Jangan sepelekan manfaat zat besi untuk anak, Bunda. Sebab, kekurangan zat besi dapat berisiko menyebabkan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. Yuk, simak informasi lengkap seputar kebaikan nutrisi ini agar si Kecil tumbuh optimal menjadi generasi maju!
Apa itu Zat Besi?
Zat besi adalah mineral yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin dan mioglobin dalam sel darah merah.
Hemoglobin merupakan protein yang ada di dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Sementara itu, mioglobin merupakan protein yang berperan menerima, menyimpan, dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot.
Oksigen diperlukan sel untuk mengubah glukosa menjadi energi yang dibutuhkan anak untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti bergerak, mencerna makanan, membangun kekebalan tubuh, memulihkan kondisi tubuh setelah sakit, juga menyingkirkan limbah racun sisa metabolisme.
Tanpa oksigen dalam darah, tubuh si Kecil tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Di dalam tubuh, zat besi juga berperan penting dalam pembentukan hormon yang berperan mendukung tumbuh kembang anak.
Manfaat Zat Besi untuk Anak
Selain untuk pembentukan hemoglobin, zat besi memiliki peran lain yang sangat penting bagi tubuh.
Berikut adalah beberapa manfaat zat besi untuk anak yang berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembangnya:
1. Mencegah Anemia
Manfaat zat besi untuk anak yang utama adalah mengurangi risiko timbulnya anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup umum dialami anak usia dini.
Seorang anak dapat kekurangan zat besi jika:
-
Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi heme (zat besi yang berasal dari makanan hewani).
-
Pertumbuhan anak yang cepat tidak diikuti dengan penambahan konsumsi makanan mengandung zat besi.
-
Kehilangan zat besi secara berlebihan akibat perdarahan saluran cerna.
-
Minum susu sapi murni berlebihan
-
Berat badan berlebih (obesitas).
-
Mengalami infeksi bakteri, virus, maupun parasit yang bersifat kronis.
Anemia akibat kekurangan zat besi harus dicegah karena akan menghambat tumbuh kembang anak.
Baca Juga: 7 Tanda Anak Kekurangan Zat Besi yang Perlu Bunda Pahami
2. Mendukung Fungsi Kognitif
Salah satu manfaat zat besi untuk anak yang paling penting adalah mengoptimalkan perkembangan otak.
Otak membutuhkan oksigen untuk berfungsi sebagaimana mestinya. Oksigen membantu mengirim sinyal saraf dan pesan dari otak ke seluruh tubuh. Faktanya, otak menggunakan sekitar seperlima dari total suplai oksigen tubuh kita untuk bisa menjalankan segala fungsinya ini.
Oleh karena itu, anak memerlukan asupan zat besi yang cukup agar otak mendapatkan kadar oksigen yang juga cukup.
Kekurangan zat besi dalam tiga tahun pertama anak dilaporkan dapat berdampak pada prestasi belajar anak. Kekurangan oksigen dalam darah akibat anemia juga dapat berakibat anak susah berpikir jernih, sulit berkonsentrasi, sulit mengingat, dan rentan salah tangkap yang memengaruhi kemampuan belajar anak.
Bahkan, anak yang kekurangan zat besi kronis menunjukkan penurunan skor IQ cukup besar hingga 10 poin. Tentunya, semua dampak mengkhawatirkan ini dapat memengaruhi kesiapan si Kecil belajar di sekolah nanti.
3. Menekan Risiko Stunting
Stunting adalah salah satu akibat kekurangan zat besi pada anak yang terjadi dalam jangka panjang. Stunting adalah masalah gizi kronis yang menyebabkan tinggi badan anak kurang dari standar usianya. Stunting juga membuat anak mudah sakit karena sistem imunnya melemah.
Ciri-ciri stunting pada anak umumnya dapat terlihat ketika mencapai usia dua tahun. Akibat dari kekurangan gizi kronis bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki. Artinya, stunting bersifat tidak dapat diperbaiki, terutama setelah usia anak mencapai usia 2 tahun.
Namun, anak dengan gejala stunting masih bisa sembuh jika mendapat penanganan yang cepat dan tepat sebelum menginjak usia 2 tahun.
Itu kenapa, sangat penting bagi Bunda terus mencukupi kebutuhan zat besi untuk anak mulai di usia 1 tahun ini.
4. Menekan Risiko Infeksi
Manfaat lainnya dari zat besi untuk anak adalah pencegahan penularan penyakit infeksi. Hasil penelitian menunjukkan, anak-anak yang kekurangan zat besi lebih mengalami penyakit infeksi.
Kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko infeksi karena zat besi diperlukan untuk fungsi mendukung kekebalan yang normal, terutama fungsi perlawanan terhadap bakteri.
