Facebook Pixel Code Rhinitis Allergy: Penyebab, Reaksi, dan Cara Mengatasinya

Apa Itu Rhinitis Allergy

Apa Itu Rhinitis Allergy

Alergi bisa dialami baik orang dewasa maupun anak-anak. Buah hati yang terkena alergi tentu membutuhkan penanganan tepat. Ini karena daya tahan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa.

Rhinitis allergy (hay fever) merupakan salah satu jenis alergi yang bisa menyerang anak-anak. Banyak kasus hay fever disebabkan serbuk sari bunga.

Selain itu beberapa jenis tanaman seperti cokelat, berbagai tanaman herbal, semak-semak, dan rumput diketahui bisa menimbulkan alergi. Ini karena hay fever cukup dekat dengan keseharian hidup kita, Bunda sebaiknya mempelajari lebih banyak supaya bisa mengambil langkah antisipasi seandainya gejala alergi itu menyerang anak.

Mengenal Rhinitis Allergy

Ketika anak terserang rhinitis allergy atau hay fever, gejala yang umumnya muncul meliputi peradangan pada selaput lendir hidung, akibatnya muncul bersin-bersin, hidung tersumbat, mata merah, dan terasa gatal. Pengaruh gejala-gejala ini pun sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup anak.

Di negara dengan empat musim, jumlah penderita hay fever meningkat pada musim panas dan semi (Juni hingga Juli). Ini karena tanaman-tanaman yang mekar pada musim semi di Jepang sedang mengalami proses penyerbukan. Orang dewasa maupun anak-anak yang terkena alergi tersebut mengalami gangguan indera penciuman dan penyumbatan. Buah hati juga dapat menjadi responsif terhadap udara dingin, wangi parfum, dan asap tembakau.

Cari tahu juga seputar Bagaimana Membedakan Flu dengan Rinitis Alergi

Melihat faktor penyebabnya, penderita alergi ini sebaiknya tidak berdekatan dengan bunga Aster, Dahlia, Daisy, Daisy Gerbera, Kamomil, Krisan, Bunga Matahari. Namun, beberapa jenis bunga seperti Azalea, Begonia, Bugenvil, Kamelia, Klematis, Columbine, Geranium dan Kerenyam, serta Anggrek, tidak memunculkan reaksi kepada penderita.

Penyebab Rhinitis Allergy

Bunda perlu tahu penyebab hay fever bukan hanya serbuk tanaman, melainkan juga hal-hal di bawah ini:

1. Tungau debu

Saking kecilnya ukuran tungau debu, rumah yang terlihat bersih pun bukan berarti bebas dari tungau debu. Ini karena tungau debu sulit dibersihkan dengan metode bersih-bersih biasa. Tungau debu dapat hidup dan berkembang biak di lingkungan yang hangat dan lembap.

Tungau debu juga sangat sulit dibersihkan dengan metode bersih-bersih biasa. Kulit mati jadi makanan favorit tungau debu. Biasanya organisme ini hidup di lingkungan dengan suhu di atas 21 derajat Celcius dengan kadar kelembapan sekitar 75-80 persen.

Tungau debu jarang ditemukan di daerah beriklim kering degan curah hujannya sangat sedikit, atau di daerah yang suhunya rendah. Selain itu, organisme ini akan mati bila kelembapan lingkungan berada di bawah 50 persen. Walau terkesan merepotkan untuk menjaga lingkungan tetap dalam kondisi tersebut, Bunda bisa mulai merancang lingkungan dalam rumah jadi seperti itu.

2. Kecoa

Beberapa orang menunjukkan gejala alergi ketika mereka berada berdekatan dengan kecoa. Partikel-partikel tak terlihat yang ikut terbawa melalui kecoa adalah pemicu terjadinya alergi pada seseorang. Mulai dari air liur, tubuh kecoa, sampai kotorannya bisa jadi pemicu alergi.

3. Jamur

Jamur yang biasanya berwujud seperti kumpulan debu bisa saja menempel pada perabotan rumah tangga atau di sela lemari baju. Jamur juga terkadang bisa berupa kumpulan noda putih kehijauan menyerupai kapas. Jenis jamur satu ini menyebarkan spora ke udara dan memicu timbulnya gejala alergi.

Jamur mudah dibersihkan, tapi yang justru lebih mengkhawatirkan adalah spora yang berterbangan. Dikarenakan spora tidak terlihat dan ada di mana-mana, spora jamur jadi pemicu kemunculan alergi yang perlu diwaspadai. Jamur macam ini biasanya tumbuh di ruang-ruang yang lembap seperti dapur dan kamar mandi. Karena itu, Bunda sebaiknya lebih sering membersihkan ruang-ruang, perabotan, dan sudut mati di dalam rumah yang sulit terjangkau.

