bunda, Optimalkan Tumbuh Kembang Bayi dengan Nutrisi Ini
Lantas, berapakah porsi yang tepat dari sumber makanan hewani untuk bayi berusia 10-12 bulan?
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 28 tahun 2019, kebutuhan asupan protein harian pada bayi usia 6-11 bulan adalah sebanyak 15 gram/hari.
Berikut ini contoh jumlah protein pada makanan si Kecil:
Jenis Makanan
|
Jumlah Protein
|
1 butir telur puyuh
|
1,3 gram protein
|
3 ekor udang (20 gram)
|
5 gram protein
|
25 gram daging sapi
|
3 gram protein
|
40 gram daging ayam
|
5,4 gram protein
|
Mengapa Stunting Harus Dicegah?
Dari penjelasan di atas, Bunda jadi tahu kalau stunting itu tidak terjadi tiba-tiba. Namun demikian, kasus stunting di Indonesia jumlahnya masih cukup tinggi dan belum memenuhi harapan WHO (di bawah 20%).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Tanah Air masih sebesar 21,6%. Memang benar, angka ini mengalami penurunan 2,8% jika dibandingkan tahun 2021. Dan di tahun 2024, angka stunting di Indonesia turun menjadi 14%.
Si Kecil yang stunting, tidak hanya terbatas pada kurang dalam hal penampilan (stunting identik dengan badan pendek), namun dampaknya lebih dari itu hingga memengaruhi kehidupannya di masa dewasa muda dan dewasa tua.
Untuk dampak jangka pendek, si Kecil yang mengalami stunting rentan mengalami gangguan perkembangan otak dan pertumbuhan fisik (gagal tumbuh), kecerdasan, juga gangguan metabolisme tubuh.
Sementara dalam jangka panjang, anak mudah terinfeksi, tumbuh kembang terganggu, dan di saat dewasa berisiko mengalami diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, obesitas, kanker, stroke, disabilitas di usia senja, serta kualitas kerja yang kurang baik (produktivitas rendah).
Sekarang Bunda sudah lebih paham, kan, apa itu stunting, dampak dan cara mencegahnya? Semoga artikel ini bermanfaat, ya, Bunda.
Referensi:
- World Health Organization. (2023). Malnutrition. https://www.who.int/health-topics/malnutrition
- World Health Organization. (2015). Stunting in a nutshell. https://t.ly/tN11L
- Sehat Negeriku. (2023). Prevelensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%. www.sehatnegeriku.kemkes.go.id. https://t.ly/bHcaG
- Helmyati. (2022). Getting to Know Detection, Impact, and Prevention of Stunting. pkgm.fk.ugm.ac.id. https://t.ly/ltmjX
- Unicef. (2023). Reduce Stunting. https://www.unicef.org/esa/reduce-stunting
- dr Devi Nurfadila Fani, dr Annisah Rahmania Yulman, Sp.A. (2022). Protein Hewani sebagai Zat Gizi Penting bagi Pertumbuhan Anak. https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/protein-hewani-sebagai-zat-gizi-penting-bagi-pertumbuhan-anak