Asupan zat besi yang mencukupi juga membantu menjaga keseimbangan jumlah dan fungsi sel darah putih yang memainkan peran utama pada kekebalan tubuh si Kecil.
Baca Juga: 7 Nutrisi Penting untuk Daya Tahan Tubuh Balita, Selain Zat Besi
5. Mendukung Perkembangan Sistem Saraf
Bunda, tahukah kalau otak kita mengandung milyaran sel saraf? Milyaran sel saraf ini harus terhubung antar satu sama lain lewat perantara serabut saraf supaya otak bertanggung jawab bisa optimal menerima dan mengirimkan perintah ke otot atau bagian tubuh lain.
Agar serabut-serabut saraf ini dapat berhubungan dengan baik, perlu adanya pembentukan mielin atau selubung saraf. Nah, pembentukan dan pemeliharaan kekuatan mielin sangat membutuhkan peran dari zat besi.
Kegagalan dalam perkembangan sel saraf nantinya akan sangat berpengaruh pada kecerdasan dan kemampuan motorik anak.
6. Membangun Perilaku Positif
Asupan zat besi untuk anak yang mencukupi dalam 2 tahun pertama usianya ternyata berpengaruh besar terhadap pembentukan perilaku si Kecil.
Menurut IDAI, anak yang kekurangan zat besi lebih mudah rewel dan cepat marah karena anemia dapat menyebabkan rasa lelah dan penurunan nafsu makan.
Karena suasana hatinya buruk, si Kecil jadi enggan berinteraksi dan tidak bersemangat menjalani aktivitas hariannya dengan baik.
7. Meningkatkan Kualitas Tidur
Susah tidur nyenyak ternyata juga merupakan salah satu gejala umum dari kurangnya zat besi dalam tubuh anak. Kekurangan zat besi pada anak dikaitkan dengan perubahan pola tidur jangka pendek dan jangka panjang yang dapat berpengaruh pada kelancaran tumbuh kembang anak.
Benar, Bun. Dalam jangka panjang, pertumbuhan anak mungkin terdampak jika ia tidak mendapatkan cukup tidur. Itu karena hormon pertumbuhan biasanya dilepaskan saat tidur. Jika anak terus-terusan kurang tidur, tubuhnya tidak akan memproduksi hormon pertumbuhan dalam jumlah yang cukup.
Kurang tidur juga dapat mempengaruhi hormon lainnya yang berperan dalam tumbuh kembang anak.
Ketika tidur si Kecil berkualitas, ia akan bangun dengan kondisi badan lebih segar sehingga ia lebih siap dan bersemangat untuk menjalani harinya.
Apa Akibatnya Jika Anak Kekurangan Zat Besi?
Menurut IDAI, ada beberapa gejala khusus yang ditunjukkan oleh anak yang menderita kekurangan zat besi antara lain:
Kekurangan zat besi memberikan dampak yang cukup buruk bagi tumbuh kembang anak. Aspek yang terpengaruh antara lain kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motornya. Menurut beberapa studi yang dirangkum oleh IDAI, dampak negatif ini bahkan bertahan hingga anak tumbuh dewasa.
Selain beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas, kekurangan zat besi juga bisa menyebabkan anak terkena Anemia Defisiensi Besi (ADB). Penyakit ini cukup sering diderita oleh anak-anak pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak.
Untuk dapatkan informasi lebih lanjut tentang cara dan tips pencegahan anemia pada anak yang tervalidasi ahli, Bunda juga bisa kunjungi laman Bersama Cegah Anemia, ya!
Baca Juga: 6 Cara Mudah Mencegah Anemia pada Anak
Kebutuhan Zat Besi Harian Anak
Anak usia 1 tahun sedang dalam masa pertumbuhan yang begitu cepat sehingga berisiko kekurangan zat besi. Itu kenapa penting mengoptimalkan asupan zat besi untuk anak mulai di usia 1 tahun ini.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kebutuhan zat besi untuk anak berusia 1- 3 tahun adalah sekitar 7 mg per hari.
Cara Memenuhi Kebutuhan Zat Besi Anak
Nah, ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi anak, antara lain:
1. Berikan Makanan Tinggi Zat Besi
Cara mudah untuk mencegah kekurangan zat besi adalah melalui makanan yang dikonsumsi si Kecil. Pastikan Bunda memberikan si Kecil makanan tinggi zat besi minimal 2 kali dalam sehari.
Sumber asupan zat besi terbagi menjadi dua, yaitu heme dan non-heme. Sumber besi heme berasal dari protein hewani dan lebih mudah diserap oleh tubuh yaitu sebesar 23%. Sementara itu, sumber besi non-heme berasal dari sumber nabati dan hanya dapat diserap oleh tubuh sebesar 3-8% saja.