4. Serbuk Sari Bunga

Serbuk sari baik, yang terdapat pada pohon, rumput, bunga, atau jenis tumbuhan lain, dapat memicu gejala alergi. Reaksi yang diperlihatkan seseorang terhadap serbuk sari berbeda-beda, tergantung pada jenis serbuk sarinya. Ada yang hanya alergi terhadap serbuk sari yang terdapat pada rumput, tetapi ada juga yang alergi pada serbuk sari dari jenis pohon tertentu.

Serbuk sari dapat terbawa angin dan bercampur dengan debu sehingga mudah terhirup mereka yang menderita alergi. Sebisa mungkin jauhkan penderita dari sumber serbuk sari.

Reaksi Rhinitis Allergy

Seorang anak yang terserang alergi akan memperlihatkan reaksi berikut:

  • Hidung gatal, berair dan sesak.

  • Bersin.

  • Tekanan pada sinus menyebabkan sakit wajah.

  • Mata merah, berair, dan gatal.

  • Sakit kepala.

  • Tenggorokan gatal.

  • Memperburuk gejala asma.

  • Batuk yang sering.

  • Ruam dan gatal biasanya terlihat seperti benjolan kecil yang muncul antara 24 sampai 48 jam setelah terpapar dan bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

  • Napas pendek dan berbunyi.

Bila melihat buah hati terpapar gejala hay fever seperti di atas, Bunda mesti menanganinya sesegera mungkin. Pilihan terbaik adalah membawa anak ke dokter supaya Bunda bisa tahu penanganan tepat untuk meredakan gejala alergi bunga. Biasanya dokter rumah sakit atau pusat kesehatan akan melakukan pemeriksaan kepada buah hati berdasarkan sejarah kesehatan atau riwayat medis anak. Ini termasuk memeriksa gejala yang dirasakan dengan saksama.

Dokter mungkin akan memberikan tes alergi dalam bentuk suntikan. Kulit akan ditandai terlebih dahulu, kemudian disuntik dengan jarum steril. Metode yang membutuhkan waktu 15-30 menit ini dipakai untuk mencari tahu penyebab alergi. Metode lain seperti pengambilan contoh darah anak mungkin diambil guna memeriksa kadar antibodi alergi pada tubuh anak.

Cara Mengatasi dan Mengendalikan Rhinitis Allergy

Mencegah tentunya lebih baik dibanding mengobati. Bunda bisa melakukan tindakan pencegahan di bawah ini agar buah hati tersayang tidak terkena alergi.

  • Jaga pintu dan jendela rumah dalam kondisi tertutup saat musim penyerbukan bunga.

  • Kurangi kelembaban ruangan, serta membangun ventilasi yang baik di dalam rumah.

  • Hindari mengeringkan pakaian di dalam ruangan.

  • Jaga kebersihan selimut, bantal, dan kasur.

  • Bersihkan debu secara menyeluruh di seluruh ruang kamar tidur

  • Hindari bermain dan mengelus bulu hewan selagi berada di ruangan tertutup.

  • Hindari perokok aktif dan pasif, serta hindari berdiam terlalu lama di ruangan berdebu.

  • Hindari penggunaan karpet berbulu, terutama di dalam kamar tidur.

  • Bersihkan rumah secara teratur. Gunakan vacuum cleaner yang memakai filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Jenis ini memiliki penyaring yang dapat menangkap berbagai partikel penyebab timbulnya gejala alergi seperti tungau debu, serbuk sari, bahkan partikel berbahaya dari asap rokok.

  • Bersihkan rumah sebaiknya dilakukan saat penderita alergi tidak sedang berada di rumah. Dibutuhkan sekitar 2 jam hingga debu tidak lagi beterbangan setelah proses bersih-bersih dilakukan.

  • Bersihkan sprei serta sarung bantal guling sesering mungkin dan cuci menggunakan air panas. Tempat tidur menjadi salah satu tempat favorit tungau debu karena banyak kulit mati yang terlepas saat kita tidur.

  • Pastikan tidak ada perabotan atau bagian rumah yang ditumbuhi jamur atau menjadi sarang kecoa.

  • Menjauhkan hewan peliharaan dari penderita alergi debu juga bisa mencegah timbulnya gejala alergi, karena kulit mati dan bulu hewan juga dapat memicu alergi.

  • Bunda dapat memasang hygrometer untuk mengukur kelembapan udara. Bunda bisa tahu berapa kadar kelembaban udara di dalam rumah dan bisa tetap menjaganya di bawah 50 persen.

Meski belum ada obatnya, alergi tetap bisa dikendalikan dengan baik. Tindakan pencegahan tepat akan membantu seluruh keluarga tetap sehat dari musim ke musim.

Artikel Terpopuler