Salah satu perawatan yang paling penting untuk bayi baru lahir adalah menjemur di bawah sinar matahari setiap pagi. Tapi, apakah Bunda sudah tahu apa manfaatnya dan bagaimana cara menjemur bayi yang benar? Yuk, baca artikel ini sampai selesai!
Manfaat Menjemur Bayi
Ada banyak manfaat yang akan didapatkan oleh si Kecil ketika ia berjemur dengan cara yang benar, antara lain:
-
Bantu penuhi asupan vitamin D, karena sinar matahari pagi adalah sumber vitamin D terbaik.
-
Si Kecil jadi lebih aktif dan ceria, karena berjemur meningkatkan hormon serotonin yang mempengaruhi suasana hati, emosi, dan nafsu makan.
-
Membantu si Kecil tidur lebih nyenyak, karena bayi jadi belajar mengenal waktu, kapan pagi, siang, dan malam
Apakah Penyakit Kuning Bisa Dicegah dengan Berjemur?
Bunda mungkin pernah mendengar wejangan bahwa menjemur dapat mencegah terjadinya penyakit kuning. Tapi, nyatanya, hal ini tidak tepat, lho!
Menurut informasi dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), paparan sinar matahari langsung tidak efektif untuk menangani ikterus neonatorum alias penyakit kuning pada bayi. Pilihan terapi utama untuk mengobati penyakit kuning adalah fototerapi yang dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan dokter.
Baca juga: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi Campak pada Bayi
Cara Menjemur Bayi yang Aman
Berjemur di bawah matahari memang memberikan banyak manfaat bagi si Kecil. Namun, jika dilakukan dengan cara yang kurang tepat, berjemur justru dapat menimbulkan masalah kesehatan baru seperti dehidrasi, kelelahan karena panas, kulit terbakar, dan lain sebagainya.
Berikut cara menjemur bayi yang aman yang dapat Bunda praktekkan di rumah bersama si Kecil:
1. Berjemur di Dalam Ruangan
Jika Bunda ingin menjemur bayi, lakukan di tempat yang teduh, ya. Jangan di bawah sinar matahari langsung, seperti di taman atau jalanan depan rumah.
Bayi yang usianya kurang dari 6 bulan belum boleh terpapar matahari secara langsung sama sekali, karena kulitnya belum memiliki kandungan melanin yang cukup untuk melindungi diri.
Oleh karena itu, sebaiknya si Kecil berjemur dari dalam ruangan, misalnya di depan jendela kamar tidurnya atau digendong sambil Bunda duduk santai di kursi teras.
Kemudian, walaupun bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan, mereka juga masih perlu sebisa mungkin dihindarkan dari sengatan sinar matahari langsung, Bun. Terutama antara pukul 10 pagi hingga 4 sore, dimana matahari sedang bersinar dengan terik-teriknya.
2. Jangan Siang-Siang
Cara menjemur bayi yang benar menurut IDAI dilakukan sebelum jam 10 pagi dan di atas jam 4 sore dengan durasi singkat, yaitu 5-30 menit.
Jangan terlalu lama menjemur bayi, karena sebuah penelitian pada tahun 2020 menunjukkan bahwa paparan sinar matahari langsung di usia dini ternyata meningkatkan potensi kerusakan kulit yang lebih parah hingga kanker kulit di kemudian hari.
3. Tidak Perlu Jemur Seluruh Tubuh Bayi
Dahulu mungkin Bunda sering melihat bayi dijemur di bawah sinar matahari dengan posisi telanjang bulat agar setiap jengkal tubuhnya tersinari dengan merata. Namun lagi-lagi, praktek berjemur tersebut tidak tepat.
Dalam berjemur, Bunda perlu memastikan si Kecil mengenakan topi bundar dengan pinggiran lebar atau penutup kepala yang bagian belakangnya panjang sehingga kepala, telinga, dan lehernya terlindungi dari paparan sinar matahari langsung.
Untuk pakaiannya, pastikan ia memakai baju dan celana lengan panjang namun dengan bahan yang tipis dan ringan.
Tapi bukan berarti Bunda dapat memberikan baju yang menerawang, ya. Sebab baju yang terbuat dari kain yang menerawang tidak dapat melindungi kulit si Kecil dari sengatan sinar matahari.
Baca juga: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasi Ruam Popok pada Bayi
4. Pakaikan Tabir Surya
Bunda mungkin sudah rutin menggunakan tabir surya alias sunblock tiap kali sebelum rumah untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari agar muka dan tangan tidak gosong. Nah, ternyata tabir surya tidak hanya diperlukan oleh orang dewasa, lho, Bun. Kulit bayi yang akan dijemur juga perlu dilindungi oleh tabir surya.