Kemudian, Bunda juga perlu tahu bahwa sumber zat besi heme terbaik bisa didapatkan dari daging berwarna merah seperti daging sapi dan kambing.
Berikut adalah daftar sumber zat besi hewani:
-
Daging sapi cincang ¼ ons: 0,8 mg zat besi.
-
Daging kambing ¼ ons: 1 mg kandungan zat besi.
-
Setengah potong hati ayam: 3.6 mg kandungan zat besi.
-
Setengah potong hati sapi: 1,7 mg kandungan zat besi.
-
Setengah potong sosis sapi: 0,8 mg kandungan zat besi
-
1 butir telur: 0,8 mg kandungan zat besi.
Sementara itu, ini adalah sumber sayuran tinggi zat besi beserta kandungannya per penyajian:
-
Brokoli 9 kuntum: 0,2 mg zat besi.
-
Bayam 3 ikat: 1 mg zat besi.
-
Tahu 150 gram: 2.4 mg zat besi.
-
Tempe 100 gram: 2.7 mg zat besi.
-
Tauge 100 gram: 1mg zat besi.
-
Kol 100 gram: 0.5 mg zat besi.
2. Kombinasikan dengan Makanan Tinggi Vitamin C
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sumber zat besi sayuran lebih susah untuk diserap oleh tubuh. Agar penyerapan zat besi untuk anak lebih optimal, Bunda dapat memberikan asupan makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, jambu merah, pepaya, tomat, dan masih banyak lagi.
Selain untuk menjaga imun, vitamin C juga bermanfaat untuk memaksimalkan penyerapan zat besi non-heme yang berasal dari sumber makanan nabati.
Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari sayuran hingga 2 kali lipat sehingga akan ada lebih banyak zat besi yang dapat diserap oleh tubuh anak.
3. Jangan Sajikan Teh Saat Anak Makan Zat Besi
Bunda sangat tidak disarankan untuk memberikan anak minum teh di waktu makannya. Sebab, teh mengandung asam fitat dan tanin yang dapat menghambat proses penyerapan zat besi.
Jika si Kecil ingin minum teh, beri jeda lebih dari satu jam setelah atau sebelum makan, ya, supaya penyerapan zat besi dalam tubuhnya tetap optimal.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mencegah Defisiensi Zat Besi pada Anak
4. Berikan Susu Pertumbuhan Terfortifikasi Zat Besi
Hal lain yang dapat Bunda lakukan untuk mengoptimalkan asupan zat besi untuk anak dengan memberikan susu pertumbuhan terfortifikasi seperti SGM Eksplor 1+.
SGM Eksplor 1+ adalah satu-satunya susu pertumbuhan dengan IronC™, kombinasi unik Zat Besi & Vitamin C untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi hingga 2x lipat.
Selain itu, SGM Eksplor 1+ juga diperkaya dengan DHA, Minyak Ikan, Omega 3&6 serta nutrisi penting lainnya untuk membantu si Kecil tumbuh maksimal jadi generasi maju yang berpikir cepat dan berani.
Tertarik mencoba? Yuk segera daftarkan diri di Klub Generasi Maju untuk dapatkan beragam promo dan penawaran menarik seputar susu SGM Eksplor!
Referensi tambahan:
-
“Office of Dietary Supplements - Iron.” Nih.gov, 2022, ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-Consumer/#:~:text=Iron%20is%20a%20mineral%20that,that%20provides%20oxygen%20to%20muscles.. Accessed 29 Nov. 2022.
-
“IDAI | Pastikan Bayi Anda Cukup Zat Besi?” Idai.or.id, 2017, www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi. Accessed 29 Nov. 2022.
-
Sebagai, Disusun, et al. HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 BANYUDONO. http://eprints.ums.ac.id/83576/17/NASKAH%20PUBLIKASI%20NEW.pdf. Accessed 30 Nov. 2022.
-
“IDAI | Apakah Makanan Pendamping ASI (MPASI) Komersial Berbahaya Buat Bayi?” Idai.or.id, 2017, www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/apakah-makanan-pendamping-asi-mpasi-komersil-berbahaya-buat-bayi#:~:text=MPASI%20komersial%20dianggap%20berbahaya%20karena,yang%20berbahaya%20bagi%20kesehatan%20bayi.. Accessed 30 Nov. 2022.
-
Gurnida, Dida. Revolusi Kecerdasan: Nutrisi Bagi Perkembangan Otak. pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/11/Pustaka_Unpad_Revolusi_-Kecerdasan.pdf. Accessed 30 Nov. 2022.
-
Fretham, Stephanie J. B., et al. “The Role of Iron in Learning and Memory.” Advances in Nutrition, vol. 2, no. 2, 1 Mar. 2011, pp. 112–121, www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3065765/, 10.3945/an.110.000190. Accessed 30 Nov. 2022.