Penulis: dr. Visakha Revana Irawan
Sebagai orang tua, tentu Bunda berharap agar pertumbuhan dan perkembangan si kecil selalu optimal. Namun, tanpa Bunda sadari, alergi yang diderita si Kecil dapat menjadi masalah yang mengganggu aktivitas harian, bahkan menurunkan kualitas hidup si kecil. Sebelum membahas lebih lanjut terkait dampak alergi terhadap sisi psikologis anak, ada baiknya Bunda memahami keadaan alergi lebih jauh.
Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap benda atau zat normalnya tidak berbahaya bagi orang lain, yang biasa disebut sebagai alergen.
Selain memiliki dampak fisik terhadap kesehatan anak, seperti gangguan kulit ataupun gangguan saluran pernafasan, ternyata alergi juga memberikan dampak serius terhadap keadaan psikologis anak. Kondisi ini mampu memicu perubahan perilaku pada anak, seperti adanya gangguan konsentrasi dan gangguan memori.
Alergi yang paling sering dialami oleh si Kecil pada usia prasekolah dan sekolah adalah dermatitis atopik (ruam alergi), asma, dan rhinitis alergi (radang hidung akibat alergi). Keadaan ini tentu akan membuat si Kecil kehilangan banyak waktu dalam bermain dan belajar. Saat si Kecil seharusnya sedang menikmati masa – masa bermain, namun yang terjadi adalah mereka kehilangan fokus dan cepat bosan
dalam beraktivitas karena sibuk dengan alergi yang dideritanya, seperti sibuk menggaruk dan menggerakkan tubuh untuk meminimalisir gatal, ataupun sibuk membuang lendir ingus dan menutup hidung akibat bersin.
Saat si Kecil seharusnya belajar dan mengerjakan tugas, namun yang terjadi adalah mereka tidak mampu melaksanakan aktivitasnya dengan maksimal. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan perkembangan akademisnya. Si Kecil yang sedang mengalami alergi biasanya juga akan mengalami gangguan mood, jarang beraktivitas, terlihat rewel ataupun uring – uringan. Kondisi ini akan berdampak pada kehidupan sosialnya, dimana mereka menjadi lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Jika dilihat dari segi penampilan, si Kecil yang sudah memasuki masa sekolah dapat merasa malu dan minder dengan tubuhnya, karena ada banyak ruam (kemerahan) di kulit, bentol – bentol, ataupun luka akibat garukan. Kebutuhan tidur si Kecil yang alergi seringkali tidak tercukupi. Gangguan tidur yang dialami mereka, seperti susah tidur, gelisah saat tidur, atau sering terbangun di malam hari, menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup anak. Mereka menjadi mudah lelah dan sulit untuk berkonsentrasi ketika belajar karena tidak mendapatkan jam istirahat yang cukup.
Anak-anak yang memiliki alergi makanan, cenderung menunjukkan gejala – gejala cemas, depresi, atau stress berat. Mereka juga menjadi lebih waswas dalam memilih – milih makanan yang akan dikonsumsi. Mereka akan merasa dibatasi dalam memilih makanan dan merasa berbeda dengan teman – temannya. Rasa stress dapat meningkat ketika mereka harus mengambil keputusan sendiri tentang makanan yang boleh atau tidak boleh dimakan. Aktivitas harian si Kecil menjadi terpengaruh dengan keadaan alergi ini. Studi menunjukkan bahwa si Kecil yang memiliki alergi terhadap lebih dari dua jenis makanan memiliki kualitas hidup yang buruk.
Anda perlu untuk memahami kondisi si Kecil, mengatasi gejala alergi dengan mengonsultasikan keadaan anak dengan dokter Anda, serta menentukan pencetus alergi dengan segera agar Anda dapat melindungi si Kecil dari allergen (pencetus alergi). Jika hal ini terabaikan, reaksi alergi dapat berkontribusi besar pada penurunan produktivitas dan kualitas hidup anak, serta memengaruhi tumbuh kembangnya.
Akibatnya, si Kecil dapat tumbuh menjadi seseorang yang pencemas dan menghindari pergaulan. Jika si Kecil mengalami gangguan psikologis, Bunda dapat mengonsultasikan dengan ahlinya agar gangguan psikis dapat teratasi.
Referensi :
- Blaiss Pediatric Allergic Rhinitis: Physical and Mental Complications. Allergy Asthma Proc 2008; 29: 1-6.
- Bollinger ME, Dahlquist LM, Mudd K, Sonntag C, Dillinger L, McKenna The Impact of Food Allergy on the Daily Activities of Children and their Families. Ann Allergy Asthma Immunol 2006; 415-21.
- Cummings AJ, Knibb RC, King RM, Lucas JS. The Psychological Impact of Food Allergy and Food Hypersensitivity in Children, Adolescents, and Their Families: A Review. EACCI 2010; 65 (8): 933-45.
- Food Allergy & Anaphylaxis Connection Team (FAACT). Psychological Impact for Families Living with Food 2017 [cited 2017 Aug 16]. Available from: http://www.foodallergyawareness.org/foodallergy/psychological_impacts- 12/psychological_impacts-38/
- Glazebrook C, McPherson AC, Macdonald IA, Swift JA, Ramsay C, Newbould R, et al. Asthma as a Barrier to Children’s Physical Activity: Implications for Body Mass Index and Mental Pediatrics 2006; 118 (6): 2443-9
- Nutricia Alergi dan Dampak Psikologisnya pada Anak. 2014 [cited 2017 Aug 16]. Available from: http://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/alergi-dan-dampak- psikologisnya-pada-anak/
- Teufel M, Biedermann T, Rapps N, Hausteiner C, Henningsen P, Enck P, et al. Psychological Burden of Food Allergy. World J Gastroenterol 2007; 13(25): 3456-65.