Antara 15 -20 menit sebelum menjemur si Kecil, pakaikan tabir surya ber-SPF 15 atau lebih yang khusus untuk bayi. Pasalnya kulit bayi masih sangat sensitif. Ia membutuhkan tabir surya yang “lebih ringan” untuk mengurangi risiko iritasi dan alergi kulit pada di Kecil. Namun, pemakaian tabir surya ini hanya disarankan untuk bayi di atas 6 bulan, ya.
Untuk memastikan ia tidak alergi terhadap tabir surya yang digunakan, Bunda bisa mengoleskan sedikit tabir surya di pergelangan tangan si Kecil dan menunggu reaksi yang muncul.
Jika ada gejala iritasi, jangan lanjutkan penggunaan tabir surya dan cari merk lain atau konsultasi dengan dokter ya, Bun.
5. Pakaikan Baju Tertutup dan Topi
Jangan lupa juga pakaian pakaian yang tertutup tapi tetap menyerap keringat, serta topi bundar dengan pinggiran lebar.
Untuk bayi di bawah usia 6 bulan, lindungi kulit si Kecil lebih maksimal dengan pakaian lengan panjang, topi, sarung tangan, dan kaos kaki bayi. Jika perlu, dudukkan si Kecil di stroller yang memiliki kanopi atau payung agar ia dianjurkan tidak terekspos sinar matahari secara langsung.
Baca juga: Tanda Alergi Pada Anak
6. Tidak Perlu Terlalu Lama
Untuk mendapatkan manfaat dari sinar matahari, si Kecil tidak perlu berjemur terlalu lama kok, Bun. IDAI menyatakan bahwa untuk mendapatkan vitamin D si Kecil hanya perlu berjemur sekitar 5-30 menit sebanyak 2 kali sehari.
Berapa lama Bunda mengajak si Kecil berjemur juga dapat ditentukan dari cuaca pada hari bitu, lho. Apabila kulit si Kecil berwarna terang dan matahari terlalu terik, berjemur selama 5-10 menit saja cukup. Jika hari mendung, mungkin Bunda dapat berjemur bersama si Kecil selama 15-30 menit.
Baca juga: Tips Menyiapkan MPASI untuk Bayi
7. Perhatikan Riwayat Meloma
Apakah anggota keluarga si kecil ada yang memiliki riwayat melanoma alias kanker kulit?
Jika iya, maka Bunda perlu lebih berhati-hati dalam mengekspos si Kecil pada sinar matahari langsung sebab ia memiliki risiko melanoma yang lebih tinggi dan paparan sinar matahari langsung dapat dengan mudah memicu tumbuhnya melanoma.
Untuk itu, selalu beri perlindungan optimal pada si Kecil sebelum berjemur dan kapanpun ia keluar rumah. Bahkan pada saat langit terlihat mendung.
Oh iya, risiko tinggi melanoma bukan hanya dimiliki oleh si Kecil yang memiliki keturunan dalam keluarga saja. Namun, anak dengan warna kulit terang dan kulit muka berbintik (freckles) juga memiliki risiko tinggi terserang melanoma.
Baca Juga: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Tepat Mengatasi Kejang pada Bayi
Apa yang Perlu Dilakukan Setelah Menjemur Bayi?
Setelah selesai berjemur, Bunda dapat mengeringkan keringat si Kecil menggunakan tissue tanpa pewangi atau handuk lembut. Setelah itu, Bunda dapat bantu si Kecil tetap terhidrasi dengan memberikan asupan cairan yang cukup, terlebih lagi ketika si Kecil habis berjemur di hari yang panas.
Untuk bayi di bawah usia 6 bulan, Bunda hanya perlu memastikan asupan ASI si Kecil cukup. Di hari yang lebih panas dari biasanya, Bunda dapat menawarkan ASI dalam frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Sementara itu, bayi berusia lebih dari 6 bulan yang sudah memulai MPASI dapat Bunda beri air putih menggunakan cangkir atau sendok untuk membantu memenuhi asupan cairan hariannya. Namun, ASI tetap menjadi sumber cairan utama si Kecil, ya.
Apabila setelah beberapa kali berjemur kulit bayi selalu tampak kemerahan atau menunjukkan tanda-tanda yang tidak wajar, Bunda dapat menghentikan proses berjemur dan berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter anak yang ada di posyandu, puskesmas, bidan, atau rumah sakit.
Jangan lupa foto kondisi kulit si Kecil yang kemerahan untuk memudahkan proses konsultasi ya, Bun.
Itulah cara menjemur bayi yang benar dan aman sehingga si Kecil tetap merasa nyaman. Semoga si Kecil tumbuh menjadi anak sehat yang siap belajar ya, Bun!
Oh iya, Bunda juga dapat memanfaatkan fitur Grafik Pertumbuhan Anak untuk memantau tumbuh kembang si Kecil secara cermat, berkala, dan interaktif mulai usia 0-2 tahun. Tersedia skala pengukuran lengkap yang dibuat berdasarkan pedoman WHO. Gratis, Bun!